Maaf jika banyak typo. Jangan lupa kasih jejak yah readers:)
"Pada cinta, kulabuhkan sebuah pengharapan sederhana, tentang dia yang tak pandai menorehkan luka pada hati lemah yang ku punya"
_Kelvina Rose_
_
_
_
_
_
Senin, 16 : 40 wib
Rose po'v
Kakiku melangkah takut ke arah pagar besar yang bercat abu-abu di depan mataku, rumah besar itu indah, tapi siapa yang akan mengira jika didalamnya ada orang-orang mengerikan yang lebih kejam dari seorang iblis.
Aku menghapus air mataku, menghembuskan nafas pelan untuk meyakinkan diriku sendiri untuk melangkah masuk ke dalam rumah.
Aku mendorong pelan pintu bercat putih itu pelan-pelan, berharap tidak ada siapapun yang kutemukan didalam sana.
Tubuhku sudah masuk seluruhnya kedalam rumah yang gelap, Aku menghela nafas lega, akhirnya Tuhan mendengarkan doaku.
Tapi saat kakiku melangkah, ruang tamu menjadi terang, memperlihatkan dua sosok yang sedang duduk menghadap kearahku dengan wajah menakutkan persis seperti monster, bukan berlebihan tapi sungguh wajah ayah dan ibu lebih mirip monster.
"Kemari!"
Suara ibu mengintruksiku, membuatku gemetar ketakutan, kakiku melangkah berat ke arah mereka yang menatapku dengan tajam.
Tepat saat Aku berdiri di depan ibu, plakkk pipi lebamku kembali di tampar, tapi tamparan ini benar-benar menyakitkan, lebih menyakitkan dari tamparan Rosi the geng~nama ketua the queen bully.
"Kapan kamu berguna hah?!! Kapan kamu berhenti membuat masalah hah?!!! Dasar anak tidak berguna!!! "
Suara ibu menggelegar, memenuhi rumah kami yang besar, ayah hanya diam tidak peduli pada putrinya yang babak belur.
"Tapi Bu, sungguh Aku.."
"Jangan membela! Gara-gara kamu, ayah kehilangan 1 klien penting!! "
Ibu berteriak Marah, benar-benar marah mengingat apa yang dibuat olehku, tapi Aku tidak tahu bahwa kejadian tadi membuat ayah kehilangan klien pentingnya.
Ayah bangkit dan pergi, ibu juga menyusul ayah tapi sebelum pergi ibu mendorongku, membuatku terduduk dilantai.
Lagi lagi air mataku luruh, Aku bangkit berjalan tertatih menuju kamarku, memilih mandi dan mengistirahatkan tubuh dan hatiku yang babak belur.
🌹
Di kamar
Badanku luruh, bersama air shower yang menyiram tubuhku yang masih menggunakan pakaian sekolah yang telah kering akibat siraman geng Rosi.
Aku menangis kencang, menyalurkan segala kemuakanku pada kehidupan, pada takdir yang tak pernah baik padaku.
Kenapa semua orang berlaku semau mereka, berlaku dengan keegoisan yang tinggi, seakan-akan kehidupanku adalah kuasa mereka.
Mataku sudah sembab, menangis sedari tadi di bawah shower, Aku menelisik melihat gunting yang Ada di meja, tanganku meraihnya, menatap dalam gunting itu, dunia tidak membutuhkanku jadi untuk apa Aku hidup?
Pelan-pelan gunting itu kugoreskan pada tanganku, rasanya nyeri tapi ini lebih baik, lebih baik nyeri seperti ini dan semua berakhir dari pada hidup dengan segala Penyiksaan.
Darah mengalir dari tanganku, tapi tiba-tiba sebuah bayangan hitam merampas gunting itu, membantingnya jauh dariku.
Aku ketakutan, siapa yang mengambil gunting tadi, tidak ada siapa-siapa disini.
"Ku mohon, siapapun kamu, aku lelah terus di siksa, biarkan aku menyudahi segala kesakitan ini"
Aku kembali menangis, berbicara pada seseorang yang melempar gunting tadi.
Lama aku menunggu, apa dia akan menghabisiku atau justru membiarkan aku, 3 menit aku menunggu tapi tidak ada apapun, hanya ada shower yang terus menyiramku bersama lukaku.
Mataku terbuka, ketika sebuah pelukan hangat membungkusku yang basah kuyup,
Aku tersentak, siapa yang memelukku?
"Tenanglah... "
Suara itu mengalun, berbisik pelan pada telingaku, tidak ada siapapun disini, tapi Aku merasakan sebuah pelukan dan hembusan nafas di samping telingaku.
Badanku gemetar ketakutan, ini nyata.
"Siapa kamu? "
Aku bertanya pada kekosongan, karena tidak ada siapapun yang kutemukan.
"...."
Hening, tak ada jawaban dari siapapun.
