" Se-selamat pagi."
Gadis itu menjawab setengah terpekik pelan karena terkejut akan apa yang ada di hadapannya. Bukan karena makhluk aneh sekaligus mengerikan yang membuatnya terkejut, hanya saja gadis berambut pirang itu tidak akan menyangka terbangun dalam posisi memeluk seorang pria dewasa.
Bagaimana dia dapat menyimpulkan apabila sosok di hadapannya ialah seorang pria, karena tubuh yang dimiliki nya tentu saja. Gadis itu tanpa sadar menjauhkan tubuhnya, alhasil dirinya hampir terjatuh dari atas ranjang, untungnya pria ini memiliki respon yang sangat cepat sehingga tangannya segera merengkuh tubuh si gadis. Seutas senyuman diberikan setelah manik mereka bertatapan.
Jantung sang gadis tiba-tiba saja berdetak jauh lebih cepat membuatnya kebingungan, mengapa jantungnya itu dapat berdegup karena makhluk tidak jelas. Kesekian kalinya dibuat terkejut, kali ini si gadis menemukan dirinya telah mengenakan gaun tidur berwarna hitam panjang, reflek saja tangan mungilnya membelitkan selimut tubuhnya.
"Oh, maafkan aku tapi semalam kau sudah tertidur jadi aku meminta Helga menggantikan pakaian dan merawat mu. Tidak mungkin aku membiarkan seorang gadis kecil sekarat karena hipotermia ,bukan?" tanya sosok itu sembari mengusap lembut pipi pucat sang gadis.
Entah si tuan tulang ini yang gemar membuat orang lain terkena serangan jantung, si gadis pirang tiba-tiba saja diangkat dalam gendongannya. Wajahnya memerah semerah tomat yang matang. Namun, perhatian sang gadis beralih pada pemandangan dari jendela. Maniknya berbinar, mulutnya terngaga kecil sehingga tampak lucu di mata siapapun yang melihatnya, termasuk sosok di hadapannya.
"Nah, pertama aku akan mengenalkan diri, tapi sepertinya kau sudah mengenalku." Setelah berucap seperti itu, si tuan kepala tulang menjentiikkan jarinya dan tiba-tiba saja sebuah cahaya biru berpendar terang yang menyilaukan mata.
Dan hal selanjutnya adalah sosok tersebut berubah menjadi seorang pria yang tampan rupawan dengan rambut sekelam malam, mata bermanik merah bak batu ruby, tubuhnya tegap, gagah dan tinggi, Ya Tuhan apa dia seorang Dewa?
"Perkenalkan nama saya adalah Lucas Gavril De Castiello."
"A-ah, ma-maafkan saya ka-karena sudah lancang Du-duke Castiello." Gadis pirang itu segera menunduk hingga membuatnya hampir terjatuh dari gendongan sang Castiello. Berkat respon sang pria yang cekatan sehingga dapat menyeimbangkan tubuh mereka dengan cepat.
"Jangan seperti itu Lady Van Alen akan sangat berbahaya jika anda terjatuh. Saya tidak ingin calon istri cantik saya ini terluka." Tersedak karena ludahnya sendiri akibat panggilan yang ditujukan kepadanya. Dia tidak mengetahui apabila sang Duke Castiello yang terkenal dapat mengenali dirinya.
"Oh, itu hal yang mudah untuk saya mengenali siapapun. Tak perlu terkejut, ke depannya anda akan sering dikejutkan baik oleh saya atau keluarga Castiello." Sang Castiello membawa mereka duduk pada sebuah sofa bludru dan mendudukan sang lady[1] diatas pangkuannya, kemudian menyampirkan sebuah selimut rajut tebal. Perlakuan manis tersebut membuat sang lady kembali tersipu malu. Kekehan pelan Castiello membuat lady dihadapannya melirik dari balik juntaian rambut panjang miliknya.
"Baiklah, hmm mari saya jelaskan sedikit. Anda yang meminta saya untuk membawa anda kan semalam? Kemudian karena saya memutuskan untuk memungut anda? Jadi, saya ingin membawa anda sesuai permintaan anda di sisi saya. Mengerti? "
Carol tertunduk mengingat masa-masa selama dirinya masih di mansion Van Alen. Dia tidak dapat mengatakan apapun, apa saat ini dia akan berakhir sama. Apakah segala nya sia-sia?
"Atau anda keberatan dengan keputusan saya? Anda boleh menolak dan akan saya kembalikan ke-.."
"Tidak perlu, saya- saya tidak masalah. Tapi i-ijinkan saya bertanya apa yang membuat anda yakin hingga tiba-tiba anda berniat menjadikan saya sebagai pendamping anda Tuan?" tanya sang lady setelah tetiba saja memotong ucapan sang Duke. Bukannya marah Castiello justru tersenyum. Paras tampannya tampak sedang berpikir memberikan jawaban, tawa renyah lolos setelah melihat mimik menggelikan dari sang lady.
