Selamat membaca 🖤 🖤
Sebenarnya nggak susah mencintai orang yang di sukai banyak orang, asalkan dia bales aja perasaan kita.
💌
Matahari baru meninggi di sisi Indonesia bagian barat, tepatnya di Pulau Sumatera, di sebuah kota yang dialiri anak-anak sungai yang mengalir dari bukit barisan. Kota itu bernama, 'Palembang'.
Tidak jauh berbeda dengan kota-kota besar lainya. Palembang juga terkenal dengan hiruk-pikuk kehidupan masyarakatnya. Misalnya saja pada saat ini.
Sebuah sekolah menengah atas yang tidak terlalu bagus, dengan pedenya berdiri di tengah-tengah kota. Sebut saja sekolah itu adalah 'SMA Edelweis'. Sekolah yang memiliki lebih dari seribu murid itu tengah melaksanakan pemilihan ketua OSIS.
"Kenzie! Kenzie! Kenzie!"
Ucap seorang cewek yang duduk di tengah indor tanpa suara, mau berteriakpun percuma, Karena bukan hanya dirinya saja yang meneriakkan nama, Kaino Fariq Al Kenzie. Calon ketua OSIS yang tengah gugup berorasi di depan panggung sana.
Salsabila Nukaila Abube, atau yang lebih enak dipanggil Nuke. Merasa jengah dengan cewek-cewek di sebelahnya yang terus meneriakkan nama Kenzie. Ditambah lagi dia sedang menghindari seseorang saat ini, seseorang yang akan menertawakannya, jika orang itu tau kelakuannya pada calon ketos itu saat ini.
Padahal Nuke ingin sekali menikmati wajah Kenzie dengan tenang.
Nuke menurunkan topi OSISnya sampai menutupi wajah. Dia berdiri, melangkahkan kakinya supaya lebih dekat dari panggung. Dia duduk di posisi paling depan, bahkan mendepani orang-orang yang duduk di barisan paling depan. Dia tidak peduli ataupun malu, bahkan dia tidak takut bakal kena cidori dari fansbase Kenzie karena tersenyum sangat lebar pada cowok itu.
Samar-samar dia melambaikan tanganya pada Kenzie dan-- alangkah senang hatinya saat Kenzie tersenyum membalasnya.
Hampir enam bulan lamanya Nuke menyukai Kenzie, namun dia belum berani mengungkapkanya terang-terangan pada cowok itu, karena menurut rumor yang beredar "Kenzie udah punya pacar," uh sialan!.
Setengah jam berlalu, rahang Nuke sudah pegal karena terus tersenyum pada cowok itu. Kini, tinggal paku di tanganya yang akan memberikan suara. Tanpa ragu, Nuke mencoblos gambar Kenzie tepat di dadanya.
" Nih jangan sampe ilang ya, bisa berkurang suara buat Kenzie nanti," ucapnya memberi peringatan.
Jessie, anggota osis yang bertugas menjaga kotak suara seketika menjatuhkan dagunya. Nuke memang bukan pemilih yang baik, dia tidak bisa melaksanakan demokrasi secara LUBERJURDIL.
Setelah melaksanakan pemilihan, Nuke segera beranjak dari indor yang masih dipenuhi para guru dan siswa, yang belum memilih kandidat bakal ketua osis periode tahun ini.
💌
"Ke."
Nuke bergeming saat seseorang di sebelahnya mengajak bicara.
"NUKE CONGEAN LO YAA!!!"
Nuke menutup telinganya rapat, dia menatap cewek di sebelanya tak suka. Pamella, panggil aja dia Mela. Teman sebangku Nuke ini tak memiliki perbedaan sifat dan perilaku yang signifikan dengan Nuke. Konyol, cablak, dan suka bikin ilfeel, begitu yang sering dikatakan oleh teman-teman sekelas mereka.
"Apa sih, Mel?"
"Lo milih siapa tadi?"
Nuke menatap datar Mela lalu memalingkan wajahnya kembali kedepan "Kepo lo Banteng!"
Mela mendengus kesal mendengar jawaban sahabatnya "Ck, nggak papa lo nggak mau jawab, gue juga udah tau, lo pasti milih Kaino Burik Al-"
" FARIQ Mel!! Burik mah pacar lo tuh!"
