Chereads / look at me / Chapter 4 - chapter 4 | Penakut

Chapter 4 - chapter 4 | Penakut

Hari ini, dua jam pelajaran B.Indonesia kosong. Bu guru sedang menghadiri perkumpulan guru mapel UN Se-Palembang di kabupaten. Tugas yang diberikan guru piket pun tak terlalu banyak. Jadi, semua murid Xl IPS 2 bisa menyelesaikanya dalam waktu tak lebih dari lima belas menit.

Nuke, Mela, Kenzo, dan Galang membuat kelompok sendiri di bangku mereka. Dari pada bosan menunggu jam pelajaran berganti, mereka memilih menghabiskan waktu untuk menonton film. Dan terpilihlah film horor, yang mengisahkan sebuah boneka menyeramkan berambut pirang. Semakin menyeramkannya lagi sebab hanya ada mereka berempat saja di kelas, yap, teman-teman yang lain lebih memilih pergi keperpustakaan untuk mendinginkan kepala, ada pula yang diam-diam menyelinap di kantin.

Awalnya Nuke menolak, karena jujur saja, dia memang cewek penakut, dan benci sekali dengan hal-hal yang berbau mistis. Tapi karena ketiga temanya bersikukuh ingin menonton film horor, ditambah Kenzo yang terus mengolok-oloki dirinya penakut. Akhirnya, dia mengikuti saja apa mau ketiga temanya.

"Heh ges, kok gue nyium bau amis ya, kayak bau danur gitu."

"Nggak usah bercanda lo, Darto!" Kesal Nuke, dari awal film diputar, Kenzo terus mengatakan hal-hal menakutkan, membuat Nuke merinding dan bergidik ngeri. Selain takut, Nuke juga merasa parno, karena sepulang sekolah nanti dia akan remidial sendirian di kelas.

Kenzo tertawa melihat ekspresi takut Nuke. Dia menyenggol kaki Galang, sampai cowok itu menatap ke arahnya. Diam-diam Kenzo memberikan isyarat pada Galang, supaya melakukan seuatu pada Nuke, gadis itu tampak khusuk sekali menonton. Bibir Galang menyeringai jahat. Kenzo mulai menghitung dengan jarinya 1...2...3

"NUKE DI BELAKANG LO ADA APAAN!!." heboh Galang.

"HUAAAAAHHH APAAN!!."

Nuke menjerit tak kalah heboh, dia berdiri dari tempat duduknya, melompat-lompat panik, dia sama sekali tak berani menengok kebelakang.

"AWAS KE, DIA PEGANGIN PUNDAK LO!!." Kenzo mencoba membuat Nuke semakin takut.

"MELAAA, TOLONGIN GUE, USIR DIA MEEEL!!"

Kenzo melirik ke arah Mela, memberikan kode supaya Mela ikut menakut-nakuti Nuke. Mela tersenyum lebar.

"ADUH KE, ORANGNYA SEREM BANGET GUE NGGAK BERANII!!"

akting Mela berhasil membuat Nuke makin menjerit. Dia menempelkan tubuh bagian belakangnya ke tembok, menggosok-gosokan punggungnya, berharap sesuatu yang menempel di belakangnya terjepit dan pergi.

puas tertawa, lama-lama Mela kasihan juga. "Lo tenang Ke, nggak ada apa-apa di belakang lo, mereka cuman ngerjain lo," ucapan Mela berhasil menghentikan kepanikan Nuke.

Kenzo dan Galang tertawa terbahak-bahak. Nuke menatap mereka tajam. Nafasnya naik turun dengan jelas, dia marah besar sekaligus malu. Dia berjalan ke arah dua anak jin ifrit yang membuatnya panik setengah mati, sambil mengepalkan kedua tanganya erat.

Kenzo dan Galang yang menyadari akan kena amuk Nuke, langsung bangkit dari bangku mereka, sebisa mungkin terus menjauh dari cewek itu.

