Bening cemberut, "Bagiku, dia adalah bintang yang tidak terjangkau di langit. Aku hanya bisa melihatnya dari kejauhan. Aku hanya bisa melihat wajah tampannya tanpa bisa memilikinya. Sungguh menyedihkan!" Citra hanya diam sambil menggelengkan kepala.
Keluarga Bening sebenarnya cukup berada. Orangtuanya berbisnis, tapi perusahaannya relatif kecil, tidak sebanding dengan bisnis keluarga kaya seperti keluarga Miko, Keluarga Manurung, atau keluarga idolanya itu, Keluarga Tambunan. Tapi, keluarga Bening, Keluarga Dalimunthe, bisa dianggap sebagai keluarga kelas menengah atas.
Arya adalah aktor termahal yang berasa dari Medan. Latar belakang keluarganya sebanding dengan keluarga Miko, tetapi dia jauh lebih terkenal daripada Miko.
Para wanita pasti memperebutkannya karena dia tidak hanya tampan, tapi juga disuapi dengan sendok perak sejak lahir. Bukan hanya itu, Arya sangat pandai. Dia baru saja kembali dari belajar di luar negeri dan lulus dari Harvard dengan gelar ganda.
Citra juga pernah mendengar bahwa dia melakukan beberapa penelitian tentang berbagai alat musik. Arya juga sangat menyukai mobil dan anggur. Secara keseluruhan, Arya memang seperti bintang yang tak tergapai. Salah satu ungkapan paling terkenal tentang Arya adalah tidak ada wanita yang tidak bisa dia taklukkan.
Citra tidak tahu kapan Bening dan Arya pernah bertemu. Ketika Citra bertanya pada Bening, dia menunduk dan berkata bahwa mereka tidak mengenal satu sama lain. Tapi Bening tahu bahwa Arya sangat tampan. Bening tidak menyukainya pada awalnya, tapi semuanya berubah. Namun, meskipun Bening selalu menjadi penggemar setia Arya, tetapi dia tidak pernah ingin mendekatinya karena dia tahu itu tidak ada gunanya.
Citra menganggap kisah cinta Bening sebagai cinta rahasia. Bening memang seperti itu. Ketika dia bertemu seseorang yang sangat dia sukai, dia akan berusaha melupakannya.
Citra tertawa marah pada Bening, "Kalau begitu kamu mau minum bersamaku di sini untuk menemaniku, atau untuk melihat idolamu itu?" Bening memeluknya, "Tentu saja untuk menemani sahabat tercintaku."
Citra mengulurkan tangan dan menekan tombol di lift. Ketika Citra hendak berjalan untuk masuk lift, suara lelaki tiba-tiba terdengar di belakangnya. Suara pria itu rendah, seksi, dan tenang. Bening yang melihat pria itu bergumam, "Arya?" Citra berhenti dan melihat ke belakangnya karena penasaran.
Arya juga menghadapnya, meskipun agak jauh, tapi Citra samar-samar masih bisa melihat wajahnya yang tampan, dan auranya yang seperti seorang pangeran. Pria itu mengenakan mantel biru tua, dan dia terlihat tinggi dan tampan, membuat Citra melamun untuk beberapa saat.
"Citra?" Bening dengan lembut mendorong Citra, "Citra?" Tiba-tiba, Citra melihat ke atas seolah merasakan sesuatu. Benar saja, pria tampan itu sudah berdiri di dekatnya dengan sebatang rokok di mulutnya. Bibir tipisnya tampak memiliki senyum misterius, matanya menyipit, dan wajahnya tertutup kepulan asap putih dari rokoknya, tapi auranya yang memesona tetap terpancar.
Citra mengingat sesuatu tentang Arya. Dia adalah teman laki-laki Satya yang meminjamkan mobil mewah pada Satya untuk menjemputnya waktu itu. Citra selalu samar-samar merasa bahwa pria itu terlihat familiar, tetapi tidak tahu namanya. Akhirnya, sekarang dia tahu bahwa teman Satya itu adalah bintang terkenal bernama Arya.
"Bening, apa yang dilakukan Arya di sini?" tanya Citra berbisik.
"Aku juga tidak tahu. Aku melihatnya di sana sejak aku tiba di bar ini. Aku tidak pergi menghampiriya sama sekali. Tampaknya wanita yang baru-baru ini dia kejar sudah memiliki tunangan, mungkin tunangan wanita itu ada di sini dan Arya ingin menemuinya. Kudengar Arya sangat menyukai wanita itu. Ayah wanita itu dirawat di rumah sakit, dan Arya segera membayar semua biaya operasi dan rawat inap untuknya."
"Lalu bagaimana?" tanya Citra penasaran.
