Chereads / Home of Ardor / Chapter 29 - CHAPTER XXIX : 70 TAHUN YANG LALU

Chapter 29 - CHAPTER XXIX : 70 TAHUN YANG LALU

Iris telaga itu masih bergetar karena apa yang kini terpantul dikedua irisnya, telinganya dapat mendengar jerit dan tangis disekelilingnya. Rumah-rumah yang berjejeran tampak roboh bahkan menimpa beberapa tubuh manusia, diantaranya tengah dilalap lidah-lidah api yang telah menjalar melingkupi sebuah daerah yang tampak seperti pedesaan. Mereka berlarian berteriak histeris bahkan ada yang ditusuk, ditebas atau dilumpuhkan dan diikat dengan rantai.

Wanita bersurai legam yang berdiri dihadapan kedua sosok yang lain dengan didampingi sosok wanita berambut ular menggigit bibir miliknya. Ia dapat merasakan kain yang menutupi kedua matanya basah terkena deraian air mata.

" Ini adalah saat-saat dimana aku kehilangan segalanya, keluarga dan kaum penyihir dieksekusi oleh pihak kerajaan. Sekitar 200 orang dibunuh ditempat, dan 65 diantaranya dibawa ke pengadilan termasuk diriku." Suara Ryuna bergetar mencoba agar tak terlihat tengah menahan tangis, tangannya saling menggenggam erat satu sama lain.

Berubah, apa yang dilihat mereka tergantikan pada dua orang sosok wanita yang tengah berhadapan, seorang wanita bersurai legam bermanik ruby dan seorang lagi mengenakan gaun putih dan rambut terurai menyentuh lantai, " Semua berawal karena aku mendapat pandangan kelahiran seorang Oracle yang membawa kutukan serta tanggung jawab semakin besar. Ia memiliki ikatan benang merah dengan kaum Asmodia, sehingga aku membicarakan hal ini pada sahabatku Lilith." Jelas Ryuna memulai penjelasan masa lalu yang akan menjelaskan setiap pertanyaan yang disembunyikan alam semesta dari kedua sosok disana.

" Lilith adalah ibu dari bangsa Asmodia sekaligus ibu dari Lucas." Eve segera melihat kearah Lucas yang ternyata telah mengalihkan pandangannya tak ingin melihat raut tanda tanya gadis disampingnya atau mengetahui apa yang sudah ia cukup ketahui.

" Aku mengatakan putra sulungnya yang saat itu baru saja menerima kutukan dari para Dewa akan menerima tanggung jawab yang lebih besar bersama sosok ini, namun kehancuran menanti...."

Ryuna menatap tepat kedua manik zamrud Eve hanya saling menatap hingga akhirnya wanita itu mengalihkan pandangannya menghela nafas pelan, " Aku sendiri tak ingin kehancuran terjadi setelah aku melihat masa depan kaumku hancur, aku berpikir dapat menghentikannya karena aku adalah seorang Oracle."

Pandangan sang wanita menyendu, ia tak lagi dapat menahan kesedihannya saat pemandangan tergantikan adegan dirinya yang berusaha menghentikan satu pasukan mengepung desa dan membantai kaum penyihir, Eve tak berani membuka matanya saat adegan berubah saat beberapa dari mereka menebas kepala kaumnya sendiri, semantara yang lain dilemparkan ke dalam bara api membawa harum tubuh yang terpanggang menyeruak masuk ke dalam hidung. Ya, sebuah pengkhianatan.

" Oracle adalah mereka yang terlahir dengan membawa takdir untuk melihat masa depan, kapanpun selama ia mendengar atau melihat apa yang para Dewa ingin sampaikan padanya."

" Aku mengatakan pada pihak kerajaan bahwa akan terjadi kehancuran dimasa yang akan datang dan kunci ini akan berada pada tangan putra sulung Lucifer. Ironisnya mereka justru mengira kami tengah menyebarkan isu dan hendak memicu perang."

Medusa tertunduk tak berani memandang raut wanita bersurai legam dihadapannya yang kini tengah menahan buliran kristal makin membasahi kain yang menutupi sepasang mata miliknya, " Memang apa yang anda lihat? Mengapa kerajaan menyimpulkan anda tengah menyebarkan isu dan hendak memicu perantg?" Eve bertanya pelan dengan suaranya parau meskipun ia telah mencoba membersihkan sisa tangisnya.