Tapi Nuke tidak menyerah, sebelum dia bisa memukul ubun-ubun mereka berdua, hidupnya tak akan tenang. Merasa ruang kelas terlalu sempit untuk kejar-kejaran, Kenzo dan Galang berlari keluar kelas.

Tak peduli akan di marahi guru, Nuke juga ikut keluar dan terus mengejar mereka berdua.

Nuke menambah laju langkahnya, karena lankahnya yang pendek tidak akan mampu menyusul langkah kaki panjang mereka. Namun saat sedang kencang-kencangnya berlari, tak sengaja, Nuke menginjak tali sepatunya yang lepas dari ikatan. Nuke menabrak sebuah pintu kelas, dan terjerembab masuk ke dalamnya.

Xl Mipa 4, semua pasang mata di dalamnya menatap seseorang yang baru saja ambruk. Nuke terpaku, dia malu sekali. Kedua lutunya yang terjatuh lebih dulu terasa nyeri. Sementara di depan kelas, Nuke melihat Kenzo dan Galang terbahak-bahak menertawakanya.

Bisa dibilang Nuke hampir menangis, kelopak matanya dipenuhi genangan air yang siap meluncur ke pipinya.

Tanpa disadari sebuah tangan kekar memegang bahunya. Nuke menatap Kenzie yang berjongkok di depanya. Dia membantunya berdiri.

"Lo nggak papa?."

Nuke tak menjawab pertanyaan Kenzie. Dia masih tidak menyangka hal memalukan seperti ini, bisa menimpa dirinya.

Kenzie mengangguk, dia menatap Pak guru untuk meminta izin sebentar. Kenzie membawa Nuke keluar dari kelas. Sebelum mengajak Nuke bicara, terlebih dulu dia menatap Kenzo dan Galang tak suka.

"Bukan cowok, mereka tak memperlakukan cewek dengan baik," Rasannya dalam hati.

Sementara mereka berdua sama, menatap Kenzie dengan pandangan kesal. Apa ini? Ikut campur dan sok menjadi pahlawan. Mereka tertawa kecil, sudah biasa anak OSIS melakukan Pencitraan seperti itu. mereka merasa muak dan memilih kembali ke kelas.

"Lo nggak papa kan Ke?" tanya Kenzie kembali.

Nuke menggeleng " Gue nggak papa Zie, gue cuma kaget aja, Makasih udah nolongin gue."

Perlahan-lahan Nuke mengangkat kepalanya. Senyum manis Kenzie menyambut tatapan teduh matanya. Kenzie menaruh anak rambut yang menutupi wajah bersih Nuke ke belakang telinga.

Nuke tak bisa berkata-kata. Waktu seolah melambat, sulit sekali rasanya untuk mengucapkan barang satu kata. Tangan kenzie terasa begitu panas sampai membuat wajah Nuke terbakar.

Damn it Ke, ekspresi Lo kacau sekarang!

"Zie, gue balik ke kelas dulu."

Tanpa menunggu jawaban dari Kenzie, Nuke segera beranjak pergi. Saat berbalik badan, Nuke tak bisa menahan senyumnya. Dia berjalan cepat menuju kelasnya. Sebelum masuk ke kelas, Nuke memalingkan wajahnya ke tempat dia berdiri bersama Kenzie tadi. Nuke tersenyum, mendapati Kenzie masih di sana dan tersenyum padanya.

Nuke duduk kembali duduk di bangkunya, lalu mengembalikan ekspedisi kesalnya. selama dia duduk, Kenzo dan Galang tidak berhenti menatapnya.

"Ke," panggilan Kenzo tak serta merta membuat Nuke menoleh.

"Nuke, kita minta maaf," Nuke mengagkat kepalanya, tetapi tetap tidak menoleh. Baru pertama kali dia mendengar permintaan maaf dari dua cowok paling menyebalkan, yang pernah dia kenal.

"Gue maafin," ucap Nuke singkat, lalu membuka buku di atas mejanya.