Bening cemberut, "Lalu Arya sepertinya ditinggalkan oleh wanita itu karena dia lebih memilih bersama tunangannya." Bening melihat ke punggung Arya yang kini sedang duduk bersama seorang wanita dan seorang pria, dan tersenyum, "Ini pertama kalinya aku melihat Arya secara langsung. Sepertinya wanita yang dia sukai juga cantik dan kaya. Benar-benar pasangan serasi seharusnya."
Citra meliriknya, "Apakah kamu ingin pergi dan menemuinya?" Bening tidak menjawab, jadi Citra bertanya lagi, "Bukankah kamu selalu tertarik dengan hal-hal tentang Arya dan kehidupan pribadinya?"
Bening akhirnya menjawab, "Kadang-kadang ada pengecualian. Aku ingin melihat Arya dari dekat, tapi sepertinya wanita yang disukai adalah wanita yang duduk di seberangnya itu. Aku tidak ingin mengganggunya." Dia mengatakan itu sambil menatap Arya yang sudah duduk di sebuah kursi tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini.
Citra menatap ke arah Arya dan dua orang lain yang ada di seberangnya. Matanya menyipit saat melihat pria yang ada di sebelah wanita itu. Itu Satya!
Satya sedang duduk bersama seorang wanita di sebelahnya dan berbalik. Kemudian kedua pasang matanya bertemu dengan mata Citra secara tak terduga. Citra menatapnya, lalu menatap gadis muda di sampingnya.
Gadis itu tidak terlalu cantik. Fitur wajahnya biasa-biasa saja, tetapi bagaimanapun wajahnya tetap cantik, dan bisa disebut, begitu cantik setelah diamati. Usianya sepertinya sama dengan usia Citra. Menurut pernyataan Satya sebelumnya, Citra mungkin satu atau dua tahun lebih muda darinya. Gadis itu memiliki rambut hitam lurus dan panjang, wajahnya polos tanpa riasan hingga menampakkan kecantikannya yang natural.
Tidak heran jika Arya tunduk terhadapnya. Gadis itu tampak baik dan sederhana, berbeda dengan para wanita yang mengejar Arya mati-matian selama ini hingga ingin menyerahkan diri mereka pada pria itu.
Satya melihat Citra sekilas, lalu sedikit mengernyit.
"Laras." Suara pelan datang dari mulut Arya. Dia melangkah ke samping gadis di sebelah Satya yang ternyata bernama Laras. Dia bertanya dengan nada serius sekarang, "Apakah kamu yakin akan memilih Satya dan hidup bersamanya dibanding denganku? Apakah itu karena kamu mencintainya, bukan karena dia tunanganmu sejak kecil?"
Citra terhenyak. Laras adalah tunangan Satya!
Satya dan Laras hanya diam di tempat duduknya masing-masing. Satya mengerutkan kening dan menatap Citra, sementara Laras menundukkan kepalanya. Giginya menggigit bibirnya dengan kuat. Tidak satu pun dari mereka berbicara.
"Apakah kamu yakin kamu benar-benar tidak menyukaiku sama sekali, dan kebahagiaanmu saat bersamaku sebelumnya adalah palsu? Atau kamu terlalu khawatir untuk terus bersamaku dan kamu akan disebut wanita yang haus akan kekayaan?" tanya Arya pada Laras. Laras semakin menundukkan kepalanya dan menggigit bibirnya lebih keras.
Suara rendah Arya terdengar lebih keras sekarang, "Coba kamu pikirkan, Laras, aku mencintaimu lebih dari dia, tetapi jika kamu memilih untuk pergi bersamanya hari ini, aku berjanji untuk tidak mengganggumu lagi dengan cara apa pun."
Siapa pun yang memiliki mata tajam dapat melihat bahwa Arya sedang gemetar saat mengatakan itu. Satya sedikit membalikkan tubuhnya, matanya yang hitam sedalam samudra, bibir tipisnya membentuk senyuman samar, tapi auranya begitu kuat, "Arya, jika kamu tidak bisa bersama dengan Laras, maka kamu harus menerimanya dengan lapang dada. Biarkan Laras yang memilih."
Laras juga akhirnya membuat keputusan. Dia masih menggigit bibir bawahnya dan berbisik, "Aku akan segera menikahi tunanganku. Arya, aku harap kamu akan baik-baik saja. Maafkan aku karena tidak memilihmu."
Arya menatap wanita yang tidak menoleh ke arahnya itu. Dia sedikit mencibir, "Oke, jika ini sesuai keinginanmu. Kamu bisa menikah dan hidup bersama Satya. Kamu tidak perlu merasa bersalah." Setelah mengatakan itu, Arya melihat ke arah Bening yang berdiri tidak jauh darinya. Dia menariknya ke dalam pelukannya dan menundukkan kepalanya, lalu menciumnya.