Chereads / Home of Ardor / Chapter 20 - CHAPTER XX : BUNGA TIDUR

Chapter 20 - CHAPTER XX : BUNGA TIDUR

Nafas yang memburu dan peluh mengalir deras membasahi pelipis gadis bersurai perak yang tengah berlari menembus hutan, kakinya melangkah cepat melewati beberapa semak belukar yang menghadang. Dibelakangnya wanita berpakaian seragam khas pasukan Castiello dengan rambut ular mengekor berusaha menyamakan langkah dan sesekali ularnya mendesis kala melihat sekelompok pria menembaki mereka.

Ditengah dinginnya udara malam bersalju itu si gadis perak mengeratkan pegangannya pada pedangnya, manik zamrudnya bergerak kesana kemari menyisir sebuah bangunan ditengah hutan mencari keberadaan sosok yang seharusnya tengah mengurus seorang pria paruh baya yang menjadi target mereka.

" Disana Medusa!" Evelyna berteriak saat melihat pria bermandikan cahaya rembulan itu berdiri diujung balkon tengah menyudutkan pria bertubuh tambun disana. Medusa yang mengerti segera menghentikan langkahnya dan kini dirinya tengah menghadap arah komplotan pria berjas yang tetap menembak.

" Kalian mengganggu dasar sampah."

Beberapa detik selanjutnya ketujuh pria tersebut telah berhenti bergerak, seluruh tubuhnya menjadi batu yang kemudian hancur lebur setelah Wanita Ular itu menjentikkan jarinya. Senyum miring dan mengedipkan sebelah matanya diberikan pada sekumpulan debu yangtertutup salju, barulah ia berlari secepat kilat menyusul Sang Nona yang telah memasuki katerdal tua disseberang hutan.

Eve tersenyum saat melihat pria bersurai legamnya tengah menuruni tangga dengan senyum tipis dibibirnya. Tangan kekarnya tengah membawa sosok pria tambun tadi yang telah penuh darah namun masih tersadar dan meracau menyumpah serapahi pria yang tak lain adalah Duke gila tak berotak yang menyiksanya.

" Apa kau baik-baik saja?" Lucas membelai wajah Eve menggunakan sebelah tangannya yang bebas, Eve mengangguk cepat masih mengatur nafasnya yang naik turun tak menentu. Lucas mengecup pelan pipi gadisnya menciptakan rona dipipi si gadis. Kemudian tiba-tiba saja waktu berlalu begitu cepat dan dihadapan Eve tepatnya sebuah ruang bawah tanah penuh dengan tangis dan teriakan meminta tolong, ia melihat gadis-gadis kecil dibalik jeruji tertimpa reruntuhan dan dilalap si jago merah. Mereka terpanggang seperti ayam yang baru saja dimasukkan ke oven hidup-hidup, sementara dirinya kini tengah menangis meronta dalam dekapan abdinya.

" TIDAK!"

******

Hari terasa begitu panjang bagi sang iblis Castiello, pria itu kini tengah menyusuri garis wajah gadisnya yang masih terlelap diranjang marroon miliknya. Beberapa kali gadis peraknya itu mengerutkan alis bahkan bergumam memanggil namanya membuat pria pemilik iris ruby itu tersenyum tanpa sadar, berfikir apa sebegitu mempesonanya dia hingga dalam tidur menyebut nama Sang Duke. Helaian rambut perak gadis itu tertimpa sinar rembulan membuatnya tampak tengah membelai benang sutra. Sebuah dehaman menghentikan kegiatan Lucas, pria itu menoleh ke belakang dimana abdi milik tunangannya itu tengah berdiri.

" Maafkan saya Tuan, saya tak mengetahui anda telah kembali kemari."

Medusa membungkuk pelan hendak berbalik meninggalkan pria keji dihadapannya yang tengah meliriknya dengan sorot hendak membunuhnya setelah mengusik kegiatan Sang Duke. Namun langkahnya berhenti saat mendengar teriakan sang nona yang tiba-tiba telah membuka matanya dengan air mata mengalir dan tubuh bergetar hebat.

Lucas segera membawa Eve ke dalam dekapan hangatnya, berulang kali mendaratkan kecupan pada puncak kepala Sang Gadis Perak dan sebelah tangannya menepuk perlahan punggung si gadis. Tangan mungil putih itu menggenggam erat ujung kemeja putih Lucas hingga membuatnya kusut.

" Panggil Jack, Sekarang!" Medusa yang mendengar Tuan mudanya itu memberikan perintah segera berhambur keluar ruangan mencari pria bersurai senja yang harus segera ia tarik paksa untuk ikut dengannya. Sementara Lucas mencoba menenangkan Eve yang mulai kesusahan untuk bernafas.

