' Kau hanya sebuah kutukan untuk kami'
' Dasar gadis tidak berguna'
' Jangan melebih-lebihkan luka yang kau terima'
' Aku berharap kau mati dan tidak pernah dilahirkan saja'
Terulang kembali, kata-kata yang menghunus ingatan seorang gadis berambut pirang, air mata nya berlinangan seiring deru nafasnya yang terengah – engah karena berlari ditengah hutan belantara kala salju turun dengan lebat. Bibirnya bergetar hebat akibat kedinginan dan kelelahan yang dirasakan tubuhnya.
Kini gaun serta mantel nya pun telah compang camping akibat tersangkut dahan dan ranting. Berulang kali dirinya jatuh terjerembab di atas hamparan salju yang dingin. Antara Lelah atau menyerah, gadis pirang itu akhirnya memilih tetap diam pada posisi terlentang sembari menutupi sebagian paras ayu nya yang pucat.
Kekehan pelan terdengar, gadis itu mungkin telah kehilangan akalnya karena tertawa ditengah badai salju yang hampir membunuh nya saat ini. Sejujurnya si gadis pirang sangat mengetahui tindakan sembrono nya dapat mengantarkannya bertemu sang kematian lebih cepat.
Namun terlambat gelar the genius's lady dalam sekejap telah berubah menjadi the most idiot's lady.Gadis itu baru saja berlari menjauh dari kota menumpang sebuah pedati[1] menuju desa terakhir didaerah Gloucestershire, setelahnya dilanjutkan berlari ditengah dinginnya badai salju, dan berakhir dengan mati karena hipotermia[2].
Masih dengan terkekeh sang gadis berusaha bangkit dan berjalan tertatih. Melangkah gemetar menuju sebuah celah diantara akar pohon yang mencuat, kemudian menempatkan dirinya dan terdiam ditengah badai yang kian lebat.
Tak sedikitpun terbesit rasa menyesal dihati atas perbuatan gila yang dilakukannya. Sebaliknya gadis itu tersenyum puas karena kini dirinya dapat melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya terlepas dari segala luka dan mengambil sebuah langkah demi kebebasan yang didambakan, meskipun berakhir dengan kematian konyol dirinya.
Hembusan nafas yang berat disertai bau anyir yang tajam membuatnya tersadar dari lamunan sesaatnya. Gadis itu beranjak dari duduknya dan berjalan pelan sembari mencoba menajamkan indranya. Kemudian sebuah jejak kaki makhluk yang jauh lebih besar darinya dan cairan merah kental berceceran ditemukannya.
Suara ranting patah membuat sang gadis mengalihkan pandangannya dan saat itulah manik emerald zamrud miliknya bertubrukan dengan sepasang mata bermanik merah menyala. Disana tepat sekitar tiga meter dari tempatnya berdiri, sesosok makhluk dengan tinggi hampir setinggi pohon, bertubuh hitam legam dan berkepala tengkorak banteng atau apapun itu tengah balas menatapnya.
Bau anyir kembali menusuk indra penciumannya, kemudian baru disadarinya bau anyir itu berasal dari benda ditangan makhluk dihadapannya. Seonggok tubuh manusia terkoyak dengan darah yang meninggalkan jejak berceceran mengotori putihnya salju.
Apa yang selanjutnya terjadi sesuatu yang tidak disangkanya. Dalam hitungan detik dirinya ditarik hingga menubruk tubuh keras makhluk yang baru saja melemparkan barang bawaannya itu ke sembarang arah.
"Sepertinya kau salah tempat gadis kecil." Ujarnya.
Sebuah benda panjang yang keluar dari balik tubuhnya, baru saja menusuk objek yang ternyata telah berdiri sedari tadi dibelakang tubuh si gadis. Sehingga objek yang tak lain ialah tubuh seorang pria itu menyemburkan darah akibat lubang yang baru saja menghiasi tubuhnya. Gadis itu baru saja keluar melihat dunia dan segera disuguhkan pemandangan sebuah pembunuhan sadis, benar-benar sebuah kejutan.
" Aku rasa ini bukan pemandangan untuk dilihat seorang gadis." Sebuah suara bariton menginterupsi, sang gadis segera membalikkan tubuhnya dan kedua manik mereka saling bertubrukan kembali.