"Aku hanya membawa anda sesuai permintaan anda, tapi mungkin karena anda yang tampak jauh lebih menarik di mata saya. Tidak akan ada seorang gadis yang dengan sukarela meminta sesosok makhluk mengerikan yang membawa mayat, meminta untuk turut serta dibawa."
"Yah, saya mengerti mungkin anda sempat berpikir saya tidak waras," sahut Carol setengah terkekeh karena tindakan gilanya.
"Anda tidak merasa takut justru anda terlihat nyaman, bahkan sedari tadi anda terus memerah seperti ini, ketika saya menggunakan wujud iblisatau wujud manusia saya. " Lady Van Alen mengangguk kecil dan memilin gaun hitam nya sembari menahan tangis karena baru kali ini dia merasakan sesak teramat sangat. Seseorang mendengarkan, menjawab pertanyaannya bahkan menginginkannya.
"Lagi pula sudah saatnya untukku menemukan pendamping," tambahnya.
Untuk pertama kali sepanjang hidupmya, ia merasa dibutuhkan, diinginkan meskipun itu semua berasal dari sosok kegelapan. Air matanya tak dapat dibendung lagi, tubuh mungil gadis itu bergetar menahan isakannya.
Sebuah rengkuhan dan dekapan hangat menyelimuti gadis Van Alen itu. Caliesto tengah memeluknya meskipun masih terasa canggung. Tepukan pelan di punggung juga diberikan nya. Sungguh gadis itu merasa segala luka nya diangkat naik, hanya dengan perlakuan serta ucapan singkat sang Duke. Bahkan dia tak menanyakan atau meminta penjelasan apapun.
"Jika anda tak keberatan saya mohon untuk bawa saya sekali lagi." Putus sang gadis tentang keputusan yang diajukan kepadanya itu. Caliesto mengangguk dan melepas pelukannya, menyeka air mata sang lady, yang mana lagi-lagi menyebabkan dirinya hampir jatuh terjungkal. Helaan nafas kecil dikeluarkan Caliesto atas setiap tingkah ceroboh sekaligus lucu calon istrinya itu.
"Baiklah, kalau begitu selamat datang di keluarga Caliesto, my little puppy."
"Oh maaf, saya masih belum tau sebanyak itu mengenai diri anda my lady." Jelas Caliesto melihat si gadis Van Alen terdiam karena sebutan yang diberikannya.
"Maaf, ijinkan saya memperkenalkan diri Tuan. Nama saya Caroliana Van Alen, putri bungsu keluarga Van Alen. Anda dapat memanggil saya Carol. Saya berusia 21 tahun, hmmm mu-mungkin selanjutnya tuan dapat menanyakan apa yang ingin anda tau." Carol menjawab gugup, gadis itu tampak kelimpungan karena tidak mengetahui apa yang harus diberitahukan nya kepada pria tampan ini.
"Tidak apa, itu sudah cukup untuk selanjutnya sepertinya kau memiliki kesulitan dalam berbagai hal bukan? Ceritakan kepadaku saat kau merasa ingin mengatakannya. Aku akan melanjutkan penjelasan yang lain kalau begitu."
Dan selanjutnya sang Duke memberikan penjelasan mengenai dirinya beserta keluarga Caliesto.
Pertama adalah keluarga Caliesto. Keluarga Caliesto ialah keluarga bangsawan ditanah Britania yang menyandang gelar Duke. Seluruh penjuru Inggris mengenal keluarga ini dikarenakan bakat mereka yang luar biasa. Mereka adalah keturunan dari bangsa Asmodia. [2] Sehingga para Caliesto memiliki dua wujud selain wujud manusia karena pada dasarnya mereka adalah iblis.
Mengenai wujud iblis mereka hanya para pelayan mansion yang telah melayani sejak berabad-abad lah yang mengetahui selain para anggota keluarga dan anggota kerajaan. Karena bakat yang dimiliki, para Castiello pun ditakuti karena kekejaman serta peran mereka sebagai bayangan kerajaan, mereka akan membersihkan setiap sampah atau hama yang meresahkan tanah Britania. Sehingga mereka juga disebut sebagai sang antagonis selain karena memang perangai sangar dan tatapan tajam intimidasi dari manik ruby khas Caliesto.
Iblis beserta makhluk immortal lainnya sejatinya memiliki keberadaan nyata bahkan hidup dan berbaur diantara para manusia. Beberapa hal seperti sihir cukup familiar oleh masyarakat, hanya saja terdapat beberapa kalangan yang hidup dengan tidak mempercayainya, sehingga mereka mengabaikan fakta tentang sihir atau makhluk immortal.
Menurut penjelasan Lucas, dirinya memiliki satu saudara laki-laki lagi yang bernama Erudian. Berbeda dari nya yang dengan senang hati menempati puncak tertinggi Caliesto. Erudian lebih memilih menjadi seseorang yang patuh dan setia sebagai tangan kanan dari sang Duke.
Dan hanya Carol lah sampai saat ini yang mengetahui wujud iblis miliknya bahkan anggota kerajaan belum pernah melihat wujud aslinya meskipun gelar Duke telah disandangnya selama hampir 20 tahun. Carol sulit mempercayai usia sebenarnya sang Duke, apabila parasnya saja masih tampak seperti pemuda di awal usia 25 tahun.