"Tuh kan, bener! Cie cie...." goda Mela, menjadi kepuasan tersendiri saat melihat wajah kesal sahabatnya itu.
"Apaan sih Mel, nggak jelas banget tau nggak."
Mela memajukan bibir bawahnya, dia tau sahabatnya itu sedang menyembunyikan sesuatu.
"Udah deh Ke, ngaku aja, gue tau kok selama ini lo suka sama Kenzie."
Nuke ingin mengelak, tapi bibirnya kelu untuk mengatakan sesuatu. Yang terjadi malah dia menganga cengo.
"Hayoh hayoh mau ngomong apa lo, udah deh Lo nggak usah ngeles," Mela terkekeh melihat ekspresi Nuke.
"Nggak, Mel!" masih saja mengelak, walau dari gelagatnya terlihat jelas dia gugup dengan tebakan Mela.
"Gengsi amat mbak, Bilang aja sama saya, saya nggak ember kok, cuma baskom," lanjut Mela kali ini diiringi tawa renyah.
Nuke memutar bola matanya malas, semakin dia meladeni Mela, rahasianya akan semakin terlihat jelas.
"Jujur aja sama gue Ke, nggak usah jaim, entar sakit ditanggung sendiri loh."
Nuke menatap Mela sebentar, merasa kesal namun juga penasaran. Dia berfikir sejenak, tidak ada salahnya juga sih, tapi dia tidak bisa menjamin Mela akan bereaksi biasa-biasa saja setelah dia mengatakannya.
Mela mengangkat satu alisnya, menunggu kalimat yang akan diucapkan Nuke "Jadi....?"
Nuke memperbaiki posisi duduknya menjadi lebih tegak. Sebenarnya sudah lama dia ingin menanyakan sesuatu Pada Mela. Tentang Kenzie? Iya. tentang Kenzie! Tapi dia malu. Tunggu dulu, Malu? padahal Nuke sendiri adalah manusia yang punya tingkat kepedean di atas rata-rata manusia biasa. Bukan itu masalahnya.
Dulu, waktu masih kelas sepuluh. Mela suka pada Kenzie, dia selalu mengatakan kalau Kenzie itu cowok yang tampan, manis, dan sempurna layaknya pria idaman. Namun berbeda dengan Nuke, dia selalu mementahkan apapun yang dipuja-pujakan Mela pada Kenzie. Pandangan Nuke pada Kenzie masih hampa saat itu. Dia tidak melihat satupun sesuatu yang menarik dari Kenzie. Cowok itu sama seperti cowok kebanyakan di sekolah. Bisa saja.
Namun saat dia mendapat tugas berjaga UKS pada acara OSIS enam bulan yang lalu. Nuke harus rela, menjilat dan menelan dalam-dalam ludahnya sendiri, karena tepat pada saat itu.
Nuke jatuh hati pada Kenzie.
Benar, jika dilihat baik-baik, Kenzie memang cowok yang tampan dan manis. Tapi bukan itu yang membuat Nuke suka pada Kenzie.
Nuke melihat kalau Kenzie adalah cowok yang sangat berwibawa dan penuh perhatian, Dia juga ramah dan sangat hangat. Beberapa kali dia menemukan Kenzie tampak memperhatikannya, bahkan cowok itu tidak segan mengingatkannya untuk makan dan sholat. Entahlah, mulai saat itu, Kenzie terlihat sangat istimewa di mata Nuke.
Kembali ke Nuke, dia menatap Mela ragu-ragu "Mel," Ucapnya hati-hati, masih menimbang-nimbang apakah tindakanya ini benar atau salah. Pasalnya, kemungkinan dia ditertawakan oleh Mela cukup besar.
Sementara Mela tak sabar menunggu kata-kata Nuke selanjutnya.
"Sebenarnya....." Nuke memejamkan matanya, berusaha meyakinkan diri bahwa apa yang akan ditanyakan, bukanlah sebuah masalah. Dia menyukai Kenzie, dan sekuat apapun dia mencoba merahasiakanya, dia tidak akan kuat menahanya sendiri. Mulut Nuke tertutup rapat. Dan saat hatinya sudah yakin " Mel, sebenarnya Kenzie udah punya pacar apa belum, sih?" tanyanya dengan nada lirih.