" Evelyna bernafas, tidak apa-apa aku disini kau sudah aman." Lucas memberikan instruksi berharap gadisnya itu mengingat bagaimana caranya bernafas, perlahan Evelyna yang mulai mendongak bertemu wajah tampan Sang Duke mulai tenang. Nafasnya kembali teratur meskipun cairan bening masih mengalir menuruni pipinya. Bibirnya pucatnya itu ia gigit keras menahan sederet kilasan bayangan diingatannya baik tentang mimpi itu atau tentang ingatan yang ia lupakan.

Suara pintu yang terbuka menampakkan Jack yang telah berlari tergopoh-gopoh diikuti Si Wanita Ular yang telah mengomel padanya sedari masih berjalan menuju ruangan Lucas. Dokter sekaligus sahabat Sang Duke mengangguk pada pria Castiello itu, mereka hendak bertukar tempat namun gadis bersurai perak itu tak mau melepaskan dekapannya pada tubuh Lucas justru tangisnya kian kencang dan ia mulai bergumam.

Jack mendesah kasar kepalanya merasa akan pecah tiap kali berhadapan dengan pasien dengan gangguan seperti ini. " Nona Evelyna dengarkan saya , ini saya Jack Barnard kau ingat?" Jack mencoba berbicara perlahan tersenyum ramah pada gadis yang ada didalam dekapan Lucas. Gadis itu mengintip dari balik bahu Lucas terdiam dan tangisnya cukup reda hanya tersisa sesenggukannya saja.

Jack menoleh ke arah Medusa dan memberikan kode untuk mengambilkan air kemudian wanita itu justru keluar dan Helga yang masuk berlari dengan langkah seribu. Tangannya membawa nampan kayu berisikan secangkir air putih dan teko yang berisi sama pula.

Eve kini tampak jauh lebih tenang dan mendengarkan setiap instruksi Jack yang terus membantunya, Lucas pun turut menemani sembari masih memberikan kecupan dan mengusap pipi, dahi juga punggungnya pelan. Merasa sudah baik-baik sja gadis itu melepaskan pelukan Lucas dan menatap kedua pria dihadapannya bergantian.

" Aku bermimpi sekumpulan gadis kecil tewas terpanggang dihadapanku."

" Mereka mati dihadapanku dan aku tidak bisa menolong mereka." Ucapan Eve tertahan air matanya kembali menetes, Lucas menghapus tetesan-tetesan air mata itu dan berucap pelan tanpa suara ' tidak apa-apa.' Evelyna tersenyum masam lagi gadis itu menghirup pasokan oksigen untuk menenangkan dirinya tangannya menggenggam tangan sang pria erat.

" Benar-benar terasa seprti nyata, bahkan saat aku melihat Lucas menyeret pria dengan paksa.." Lucas dan Jack saling berpandangan merasa aneh dengan mimpi gadis dihadapannya entah mengapa hanya naluri mereka menjadi lebih waspada terlebih kini mereka mulai tahu jati diri gadis bermanik zamrud ini adalah Sang Oracle.

" Sayang, bisakah kau ceritakan lebih lanjut mim- Aduh" Jack tetiba saja mengaduh saat merasakan nyeri pada sikunya yang ternyata baru saja menerima pukulan yang sebenarnya cukup keras dari Sang Duke yang kini mendelik saat sahabatnya tanpa rasa bersalah memanggil 'sayang' pada gadisnya.

Jack mendesis dan hampir saja mengumpat kala mereka melempar tatapan tajam, " Aku dan Medusa berlari ditengah hutan menuju sebuah katerdal tua didalam hutan menyusul Lucas yang ada dibagian balkon katerdal itu." Lucas dan Jack masih menyimak cerita Evelyna yang tampak masih mencoba mengingat lebih banyak mimpinya.

" Selepas Medusa berhasil melumpuhkan beberapa orang pria kami menyusul masuk dan menemukan Lucas tengah menyeret pria bertubuh tambun yang sudah babak belur, lalu tiba-tiba aku sudah didepan tempat seperti penjara yang terbakar berisi- hiks." Evelyna tak kuasa melanjutkan kembali penjelasannya, lagi Sang Castiello itu kembali menarik gadisnya ke dalam pelukannya dan membiarkan kemejanya yang sudah basah semakin basah akibat air mata tunangannya itu.

" A-aku ta-takut.."

" Apakah itu karena nona telah mengingat bahwa diri nona adalah Sang Oracle?" Jack bertanya pelan mencoba tidak membuat gadis bersurai perak itu kembali panik, Evelyna mengangguk. Ia kini cukup paham bagaimana Sang Oracle dan beberapa kemampuannya termasuk untuk melihat ke masa yang akan datang. Untuk itulah dirinya diperebutkan bahkan keluarganya turut terseret ke dalam pusaran takdir yang bagai kutukan untuknya.

