Chereads / look at me / Chapter 4 - chapter 8 | Ashabul Gabut

Chapter 4 - chapter 8 | Ashabul Gabut

"Dia cewek gue."

Ucapan Kenzie masih terngiang-ngiang di otak Nuke selama dua hari belakangan ini. Sejak Kenzie mengantarkanya pulang dua hari yang lalu, mereka sama sekali tidak bertemu setelah itu. Kenzie seharian berada di lab. Kenzie tiba-tiba cuek, dan nyali Nuke terlalu ciut untuk mendekatinya terlebih dahulu.

Nuke menaruh kepalanya di meja. Menutup matanya rapat-rapat, ingin melupakan sejenak semua tentang Kenzie.

Di kelas sepi, hanya ada Nuke dan dua teman perempuan sekelasnya yang tengah sibuk membahas opa-opa korea. Nuke sama sekali tidak paham sesuatu yang dibicarakan mereka, EXO L--lah, Army, intinya semua hal tentang k-poppers yang sangat digandrungi orang-orang jaman sekarang, Nuke sama sekali tidak tau, bukan karena tidak menarik. Dia hanya lebih suka yang lokal. Dari lagu, film, gaya hidup, dan yang lainya, Nuke lebih suka yang keindonesiaan asli. Karena dengan begitu, dia jadi lebih mengerti maknanya, lebih dikenal, dan merasa lebih nyaman.

"Wiiih, ada yang galau nih."

Nuke menegakan tubuhnya, dia mengela nafas berat. Dihadapanya kini berdiri seorang makhluk absurd yang siap membuatnya semakin bad mood. Kenzo mengangkat satu alisnya, sambil menatap Nuke sinis.

"Galang!!"

Galang masuk ke dalam kelas memenuhi panggilan Kenzo "Ada apa bos?" Ucapnya dengan sikap tegak. Mau maunya Si Galang panggil kutukupret macam Kenzo dengan sebutan 'Bos'.

"Kembarannya Lady Gaga lagi galau nih, enaknya kita apain?"

Galang tampak berfikir sejenak "Kalau ditraktir kesenengan dia bos, mending kita jogedin aja, jogedin!"

"Ide bagus."

Braak!!!

Nuke menggebrak meja lalu bangkit dari tempat duduknya "Awas aja ya kalau sampe kalian joged beneran di depan gue!!" ucap Nuke sambil menunjukan kepalan tangan kananya.

"Bodo amat! musik Lang, kita bikin dia ilfeel sampe nangis."

Galang mulai menabuh musik dengan Meja Nuke. Sementara Kenzo dengan gimik menyebalkannya mulai melenggak lenggokan tubuhnya di depan Nuke sambil sesekali tertawa. Nuke menjerit geli. Segala benda di dekatnya dia lemparkan pada dua manusia gila di depanya.

Tak peduli, mereka berdua terus menyanyikan lagu milik Ayu ting ting berjudul Sambalado dengan bergantian. Nuke menutup telinga dan memejamkan matanya rapat-rapat. Nuke frustasi sendiri, dia sudah tidak tahan! dia benar-benar ilfeel!

"Stoooop!!" teriak Nuke geram. Dia membuka matanya lebar, menatap Kenzo dan Galang gemas.

"Najong tau nggak!! sekali lagi kalian joged, gue cakar muka kalian pake cuter!"

Dua cowok di depan Nuke menghentikan kegiatanya. Galang melipat tanganya di depan dada lalu menggelengkan kepalanya sembari manatap Nuke prihatin "Gue kasihan liat lo Ke, saking galaunya, lo sampe lupa cara bahagia."

Nuke memutar bola matanya 360 derajat "Apaan sih, sok tau lo!" balasnya menatap Galang tak suka.

Kenzo duduk di atas meja Nuke, memposisikan tubuhnya menghadap Nuke yang sudah kembali duduk "Gue tau perasaan lo Bab, kita berdua dulu juga sama kok, korban patah hati," Kenzo tersenyum lembut pada Galang. Nuke menggelengkan kepalanya, dia jadi merinding liat mereka berdua.

"Tapi kita nggak patah semangat, cinta itu gampang dicari Bab, tuhan menciptakan makhluknya berpasang-pasangan, jadi lo nggak perlu khawatir jadi jomblo, ya kan Lang?"

Galang menggangguk. Walaupun nggak jelas ngomong apa, dia akan tetap membenarkan apa kata sahabatnya itu.

"Ooh, jadi kalian konslet kayak begini itu karena patah hati, Cih! kasian banget hidup kalian."