Mela menatap Nuke untuk beberapa saat "HUUUAAAAH HA HA HA!!" cewek itu tertawa keras sekali, Nuke setengah mati menahan malu. Inilah alasanya dia tidak mau mengatakan kalau dia menyukai Kenzie. Dia terlanjur mengatakan Kalau Kenzie tidak menarik, dan tidak berniat sama sekali untuk menyukainya.
Sebalnya lagi, Mela tak berhenti tertawa. Nuke yakin, setelah ini dia akan dihujat habis-habisan oleh Mela. Untunglah Mela sudah punya pacar dan tidak suka lagi pada Kenzie. Coba saja kalau belum, buhkan hanya dihujat, bahkan mungkin Mela akan menjauhinya jika dia mengatakan perasaan yang sebenarnya.
"Lo jijik banget sih Ke," ucap Mela belum sempat berhenti tertawa.
"kenapa?"
"jilat iler lo sendiri, hahaha."
Nuke mendengus kesal, dia menyesal sudah mengatakannya pada Mela "Doraemon, berikan mesin waktumu, akan ku ulang waktu dua menit yang lalu, dan tidak akan ku katakan kalimat itu pada siapapun," sesalnya dalam hati.
"Makanya jangan menilai orang dengan sekejap mata! sekarang, kena batunya kan lo."
Mela membuat Nuke semakin malu, gadis itu sudah berheti tertawa, tapi ekspresinya masih terlihat sangat menyebalkan di mata Nuke.
" iya iya, jadi gimana? Kenzie sebenarnya udah punya pacar apa belum?" Kali ini Nuke mengatakanya sambil tersenyum.
Mela berfikir sejenak " Setau gue, Kenzie itu lagi deket sama anak SMA Cendekia, Gue lupa namanya, tapi gue inget betul mukanya, soalnya Bantara sekolah kita pernah latihan bareng sama Bantara Cendekia."
Ya, Mela adalah anggota ekskul Pramuka sekolah. Bersama dengan Kenzie, selain menjadi anggota osis, Kenzie juga terpilih menjadi anggota Bantara di sekolah. Mela satu ekskul, bahkan pernah menyukai Kenzie, sudah menjadi barang tentu kalau Mela tau banyak tentang Kenzie.
"Cuman deket doang ya?"
"Gue nggak tau pasti Ke, kalau ditanya, dia bilangnya sih, nggak pacaran, tapi beberapa kali dia post cewek itu di story instagramnya."
Nuke menyenderkan punggungnya, apa yang akan terjadi selanjutnya? Apa Nuke akan berdiam diri saja? menahan perasaanya sampai hilang dengan sendirinya. Apa dia harus mengejar Kenzie? dan melupakan hakekatnya sebagai seorang wanita yang ingin selalu dikejar. Menyebalkan, cinta itu terlalu rumit jika ditanggung sendiri.
💌
Nuke menegadahkan telapak tanganya ke atas, memastika hujan benar-benar sudah reda. Dia menatap gumpalan awan kelabu yang perlahan-lahan terbawa kuatnya angin barat.
Sekolah sepi, ditinggal siswa siswi dari setengah jam yang lalu. Dia pulang terlambat karena harus menyelesaikan remidial ulangan harian matematika setelah mendapat nilai sembilan. Sembilan! bukan kebulatan dari sembilan puluh. Malangnya dia, dari sepuluh soal hanya benar satu, itupun hanya caranya saja yang benar, dan hasil akhirnya dilingkari tinta merah. Nasib, sejak kecil dia memang payah dalam pelajaran hitung menghitung.
Nuke menyiapkan tasnya di pundak, bersiap untuk pulang. Baru saja Nuke hendak melangkah, seseorang berhasil mencuri perhatianya. Bu Ani, guru kimia kelas sebelas yang selalu memakai batik motif bunga-bunga di hari kamis, datang memanggil seseorang di kelas Xl mipa 4.
"Kenzie, sekarang ke kantor ya."
Kenzie? Nuke mengurungkan niatnya untuk pulang setelah mendengar nama Kenzie disebut. Dia menunggu seseorang yang akan keluar dari kelas Xl mipa 4. Tak lama kemudian, Nuke tersenyum saat benar yang keluar dari kelas itu adalah Kenzie.