" Perang saudara." Satu kalimat yang meluncur dari bibir wanita Braun itu membuat kedua sosok yang sedari tadi diam mengangkat wajahnya terkejut bahkan Lucas sekalipun. Tangannya mengepal erat, ia tak pernah menyangka bahwa apa yang berada dibalik tragedi 70 tahun yang lalu adalah karena akan terjadinya perang saudara dimasa yang bahkan tidak diketahui pasti kapan akan terjadi.

" Aku telah melihat semua yang kalian alami karena itu aku merencanakan semuanya, memberikan perintah pada Medusa untuk membawa separuh jiwaku dan membentuk mantra yang membentuk dimensi saat aku dapat merasakan kehadiran Oracle dihutan Sherwood, barulah aku melepaskan kontrak kami." Terang Ryuna kembali yang kini menggenggam kedua tangan wanita bersurai ular yang menyembunyikan mimik pilu dirautnya.

" Tunggu kalian mengadakan kontrak?" tanya Eve yang hampir saja menaikkan suaranya karena terkejut akan kenyataan yang lain.

" Ya, aku yang meminta ayahmu melakukannya dan memberikan pesan ini semua melalui bantuan sahabatku yang berhasil lolos. Kau juga akan bertemu dengannya.'" Wanita itu tersenyum masam kala bayangan seorang wanita berwajah judas dengan surai pirang muncul diingatannya. Dia merindukan wanita gila dan bar-bar kesayangannya itu.

Lagi-lagi, pemandangan berubah mereka berdiri ditengah alun-alun kota dan disana telah berdiri alat pancung dengan mata pisau yang telah berlumuran darah. Beberapa tubuh telah diletakan tepat disamping kanan kirinya, seolah sebagai peringatan bagi mereka agar tak berani melakuakan hal yang serupa.

Terduduk lemas, Eve tak kuasa menahan lututnya yang gemetar akal melihat begitu banyak tubuh yang tak hanya ada disana. Namun sekitar 450 tubuh yang lain tampak diletakan asal dan saling bertumpuk tinggi. Gadis bersurai perak itu memeluk dirinya sendiri, terlalu terkejut akan melihat kematian yang begitu menyakitkan. Lucas menghela nafasnya kasar dan ikut bersimpuh membawa gadis ini ke dalam pelukannya, setidaknya Lucas sudah sangat terbiasa akan darah dan aroma kematian.

Iris mereka kembali dikejutkan kala melihat seorang wanita bermanik hitam legam mengenakan gaun putih lusuh nan kotor karena bercak darah menempel disana sini. Medusa berbalik dan lebih memilih menatap kedua ujung sepatunya.

Alasannya hanya satu mereka bertingkah begitu karena sang wanita yang tak lain adalah Braun baru saja memanggil sosok wanita bersurai emas dengan paras kelewat ayu dan senyum yang entah mengapa justru membuat bulu kuduk mereka meremang.

Ryuna tersenyum mendongak saat melihat kembali bayangan dari ingatannya 70 tahun yang lalu, " Lalu untuk melakukan semua rencanaku agar aku dapat membingungkan mereka dan menyelamatkan takdir Oracle selanjutnya, aku memanggil Dewi Moirae."

Lucas hanya menunduk saat mendengar nama yang tak asing baginya, " Dewi takdir yang memiliki hak atas kelahiran serta jalan kematian. Ia juga yang merubah takdir sosok disampingmu Eve." Tutur Ryuna kembali tanpa ingin melihat bagaimana ekspresi kedua orang didepannya.

" Aku memintanya menunda kelahiranmu selama 70 tahun dan aku memintanya mengaitkan takdir agar kalian sepenuhnya terikat dalam benang merah yang akan meringankan kalian mengemban rasa sakit dan derita dari takdir," lanjut wanita itu tepat setelahnya sang Dewi terlihat menghirup sesuatu dari mulut Ryuna yang sebelumnya telah menjerit kesakitan karena darah tiba-tiba saja mengalir dari kedua matanya.

Eve menelan salivanya kesulitan beberapa kali gadis itu mengatur nafasnya, " A-apa ha-harga yang diminta olehnya?" tanya gadis bersurai perak itu terpatah-patah,keduanya saling berpandangan dan agi-lagi senyum masam itu terukir diparas ayu sang wanita.

Kedua tangannya terulur melepas sehelai kain yang menutupi kedua matanya kini menyentuh tanah berbatu dibawah mereka. Eve menutup mulutnya tangisnya pecah begitu keras, " Aku menukar mata serta nyawaku sebagai harga yang harus kubayar." Ujar wanita itu Ryuna Braun, ia mengorbankan tak hanya nyawanya namun juga sepasang iris obsidiannya meninggalkan tempatnya tergantikan warna putih disana.