"Bukan konset, Cuma terlalu bahagia. Hidup itu nggak melulu soal cinta Bab, di dunia ini masih banyak hal lain yang bisa kita nikmati, hafun aja, kayak kita nih, jalani hidup layaknya jomblo bahagia," ralat Kenzo sembari memberi Nuke pengertian.

"Selagi nungguin cem-ceman lo pulang OSK, mending lo main sama kita aja Ke, gue jamin lo bakalan seneng, dan nggak bakal galau-galauan lagi kayak bucin," tawar Galang.

"Idih ogah!"

"Coba dulu napa, Lo nggak bakal kecewa, sumpah deh. Lo sendiri, emang pernah liat kita galau-galauan gitu?" paksa Kenzo.

Nuke menggelengkan kepalanya, tanpa berkata-kata lagi dia kembali duduk, sedikit merasa risi sebab Galang dan Kenzo masih saja memaksanya.

"Apaan sih? udah deh pergi sana!" usir Nuke, semakin lama mereka dekat-dekat denganya, Nuke bisa ikut-ikutan aneh.

"Terus lo mau galau-galauan lagi gitu? nggak guna banget sumpah!" ujar Galang. Kenapa sih, cewek suka banget hidup mellow-mellow?

"Kita tuh punya solusi yang bagus ya, Lang. Malah nggak mau, gimana sih lo Bab?!"

Nuke menatap mereka berdua, nggak ada salahnya juga, sih. Toh benar juga ucapan mereka, selama ini mereka terlihat selalu bahagia tanpa beban. Ini bisa menjadi trobosan bagus supaya dia bisa menghilangkan sejenak kegundahanya.

"Tapi kalau selama gue main sama kalian, gue nggak bahagia, gimana?" tapi nanti dulu, Nuke bukan tipe orang yang mudah dibodohi. walaupun tawaran itu cukup menarik, Nuke harus ingat, bahwa tawaran itu berasal dari dua makhluk biadab yang selalu mencari mangsa untuk mereka kecengin.

"Percaya Bab, lo pasti happy main sama kita," Kenzo meyakinkan.

Nuke berfikir sejenak lalu mengangguk setuju "Oke, tapi! Kalau setelah gue main sama kalian hidup gue jadi jayus, atau mblangsak kayak kalian, jaminan buat gue apa?"

"Lo boleh nggak main lagi sama kita."

Nuke menatap Kenzo cengo "Cuma itu doang? Ya elah, tanpa harus main dulu sama kalian, gue juga ogah kali main sama kalian."

"Coba dulu Ke, baru protes," Galang berucap gemas.

"Hmm, yaudah deh, sebagai awalanya, kita mau ngapain, nih?"

"Joged kayak tadi."

"Nggak! Ogah Darto, apa kata Kenzie kalau dia tau gue kayak gitu."

Kenzo menatap Nike remeh "Asal lo tau aja ya Bab, sometimes happiness comes from embarrassing things! lagian kenapa sih? Kenzie juga nggak ada disini."

Kenzo dan Galang menatap Nuke yang cukup lama terdiam "Kalau lo diem aja, berarti tandanya lo mau. Mulai Lang!" Tanpa menunggu persetujuan Nuke, mereka berdua memulai aksinya.

Awalnya Nuke ragu sekaligus geli. Bukan karena lagunya, tapi karena dua cowok di depannya membawakan lagu ini dengan berjoged anarkis. Kenzo terus bersenandung dan Galang dengan semangatnya menabuh meja.

Nuke hanya diam. Menatap cringe dua orang didepanya. Namun lama kelamaan coba dia paksakan, mengikuti apa yang mereka lakukan meski kikuk, namun lama-lama terbawa juga. Berawal dari senyum, dia mulai mengikuti apa yang mereka lakukan.

Tak henti-hentinya Kenzo dan Galang menampilkan gimik-gimik konyol yang membuat mereka tak berhenti terpingkal. Setelah merasa nyaman, rasa geli pada awalnya berubah jadi tawa pecah.

Waktu seolah melambat, memberi waktu sedikit lebih lama supaya tawa ketiga remaja itu tak kunjung sirna.

Tubuh Nuke bergerak sendiri, mengikuti alunan yang dimainkan Galang. Ikut bernyanyi juga bersama Kenzo. Ini semakin menyenangkan, sesederhana ini cara bahagia. Nuke sadar, bahwa sebenarnya cinta bukan satu-satunya sumber bahagia. Menikmati waktu bersama orang-orang yang asik, serta merasa cukup atas sekecil apapun yang tuhan kasih, adalah sebuah kebahagiaan yang cukup menyenangkan.