Entah sang gadis yang telah kehilangan akal sehatnya dan menjadi tidak waras atau dirinya yang tak memiliki rasa takut akan makhluk dihadapannya. Selepas apa yang terjadi seharusnya seseorang akan lari terbirit-birit sembari berteriak ketakutan, namun gadis berambut pirang itu hanya terdiam dan masih menatap manik merah menyala itu. Bahkan tiba-tiba sang gadis merentangkan tangan serta menyunggingkan sebuah senyum manis.
"Hei, wahai engkau yang aku tidak ketahui bisakah kau membawaku bersama mu?" Gadis itu menyerahkan dirinya sendiri pada makhluk yang baru saja menusuk seseorang secara sadis dan membuang seonggok mayat bagaikan sampah.
"Baiklah, aku akan membawamu gadis kecil."
"Sebentar, aku harus membuang sampah yang lain," gumam sosok itu pelan nyaris seperti berbisik.
Jawaban yang tak disangka-sangka tentu saja. Tanpa basa-basi makhluk itu kembali melemparkan sampah tadi ke sembarang arah menyusul sampah yang lain, sehingga meninggalkan bercak serta genangan kian banyak.
Beberapa detik kemudian cahaya biru berpendar mengelilinginya. Tubuh yang serupa dengan manusia dewasa namun kepala tulang miliknya masih sama disana, hanya saja kini terdapat sehelai kain merah menutupi wajahnya, sosok mengerikan itu baru saja mengganti wujudnya.
Hal selanjutnya yang dilakukan sosok tersebut ialah membawa gadis pirang itu kembali dalam dekapannya, meskipun terasa sedikit kaku dan canggung.
Tentu saja, bukankah itu normal. Tidak akan ada yang mau memungut seorang gadis ditengah hutan belantara sama halnya seperti memungut seekor kucing. Gadis itu hanya menurut saja ketika makhluk asing dihadapannya meminta untuk berpegangan ,sehingga kini tangan sang gadis melingkar pada leher sosok tersebut.
"Pejamkanlah mata mu, untuk manusia biasa berteleport akan menyebabkan pening." Begitulah perintah nya selanjutnya yang lagi-lagi hanya dituruti oleh si gadis.
Gadis itu bersandar pada dekapan sang sosok kegelapan itu. Hangat itulah hal pertama yang dirasakannya, kemudian dirinya dapat menghirup aroma maskulin yang bercampur dengan aroma rumput juga hujan yang terasa sangat menenangkan.
" Gadis kecil yang menarik, tak apa semua akan baik-baik saja."
Suara bariton sosok itu menjadi hal terakhir yang didengarnya sesaat sebelum kegelapan menariknya semakin dalam menuju alam mimpi.
******
Secercah cahaya yang menelusup masuk melewati tirai, dan sinarnya menimpa wajah seseorang yang kini memutuskan untuk menarik kembali selimut, berniat bergelung lebih lama.
Aroma semalam kembali mengisi rongga hidung seseorang yang masih dibawah selimut itu. Kini ia tengah mencari asal aroma menenangkan itu dan hendak memeluknya lebih erat. Pagi yang indah dan damai seperti inilah suasana pagi yang diinginkannya. Tenang tanpa jerit atau makian yang mengusik gendang telinga nya.
Kemudian sekelebat kilas balik diputar dalam benaknya, sesaat kemudian gadis itu membuka mata.
" Sepertinya kau harus bangun sekarang, sesuka itu kah kau memelukku?"
" Selamat pagi."Sapa seseorang berwajah tulang disampingnya, selepas sang gadis membuka mata dan mengerjap beberapa kali berusaha mencerna apa yang tengah terjadi.
Seseorang itu kini membelai pipi pucatnya dengan ujung wajah tulangnya. Dan entah kenapa namun otak sang gadis berpikir tampak seperti dirinya tengah mendapat sebuah ciuman selamat pagi dipipi.
Ini gila, batinnya
[1] Gerobak yang ditarik kuda
[2] Kondisi tubuh dimana mekanisme tubuh kesulitan mengatur suhu tubuh akibat dari tekanan suhu yang dingin