Kenzo dan Galang saling mengangkat bahu, Nuke sama sekali tidak mau menatap mereka. Mereka akan menunggu suasana hati Nuke membaik. Mungkin cewek itu akan benar-benar memaafkan mereka nanti.

💌

Mela menatap Nuke tak enak hati. Dia tau kalau Nuke takut remidial sediri. Dia jadi merasa bersalah, seharusnya dia tidak memaksa Nuke untuk menonton film horor tadi.

Mela mengambil tasnya, maunya dia menemani Nuke, mengerjakan remidialnya sampai selesai. Tapi dia sudah terlanjur janji pada Kemal untuk menemani pacarnya itu latihan band.

"Udah Mel, gue berani kok, lagian soalnya juga nggak terlalu banyak," Nuke tau, Mela sangat senang jika diajak menemani pacarnya itu bermain band. Nuke akan merasa sangat bersalah kalau menahan Mela bersamanya.

"Beneran nggak papa, Ke?"

Nuke mengangguk mantap. Mela bangkit dari tempat duduknya, lalu menghampiri Kemal di depan kelas.

"Gue duluan ya Ke."

"Iyaa," Nuke tersenyum, dia tidak mau membebankan pikiran Mela karena sudah meninggalkanya sendirian.

Nuke mengambil kertas soal remidial yang diberikan bu guru pagi tadi. Sial, ternyata soalnya banyak sekali, bahkan lebih banyak dari soal ujian kemarin.

Nuke menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Mungkin Nuke akan pulang lebih sore dari hari kemarin. Dia menatap sekelilinya, sedikit demi sedikit teman-temanya mulai meninggalkan kelas.

Detak jantung Nuke terpacu lebih cepat. Tak mau membuang waktu, dia mulai mengerakan soalnya. Keterlaluan! bahkan soal ini lebih sulit dari soal ujian kemarin. Kelas sudah sangat sepi, namun beruntung, Kenzo dan Galang masih belum pulang. mereka sedang asik bermain game online di dalam kelas.

Sebenarnya Nuke kesal dengan keberadaan mereka berdua. Mulut mereka selolah tak letih berbicara, sampai si hewan kaki empat turut mereka bawa-bawa. Ingin sekali Nuke mengumpat, namun sebisa mugkin dia menahanya, kalau iya, bisa-bisa mereka pergi dan Nuke ditinggal sendirian di kelas.

Sampai satu setengah jam berlalu. Nuke melihat jam di hpnya sudah menunjukan pukul lima sore lewat lima belas menit. Nuke baru sadar, hari sudah mulai gelap, semetara masih tersisa satu soal tersulit yang belum berhasil Nuke selesaikan. Dan heranya, dua buah sendal putus itu belum beranjak dari kelas. Mereka tidak lagi bermain game, namun tengah bercerita tentang entah apa gerangan, yang pasti mereka tak berhenti tertawa sampai Nuke pusing mendengarnya.

"Ke."

Nuke mengangkat kepalanya. Dia menengok ke samping, sejak kapan Kenzo dan Galang sudah berdiri di sampingnya?

"Apa?" jawab Nuke ketus.

"Kita mau minta maaf soal yang tadi," walaupun sulit, Galang tetap mengucapkan kalimat yang jarang sekali dia ucapkan itu.

Nuke berekayasa, pura-pura lupa dengan kejadian pagi tadi "Yang tadi? yang tadi apa?"

"Yang kita udah bikin lo takut, dan bikin lo ja-tuh."

Nuke tersenyum kecil mendengar jawaban Kenzo "Bukanya kalian seneng ya, liat gue begitu?" ucapnya sarkastis sambil menatap kembali ke lembar soal.

Nuke benar-benar membuat mereka merasa sangat bersalah. Tapi biarlah, setidaknya mereka mendapat pelajaran, kalau bercandapun memiliki batasan. Nuke juga masih berfikir panjang, jika Nuke semerta-merta memaafka mereka, mereka dengan mudahnya pergi, dan Nuke akan sendirian di kelas. Kan gengsi kalau harus meminta mereka untuk menemaninya! Dia akan membuat mereka berdua menunggunya sampai menyelesaikan remedial, lalu dia akan memaafkan mereka setelah itu.