"Mereka kenapa, sih?" tanya seorang cewek yang kebetulan berada di dalam kelas sedari tadi.

"Biasalah penyakitnya kambuh," jawab teman yang duduk di sampingnya.

"Mereka punya penyakit? Penyakit apa? Kejiwaan?"

"Penyakit JOMBLO KRONIS!"

Mereka terkekeh, mengalihkan pandanganya dari tiga manusia yang tengah asik dengan dunia mereka sendiri.

Di depan kelas, Nuke terus bersenandung, sesuatu yang sangat jarang dia lakukan. Tanpa sadar dia bernyanyi sangat lantang. Nuke merasa berbeda, sesuatu terbuka dalam dirinya. Sesuatu yang lama dia tutup rapat-rapat. Ternyata jika berani, memori pahit itu menjadi terasa biasa. Tidak berbekas tidak melukai. Apakah ini Nuke yang baru? Atau ini Nuke lama yang terbebas? Ah entahlah dia bahkan tidak merasa sedih saat ini.

Kenzo mengambil sapu lantai, lalu memainkanya sebagai gitar ilusi. Mereka jadikan panggung kecil didepan kelas sebagai tempat konser halu mereka. Sampai berkeringat mereka bernyanyi, tau-tau ada banyak orang yang berdiri di depan kelas mereka. Menatap mereka bertiga dari pintu dan jendela, dengan berbagai tatapan dan anggapan.

"Mereka gila?"

"Tekanan batin kali."

"Kurang kerjaan."

"Dih, stres."

"Gak ada otak, ga ada akhlak."

"Sekalian aja nggak ada iman."

"Lempar batu yuk!"

Namun bukanya malu, mereka bertiga malah menganggap cacian dari orang-orang di sekitarnya sebagai sebuah apresiasi.

"Ya tuhan!!"

Mela datang dengan sekatong plastik syomay di tanganya "Kalian apain temen gue, huh!?" tanyanya pada Kenzo dan Galang, terlihat sorot emosi dalam tatapanya.

"Lo nggak kenapa-napa kan Ke, nggak krasa pusing, pilek, batuk atau nyeri di sekitar otak?" Mela menyentuh dahi Nuke dengan telapak tanganya, memastikan bahwa temanya ini tengah berada pada kondisi sehat wal afiat.

"Apaan sih Mel, lebay lo," Nuke menyingkirkan tangan Mela dari dahinya.

"Lo ngapain sih, main sama mereka?" Mela menatap Kenzo dan Galang bergantian.

"Emang kenapa? Mereka kan temen kita."

"WHAT?!!" Mata Mela melotot menatap Nuke tak menyangka. Sementara Dua cowok di depanya tersenyum menang "Nuke lo serius, nganggep mereka temen? coba deh lo rasain baik-baik, mana tau ada seseuatu yang putus di pala lo."

Plak

Galang menampik pelan mulut Mela dengan tanganya "Sembarangan aja lo kalau ngomong."

Mela mengelus bibirnya, dia menyesal sudah meninggalkan Nuke sendirian di kelas. Dua cowok itu pintar mengambil kesempatan dalam kesempitan, dalam kondisi Nuke yang galau seperti ini, mereka bergerak cepat menghasut dan mempengaruhi pikiran Nuke sampai bertingkah aneh seperti mereka. Keterlaluan. Ini tidak boleh terjadi lagi!

💌

Nuke menatap ke dalam sebuah kelas, di lihatnya bangku-bangku yang tersusun rapi khas kelas anak ipa. Sudah beberapa hari ini Nuke tidak bertemu dengan Kenzie, sama sekali tidak bertemu. Dan kini dia harus dibuat semakin galau, pasalnya Kenzie sudah pergi ke Semarang untuk mengikuti olimpiade sains.

Nuke beranjak dari kelas Kenzie, berjalan menuju ke luar sekolah. Belum juga sampai rumah, tapi dia sudah merasa malas berangkat sekolah besok.

Lagi-lagi hujan datang, Nuke menjadikan tasnya sebagai payung supaya tubuhnya terlindungi dari tetesan air yang makin lama makin lebat, namun sepertinya percuma saja, roknya sudah basah kuyup. Nuke masuk ke dalam bus, beberapa pasang mata langsung menyambutnya, setelah beberapa saat, baru mereka berpaling tidak peduli. Nuke mengedarkan matanya, mencari tempat duduk yang kosong, dan beruntung masih ada.