Sebagai tambahan Lucas menjelaskan dirinya tak pernah memiliki emosi layaknya makhluk yang lain. Dia tidak pernah merasakan atau memiliki Hasrat atau gairah semasa hidup nya. Meskipun sang adik, Erudian cukup terbilang normal karena memiliki emosi serta perasaan.
Carol terdiam cukup lama sedikit meragukan penjelasan tambahan yang diberikannya, sehingga Lucas menarik dagunya dan tanpa basa basi mendaratkan kecupan kecil dipipinya.
Tentu saja Carol memerah dan kejamnya Lucas justru menarik kepalanya hingga bertubrukan dengan dada bidang miliknya. Setelahnya Carol tau Lucas tidak sedang berbohong. Carol menatap manik ruby di hadapannya dan tersenyum kecil, entah mengapa dia hanya melihat sinar mata seseorang yang lupa apa itu emosi, sesuatu yang ia rasakan.
Kemudian, alasan mengapa Carol memanggil sang Duke dengan nama depan nya secara langsung, karena tidak ada sepasang suami istri atau kekasih yang memanggil dengan panggilan formal. Bahkan Lucas meminta untuk mulai berbicara lebih nyaman pada nya.
Kini keduanya masih dalam posisi yang sama, hanya saja beberapa detik yang lalu Carol tiba-tiba memberanikan diri memberitahukan kepada Lucas untuk mengenakan wujud yang menurutnya nyaman. Karena bagi Carol sendiri hal itu tidak masalah. Jadilah Lucas mengenakan wujud iblis berkepala kerangka bantengnya meskipun tubuhnya sengaja tetap ia buat dalam wujud setinggi manusia. Dia hanya tidak ingin atap kamarnya hancur.
"Lu-lucas," panggil Carol pelan sambil masih tersirat kegugupan didalam nada miliknya.
"Bisakah aku mengganti nama atau bisakah kau mengganti wujud seseorang?" tanya Carol sesekali melirik bolak-balik antara Lucas dan jemarinya.
"Tentu saja, Aku adalah penerus Caliesto. Tidak mungkin aku tidak bisa."
Lucas menjentikan jarinya, sesaat kemudian Carol telah dikelilingi cahaya berwarna biru dan selepas cahaya itu menghilang, Lucas kembali menggendongnya dan berdiri dihadapan sebuah cermin.
Di sana terdapat pantulan seorang gadis berambut perak dengan manik hijau emerald menyala. Bahkan bulu mata dan alisnya berwarna senada dengan rambutnya. Carol tersenyum melihat parasnya. Lucas mendudukannya pada ranjang dan setengah berlutut sembari sebelah tangannya menggenggam dan tangan yang lain mengusap pelan pipi porselen Carol.
" Mulai saat ini nama mu adalah Evelyna De Lorraine dan panggilanmu adalah Eve. Semenjak detik ini rumah mu ada disini, pulang lah selalu ke rumah kita. Aku adalah keluarga sekaligus suami yang akan menjaga mu. Tidak perlu mengingat yang lalu, kau hidup di masa ini dan saat ini kau akan hidup sebagai Evelyna. Kemana pun kau pergi pulanglah kemari."
"Jangan meminta iblis membawa mu pergi lagi, kau milikku."
"Oh dan maafkan aku karena tidak mengubah warna mata mu. Aku sangat menyukai matamu yang terlihat seperti batu zamrud."
Carol, oh bukan tapi Eve kini tengah sesenggukan mendengar kalimat panjang lebar Lucas, yang mungkin bagi orang lain terdengar datar tanpa emosi. Namun bagi Eve, dirinya dapat merasakan kelembutan serta kehangatan yang terpancar dari setiap katanya.
Eve tidak peduli lagi, ini lebih dari cukup. Lucas yang datang dan bahkan dengan sukarela membawa Eve ke sisinya itu lebih dari cukup. Bahkan dia tidak peduli apabila kelak dirinya akan dibuang, atau ternyata ada alasan lain mengapa Lucas bertindak sejauh ini demi dirinya.
Sebab semuanya sudah cukup, dia tidak akan pergi kemana pun. Dirinya hanya menginginkan sebuah rumah dan keberadaannya diakui juga diterima.
"Kau menangis lagi. Apa selain memelukku kau juga suka menangis?" Lucas bertanya dan entah mengapa Eve justru terkikik karena merasa tatapan Lucas lucu. Mereka masih dalam posisi yang sama sampai seseorang menerobos masuk hingga pintu kamar Lucas tak lagi berdiri.
Disana seorang pria dengan raut setengah terkejut berdiri dan baru saja sadar bahwa nyawanya dalam bahaya.
[1] Sebutan hormat yang berarti nona muda atau nyonya bagi wanita biasanya sering diperuntukkan bagi kalangan bangsawan
[2] Bangsa yang menjadi keturunan raja iblis