"Nggak, gue nggak mau maafin kalian," ucap Nuke enteng.

Galang dan Kenzo menatap Nuke tajam "Lo nggak mau maafin kita?" tanya Galang tak percaya. Baru pertama kali mereka merasa menyesal telah mengusili seseorang, dan dengan lapang dada mereka berani meminta maaf. Bukankah itu kejadian yang cukup langka? Nuke memang cewek keras kepala.

"NGGAK!" jawab Nuke penuh penekanan.

"Sombong amat lo! ya udah kalo lo nggak mau maafin kita, yuk Ken, kita pergi aja dari sini," Sewot Galang. Dia tidak ingin memaksa Nuke untuk memaafkan mereka. Lagi pula untuk apa mendapatkan maaf dengan cara yang tidak ikhlas.

Kenzo menurut, dia beralan di belakang Galang yang sudah mendahuluinya "Bye Abab, lo sendirian di kelas!" ucapnya kemudian membetulkan jambulnya.

Yah ternyata cara Nuke gagal total. Mereka justru memilih pergi meninggalkannya.

Setelah keluar dari kelas, Kenzo memasukan kembali kepalanya ke dalam kelas. Dia menatap Nuke, kemudian dua jarinya dia tunjukan ke kedua matanya dan sudut pojok kelas secara bergantian. Dia berusaha menakuti Nuke dengan menunjukan sesuatu yang tak terlihat di sana.

"DARTO SIALAN!!."

Kenzo tertawa mendengar Nike berteriak. Cewek itu mendengus kesal, dia menatap sudut yang ditunjukan Kenzo. Dia bergidik ngeri, bulu kuduknya seketika berdiri pertanda dia merasa takut. Dengan segera, Nuke menyelesaikan satu soal yang tersisa, tidak perduli benar atau tidak, yang penting Nuke cepat keluar dari kelas.

💌

Setelah mengantar tugasnya ke tempat duduk bu guru di kantor, Nuke segera menuju parkiran. Suasana sekolah sudah sangat sepi, anak-anak ekskul sudah pulang, karena batas waktu ekskul hanya sampai pukul setengah lima sore.

Matahari sudah tidak terlihat, namun masih terlihat sedikit cahaya merah di langit barat sana. Petugas sekolah mulai menyalakan lampu-lampu di seluruh ruangan. Nuke tidak pernah pulang sesore ini. Dia mempercepat langkahnya, namun tiba-tiba saja seseorang datang mengejutkannya saat dia melewati lorong kelas dua belas ips.

"Huaaahhhhh setan!! Setan!! Setan!!."

"Nuke ini gue."

Perlahan-lahan Nuke membuka matanya. Dilihatnya seorang cowok bertubuh jangkung di depanya. Kenzie memegang lengan Nuke, mencoba menenangkan cewek di depannya ini. Walau bisa dilihat juga dia sedikit tertawa.

"Gue Kenzie Ke."

Nafas Nuke mulai tenang, dia menatapnya serius "Lo bukan setan kan?"

Kini Kenzie benar-benar tertawa, wajah Nuke sangat menggemaskan saat sedang takut seperti sekarang ini "Bukanlah, masa ganteng-ganteng gini dibilang setan," ucapnya percaya diri, yang dibalas Nuke dengan gerakan seolah ingin muntah.

"Kok lo masih di sekolah?" Kenzie menatap Nuke penasaran. Bukankah ekskul sudah bubar dari setengah jam yang lalu. Menemukan kebenaran Nuke sendirian di sini, membuatnya merasa aneh.

"Gue abis remidian."

"Opss," Kenzie hampir saja tertawa, namun segera dia tahan.

Nuke mengerucutkan bibirnya kesal "Kenapa?" tanyanya merasa tersinggung.