Pelukan itu hilang, tapi Aku merasakan lega, seperti baru saja dipeluk oleh orang yang tepat, orang yang mengerti dan paham akan lukaku.
Aku memilih menyudahi mandiku, bergegas keluar dan istirahat.
🌹
19:45 wib
Aku memilih terun ke bawah, memilih bergabung bersama ayah dan ibu, aku memilih tak peduli pada mereka yang menatapku sinis, perutku butuh makanan dan sudah cukup hatiku di buat hancur.
Semua diam, tidak ada yang bersuara atau sekedar bertanya, itu lebih baik.
Aku selesai makan, tapi selangkah aku menjauh dari meja makan, ibu membanting gelas tepat di kepalaku, darah mengucur, membuat pandanganku mengabur, sebelum aku benar-benar hilang kesadaran, Aku melihat seseorang datang dan membanting gelas itu lagi ke arah ibu, setelah itu Aku tak tahu apa yang terjadi karena sedetik setelahnya semua hilang dari memoriku.
🌹
Mataku mengerjab, melihat sekeliling yang berbeda, ini bukan kamarku, dimana aku?
"Tenanglah, kamu sudah aman bersamaku. "
Suara ini mengalun, suara sama yang menenangkanku ketika di kamar mandi saat itu.
"Ka-kamu siapa? "
Aku bersuara, bertanya padanya yang menatapku lembut.
Dia nyata? Yah, sekarang dia nyata, persis berdiri di depanku yang sedang terduduk bisu, antara terkejut dan juga terpesona, bagaimana tidak dia begitu sempurna, matanya tajam, benar-benar menyiratkan ketegasan, rahangnya juga, ah aku di buat terpaku dalam waktu persekian detik.
"... "
Hening, dia masih enggan menjawab pertanyaanku, atau setidaknya membuka suara, mulutnya terkunci, benar-benar terkunci.
"Saya pergi. "
Dia berucap setelah 3 menit diam membisu, tanpa menunggu balasan dariku, dia lari menghilang dari balik pintu kamar., membuat pintu kamar berdebam keras, tertutup erat, entah di dorong angin atau justru di dorong pemuda itu.
Yang kini hanya meninggalkanku sendirian, dan entah dimana Aku sekarang.
end..
Author pov
Ruangan itu berukuran 5 × 5 meter, luas sekali, apalagi warna kamar ini hitam dan putih, menyiratkan kemaskulinan seorang pemuda atau justru laki-laki~sama saja bukan.
Rose menelusiri tiap sudut kamar ini, mencari tahu mungkin ada sesuatu yang bisa memberinya petunjuk, atau setidaknya membuat dia bisa membuka pintu kamar ini.
Rose membuka tiap laci lemari yang ada, mencari sesuatu yang bisa menbantunya, dan yah di lemari terakhir dia menemukan sebatang besi yang bisa membuatnya membuka paksa pintu kamar ini.
Rose mendekati pintu kamar dan memukulkan besi itu di gagang pintu, 1 kali, gagang pintu hanya bergetar, sepertinya gagang pintu ini di buat dengan besi yang cukup kuat, tapi Rose tidak akan menyerah.
Pukulan ke 2,ke 3 dan seterusnya masih sama, Rose terus berusaha sekalipun gagang pintu ini tidak mau hancur.
5 menit, sudah, Rose menyerah, gagang pintu itu bahkan tak berubah bentuknya sekalipun dia memukulnya berkali-kali.
Mungkin terbuat dari baja yang benar-benar keras dan baik.
Rose menyerah, memilih duduk bersenderkan pintu kamar yang terkunci kokoh, dia memeluk erat lututnya, kenapa dia harus terjebak dia tempat yang sama sekali tidak di ketahuinya.
Lama Rose menunggu, sampai matanya mengantuk, dia melihat dinding, ada jam dia sana, dan sekarang telah pukul 23 : 54 wib, sudah benar-benar larut, Rose memilih kembali berbaring di kasur yang begitu lembut, terserahlah apapun yang akan terjadi setelah dia bangun, yang dia tahu dia ingin istirahat.
Mata Rose telah tertutup, bersiap menyambut alam mimpi, tapi persis saat matanya benar-benar telah tertutup, dan kantuknya benar-benar menyerang keras, seseorang datang, membuka pintu yang berusa di hancurkan Rose sedari tadi dengan mudah, ikut berbaring di samping Rose, memeluk Rose dengan hangat.
Rose ingin bangkit, melihat siapa yang memeluknya, tapi kantuknya enggan mengalah, apalagi pelukan hangat yang membungkus tubuhnya, dia mengalah memilih terlelap dengan tenang.
Dan tanpa di sadari, seseorang yang memeluknya tersenyum lembut, tapi sedetik setelahnya menyeringai jahat, alasan apa yang membuatnya menyeringai jahat?
_______end______
Jangan lupa comment yah