Kenzie tak menyedari keberadaan Nuke, dia berjalan menuju kantor dengan pandangan lurus ke depan. Nuke mengerucutkan bibirnya, Kenzie sama sekali tidak menoleh. Kata ibu Nuke, orang yang saling jatuh cinta itu punya ikatan batin antara satu sama lainya. Berarti memang Kenzie tidak menyukai Nuke, Kenzie tidak merasakan keberadaan Nuke yang sudah jelas sekali berdiri di depan kelas saat ini.
"Kenzieeee!!!" Nuke berteriak dalam hati. Jika benar keluar dari mulut Nuke, mungkin kenzie sudah terlonjak kaget.
Mata Nuke terbelalak melihat Kenzie menghentikan langkahnya, lalu membalikkan tubuhnya. Nuke menahan nafasnya, Kenzie menatapnya saat ini, lebih dari tiga detik. Kenzie tersenyum pada Nuke. Gawat! Nuke melambung, hatinya seketika ditumbuhi ribuan bunga yang tanpa proses langsung bermekaran. Di luar dugaan, apakah ini yang dinamakan ikatan batin?.
Nuke menyadarkan dirinya, lalu tersenyum membalas senyum Kenzie. Dia segera melangkahkan kakinya meninggalkan kelas, sebelum Kenzie membuatnya terlihat semakin konyol.
Nuke berjingkrak-jingkrak tidak karuan di depan lobi sekolah. Dia berteriak tanpa suara sambil memukul gemas pohon mangga yang tumbuh di depan lobi. Masih terbayang kejadian beberapa menit yang lalu. Hatinya masih tidak menyangka, bagaimana? Bagaimana bisa Kenzie mendengar sura hatinya? Nuke menggeleng seraya memegang wajahnya yang bersemu merah. Dua senyuman dalam satu hari, Nuke yakin kedepanya akan lebih baik dari ini.
Cewek itu berjalan menuju halte di depan sekolah, dimana ada sesi terakhir bus antar jemput siswa, yang akan mengantar siswa pulang ke rumah. Bus ini gratis untuk para siswa SMA Edelweis karena termasuk fasilitas sekolah.
Dengan riang, Nuke melangkahkan kakinya masuk ke bus, namun apa? tidak ada satupun bangku kosong yang tersisa di sana. Tidak! bagaimana bisa capek-capek begini Nuke harus berdiri sampai rumah.
Nuke menatap seorang cowok berkacamata tebal yang duduk paling belakang. Dia mendekatinya perlahan-lahan.
Merasa diperhatikan, cowok itu memeriksa penampilanya, mungkin ada yang salah? Sepertinya tidak, dia masih serapi saat berangkat sekolah.
"Pulpen lo jatuh," ucap Nuke sambil menatap ke bawah bangku cowok itu.
Cowok itu menatap ke bawah dan tidak menemukan apa-apa.
"itu tuh, di bawah bangku lo!" Nuke berkata sangat meyakinkan. Namun kesalnya cowok itu tak kunjung menemukan sesuatu.
"Nggak ada, lagian pulpen ku ilang di kelas tadi."
Nuke tertohok, jangan sampai cowok itu tau kalau Nuke sedang bermuslihat untuk merebut tempat duduknya.
"Ck, masa lo nggak liat sih! Itu di bawah bangku lo, pas di pojok, gue yakin itu tuh pasti pulpen lo, coba deh lo liat baik-baik, sayang tuh kayaknya pulpen mahal," tak mau kalah, kali ini Nuke berucap lebih ngotot.
Daripada bingung sendiri, cowok itu bangkit dari tempat duduknya dan melihat ke bawah bangkunya. Tanpa banyak cing cong Nuke langsung menjatuhkan diri ke tempat duduk yang baru saja ditinggalkan oleh si cowok.
Nuke memasang airphone seraya menutup matanya, yang artinya dia tidak akan peduli dengan ucapan si cowok nantinya.
gadis itu membuka matanya saat tidak mendapat respons apa-apa dari si cowok. Ternyata cowok itu lebih memilih mengalah. Lebih baik dia berdiri berpegangan tiang bus daripada berdebat dengan cewek tidak tau malu macam Nuke.