Kenzie menggelengkan kepalanya "Nggak, gue kira lo anak pinter."

Nuke memutar bola matanya, ucapanya seraya kembali berjalan. Memuakan, kadang penampilan itu membuat sebagian orang jadi sok tau.

Memang jika dilihat dari penampilannya, Nuke bisa dibilang cewek yang rapi dan feminim, dia suka membaca, juga punya wajah yang kalem dan nada bicara yang lembut. Hal itu kadang membuatnya mendapat banyak sanjungan, sekaligus merasa dijatuhkan. Karena apa yang mereka lihat, tidak seperti yang mereka bayangkan.

"Nuke!"

Kenzie berjalan menyusul Nuke. Belum sempat sampai, sebuah suara tiba-tiba mengeutkan mereka.

GUBRAAAKKK

Nuke dan Kenzie terkejut. Mereka menatap sekeliling mencari sumber suara "Kayaknya itu setan deh Zie" ucap Nuke, wajahnya mulai pucat. Kenzie menatapnya sambil tersenyum kecil.

"Mungkin, menurut cerita, sekolah ini tuh dulunya kuburan."

"Nggak usah nakut-nakutin gue!" Nuke mendengus kesal. Tadi Kenzo dan Galang, sekarang Kenzie. Plis Kenzie, Nuke nggak bisa marah sama kamu.

Kenzie tertawa melihat ekspresi ketakutan di wajah Nuke.

"Nggak lucu" Nuke beranjak meninggalkan Kenzie. Tak mau kalah, Kenzie mengimbangi langkah cewek itu, berjalan menuju parkiran belakang sekolah.

"Lo takut setan?"

"Nggak perlu ngomong takut, setan kan emang nakutin."

Kenzie tersenyum, Nuke membutuhkan pengertian "Ke, sebagai orang yang beriman, kita nggak boleh takut sama yang namanya setan, lagian mereka punya alam sendiri kok, jadi lo nggak perlu takut karena mereka nggak ada di sini"

Nuke menatap Kenzie remeh, masih belum sepenuhnya percaya pada ucapa cowok itu "Tapi Zie, kenapa kadang ada orang yang 'katanya' bisa ngeliat se-tan?" tanya Nuke, sambil memberi kutipan dengan jarinya.

"Itu karena sugesti dan iman mereka nggak kuat Ke, jika mereka terus berfikiran kalau setan itu ada di dekat mereka, maka sesuatu itu akan benar-benar ada, bukan sebagai wujud nyata, tapi sebagai perwujudan dari rasa takut mereka, Dan semenyeramkan apapun setan mereka nggak lebih kuat dari Tuhan kan?"

Nuke mengangkat kedua alisnya seraya mengangguk paham, benar juga, semakin Nuke takut, semakin terasa sesuatu itu ada. Namun semakin Nuke berani, semakin dia tidak memperdulikan sesuatu itu.

"Makasih Zie, gue jadi nggak takut lagi sekarang."

Tak terasa Nuke sudah menuntun kakinya sampai di parkiran. Tapi tunggu dulu, Nuke sampai di sini sendirian. Dia menatap sekeliling. Kenzie tidak ada. Jantungnya langsung terpompa lebih cepat, sampai uap dingin keluar dari pori-pori tubuhnya. Siapa tadi kalau bukan Kenzie?.

"Zie! Kenzie!" Nuke mencoba mencari Kenzie, mungkin dia tertinggal di belakangnya.

"DORR!"

"Huahhh!!!"

Kenzie tertawa, dia baru saja mengejutkan Nuke dari belakang "katanya udah nggak takut?"

Nuke merengut kesal "Emang nggak takut, cuma kaget!" elaknya.

"Sory sory, gue cuma bercanda Ke" cowok itu akhirnya berhasil menghentikan tawanya.

Setelah puas berbincang dan banyak tertawa. Mereka segera pulang setelah mendapati hari benar-benar sudah gelap.