Nuke melangkahkan kakinya menuju tempat duduk yang kosong. Namun, sebelum sempat duduk, dia terlebih dahulu dibuat heran oleh seseorang yang duduk di sebelah tempat duduknya.

Rio menutup buku diary di tanganya, setelah itu dia tersenyum singkat pada Nuke. Nuke membalas senyumnya, lalu mengangkat bahunya tidak mau tau apa yang dilakukan oleh Rio sebelumnya.

"Apa kabar?" tak mau merundung kebosanan sepanjang jalan, Nuke memulai pembicaraan.

"Baik, Kak Nuke apa kabar?"

"Panggil Nuke aja Yo."

"Iya, emm, kamu apa kabar Ke?" ucap Rio ragu. Lebih terdengar dipaksakan.

Nuke tertawa kecil dibuatnya "lo kaku amat, sih," Nuke menghentikan tawanya, cowok di sampingnya kini menunduk "Gue baik," lanjut Nuke. selanjutnya kembali hening.

Rio beralih menatap keluar jendela dengan pandangan menerawang, matanya yang sipit, kini menampakan jelas pupilnya yang hitam pekat.

Di luar hujan tinggal gerimis, bus sudah sampai di halte depan kompleks perumah Nuke. Nuke mengibas-ngibaskan rok bagian belekangnya dengan tangan, membersihkan debu yang menempel sebab roknya basah. Hawa yang dingin membuat Nuke ingin segera pulang ke rumah.

Sebelum berjalan pulang, Nuke sempat menatap bus kembali. Dia tersenyum melihat Rio melambaikan tangannya.

💌

Aroma coklat panas menyerbak memeuhi ruangan bernuangsa kuning milik seorang cewek berambut hitam sebahu. Nuke duduk melamun dia atas kusen jendela, menatap atap-atap rumah tetangga yang masih basah sebab hujan sore tadi. Tak memperdulikan segelas coklat yang mulai mendingin, Nuke hanya ingin sendiri tanpa berbuat apa-apa. Melamun, merenungi kisah cintanya yang makin lama makin pelik.

Demi Peramal yang nggak jadi ketemuan sama gebetanya di kantin, Nuke baru merasakan begitu ngenesnya jadi jomblo. Mungkin ini definisi sakit tapi tidak berdarah. Tiba-tiba saja Nuke teringat ucapan Kezno di sekolah siang tadi..

"hidup itu nggak melulu soal cinta, di dunia ini masih banyak hal lain yang masih bisa kita nikmati, hafun aja-" Nuke membuang nafas kasar, Jika benar begitu, lalu mengapa para pujangga mengatakan bahwa hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga?

Nuke beralih, menatap serius pada layar handphone di tanganya. Gara-gara terlalu lama melamun, Nuke sampai tidak sadar bayak pesan masuk ke handphonenya.

Marsya : "Guys, besok Pak Haris bakal ngadain ulangan listening!"

Juminten : "Anjay apa-apaan, buku b. Inggris kita kan di tumpuk, mana bisa belajar."

Ardi_manisbgt : @Marsya "Ini pasti prank!"

Marsya : @Ardi_manisbgt "Gue serius, gue di kasih tau sama kelas sebelah."

Yura : "Emang dasar Haris si tua bangka, seneng banget liat muridnya sengsara."

Zidan : @Yura "Sssstt, nggak boleh ngomong gitu sayang."

Juminten : @Zidan "Oh gitu, jadi sekarang semua disayagin."

Zidan : @Juminten "Kamu satu-satunyalah, brisik!"

Marsya : "Jadi gimana nih?"

Galang : @BabangKenzo "Ken, seblak lo ketinggalan di rumah gue."

BabangKenzo : @Galang "Dimakan lo aja lang."

Pamella : "Babi! Temen-temen lagi pada bingung, malah bahas seblak."

Nukaila : "Udah lah dipikir amat, buku gue ada di rumah."

Pamella : @Nukaila "Puji tuhan."

Galang : "Alhamdullilah, lo belajar ya Ke, entar kita nyontek. Yee, masalah selesai."

Nukaila : "Tapi boong."

Galang : @Marsya "Admin, keluarin Nuke dari Group sekarang."

Marsya : " Siap! Gassss!!"

Nukaila : "Piiiss."

Nuke terkekeh lalu melempar hpnya ke atas kasur. Dia merebahkan tubuhnya sambil menatap plafon putih di atas. Tuhan sangat baik, disaat dia sedang galau seperti ini, ada saja hal yang membuatnya tertawa atau hanya sekedar membuatnya lupa tentang masalah yang dihadapinya. Kadang dengan hal itu, Nuke merasa sangat beruntung.