" Tidak apa-apa nona, tenanglah semua akan baik-baik saja. Begini sebelumnya nona pernah bermimpi dan terjadi sebelum ingatan nona kembali?" Evelyna termenung mengingat kemudian menggeleng jawaban Jack, pria tampan dengan ambut matahari terbenam itu tersenyum.

" Kalau begitu itu masih belum pasti bukan apakah mimpi itu terjadi atau tidak, tidak apa-apa anggap saja itu hanyalah bunga tidur," Jack tersenyum hingga kedua matanya membentuk bulan sabit, Eve ikut tersenyum dan mengangguk. Tangan jack mengeluarkan sebuah botol berisi entah berapa banyak pil yang ada didalamnya, botol itu berpindah tangan pada Sang Duke.

" Saya permisi jika begitu nona, minum obat itu ketika nona terasa akan kambuh ya? Jangan terlalu sering nona saat terasa saja."

Selepasnya Jack melambaikan tangan tak lupa memberikan pukulan pada pundak Lucas, pria senja itu menghilang bersamaan dengan pintu besar yang ditutup Helga. Keheninganlah yang tersisa melingkupi pasangan ini, Evelyna sedikit tersentak saat tiba-tiba Lucas memeluknya dan menyelip diantara surai peraknya. Tangan kekar Sang Duke membelit posesif pinggang ramping gadisnya, sementara wajah ayu pucat Eve tersipu merona karena perlakuan pria bersurai legam dihadapannya.

" Lucas...."

Si gadis perak memanggil namanya pelan. Yang dipanggil hanya berdeham karena suaranya teredam bahu kecil sang gadis. Tak bisa dipungkiri ribuan kupu-kupu kembali memenuhi perutnya.

" Apa kau sudah tau mengapa Medusa menjadi pelayan ku?" Eve mencoba memulai bertanya pelan akrena terselip rasa takut dirinya akan ditinggalkan begitu Lucas mengetahui siapa dirinya. Lucas menarik diri dari pelukan mereka, tangannya menangkup pipi porselene yang pucat semakin mirip keramik yang dipahat begitu indah dan cantik dimatanya.

" Tentu saja aku tahu, tidak ada yang tidak ku ketahui sebagai seorang Duke, pemimpin dan lagi calon suami mu." Suara bariton Lucas yang entah kenapa terdengar kian seksi itu membuat Eve semakin merona merah padam, terlebih saat pria itu menyebut ' calon suami'.

" Jangan berfikiran aku akan meninggalkanmu karena takdirmu sebagai seorang Oracle, lagi pula seharusnya aku bangga karena memiliki calon istri yang berperan penting bagi Dewa."

Evelyna tertawa mendengar ucapan Lucas yang entah mengapa terdengar lucu ditelinganya.Gadis itu memperhatikan sang pemilik manik ruby kesukaannya, ia masih tak peduli apakah yang diucapkan pria kesayangannya ini sebuah hal omong kosong hanya saja ini yang ia percaya.

" Kau baik-baik saja, jangan berfikiran terlalu jauh untuk esok jika hari ini saja belum berakhir. Kau hanya melihat masa depan belum mengalaminya segalanya akan berubah itu pasti yang ingin para Dewa berikan padamu."

" Merubah takdir dari mereka atau dirimu yang ada dalam penglihatanmu." Lucas mengusap pipi si gadis yang terasa halus bak permukaan sutera menatap balik permata zaamrud yang tengah memperhatikan ruby miliknya.

" Terima kasih Lucas, aku benar-benar bersyukur memiliki dan meminta mu memungutku." Sebuah kecupan didaratkan Eve pada bibir tipis Lucas yang saat ini memasang muka cengo dan tersenyum miring, sementara sang gadis hanya memalingkan wajahnya dari tatapan jenaka pria kesayangannya yang kini justru menyatukan dahi mereka.

" Lucas, aku mencintaimu."

Entah mendapatkan keberanian dari mana hingga gadis bermanik Zamrud itu mampu melontarkan ucapan yang bahkan kini baru saja membuat jantungnya berdegup kencang seperti mesin kereta api, tidak hanya itu Eve semakin tak tahu ada apa dengan dirinya hingga ia berani memagut bibir tipis milik Sang Duke Kegelapan, Lucas yang cukup terkejut ahirnya menerima rasa manis bibir tipis pucat gadisnya tanpa membalas ucapan si gadis.

Dan dibawah siraman rembulan keduanya saling berbagi rasa dan menghibur juga melepas segala sesak dibenak mereka hingga nafas Eve terengah dan berakhir dengan tawa renyah lucas kala melihat gadisnya itu menggelung dirinya menggunakan selimut beludru berusaha menyembunyikan raut merah padam lucu kesukaannya.