Chereads / Ada Cerita / Chapter 4 - Adinata Menyebalkan!

Chapter 4 - Adinata Menyebalkan!

Tolong save.

Ini nomor baru. Yang lama hapus aja.

Notifikasi dari semalam yang baru saja dibuka oleh Zanna. Ingin rasanya Zanna membalas chat tersebut demikian. Mantan tidak tau diri, dasar!

Udah gue hapus sejak kita putus!

Tapi membaca chat itu saja sepertinya lebih bagus daripada mengirim balasan. Mau pemilik nomornya itu sakit hati atau tidak terima, masa bodo kalau menurut Zanna. Nomor itu tetap asing. Tak terdaftar dalam kontaknya. Tak pula ada niatan Zanna tambahkan dalam kontaknya. Beda cerita mungkin jika sampai pemilik nomor itu memaksa. Bila sudah seperti itu, Zanna akan menurutinya. Bukan apa-apa, hanya saja Zanna tidak ingin repot dengan meladeninya. Tapi sepertinya hal semacam itu tak mungkin terjadi. Mantan ya mantan. Bisa jadi berteman setelahnya. Bisa juga jadi orang asing setelah kata putus terucap dan kehidupan berjalan seperti biasanya.

Zanna sekarang berada di ruang perpustakaan sekolah. Bersama Angela yang malah molor di pojokan. Kelasnya sekarang tengah jam kosong. Guru yang mengampu mata pelajaran di jam kelima dan keenam ini tengah ada keperluan dan hanya menitipkan tugas pada guru piket. Entah bagaimana bisa pemikiran ingin mengerjakan tugas tersebut di ruang perpustakaan terlintas dalam otaknya. Yang Zanna ingin hanyalah patuh. Ada tugas dari guru yang berhalangan hadir kalau bisa dikerjakan tepat waktu. Ada pekerjaan rumah kalau bisa tetap dikerjakan walaupun telat. Saran dari Bunda sejak Zanna naik kelas dua belas tak bisa ia abaikan.

Masa depan kamu itu tergantung kamu, Zanna. Belajar rajin dari sekarang bukan berarti telat loh. Perjalanan kamu masih panjang. Selepas SMA adalah ujian kamu yang sebenarnya.

Kurang lebih seperti itu perkataan Bunda beberapa bulan yang lalu.

Zanna ingin berubah sedikit demi sedikit. Zanna tak ingin masa depannya suram tak tau arah. Jika di masa lalu Zanna itu pemalas dan selalu menggampangkan sesuatu sehingga penyesalan selalu datang. Kini, harus diubah. Zanna ingin membanggakan Bunda dan kedua kakaknya. Uang yang Bunda juga Elvano cari untuk membiayainya sekolah di SMA ternama ini tak boleh ia sia-siakan. Zanna sadar, ia sudah banyak mengecewakan.

"Udah selesai belum?"

Suara serak ciri khas orang bangun tidur itu terdengar, mengagetkan Zanna. Lamunan Zanna buyar dan perhatiannya teralih pada gadis yang kini menghampiri dengan langkah oleng. Zanna geleng-geleng kepala melihat Angela.

"Cuci muka dulu sono. Ketahuan penjaga perpustakaan dimarahin lo."

Angela menurut. Melangkah menjauh dengan pelan-pelan juga sedikit oleng. Namun di langkah kedua, gadis itu kembali ke hadapan Zanna. "Tugas lo udah belum?"

Bau-bau hendak menyontek tercium saat itu juga oleh Zanna. Mendengus sebal tapi tetap mengijinkan membuat energi Angela yang semula masih proses terkumpul menjadi penuh seketika. Sebenarnya, Zanna tidak ingin mencontekkan jawabannya pada yang lain. Tapi jika itu teman sendiri, jelas beda cerita. Perlu di catat ya, Zanna itu sebenarnya pintar. Hanya saja kadang malas.

"Makasih loh, Zanna Faranisa," ucap Angela disertai kedipan mata. Zanna merinding dibuatnya. Gila!

Dirasa tugasnya sudah selesai. Zanna pun mengembalikan buku paket yang sempat ia pinjam tadi. Mengembalikan ditempat semula. Zanna melihat jam ditangannya. Sekitar 30 menit lagi bel tanda istirahat kedua tiba akan dibunyikan dari sentral. Jika nanti Angela terburu-buru dan tulisan yang gadis itu banggakan menjadi seperti ceker ayam, jangan salahkan Zanna yang tidak membangunkan. Salahkan saja Angela yang malah molor di pojokan dengan santainya. Tak memikirkan tugas dan berujung melihat punya teman. Untung saja, Zanna adalah teman yang baik hati dan tidak sombong.

Tak lama kemudian, Angela datang dan Zanna pun sudah kembali ke tempat duduknya.

Angela langsung duduk di sebelah Zanna dengan tatapan yang ia sendiri tak bisa pahami apa maksudnya.

"Sumpah! mantan lo emang gak bener." Zanna menaikkan alisnya mendengar itu, seolah adalah perwakilan dari pertanyaan 'kenapa'. Angela meniup poninya sebentar sebelum menjawab, "Si Arlan mojok noh di kantin sama adik kelas. Padahal masih jam pelajaran. Gue doain ketahuan guru-guru STP2K."

Dan Zanna hanya manggut-manggut. Hal itu tidak lagi mengejutkan untuk seorang Zanna Faranisa. Mendengar atau bahkan melihat Arlan ganti-ganti pasangan itu sudah sering dan biasa. Berbeda dengan satu tahun yang lalu, saat Zanna masih bodoh dan seakan buta akan kebenarannya.

"Gak kaget sih, Ngel," sahutnya kelewat santai.

#####

Adinata memijat jari-jari tangan kirinya yang sedaritadi digunakan menulis. Adinata itu kidal, jadi ketika menulis menggunakan tangan kanan. Tulisannya yang semula memang agak susah dibaca malah semakin susah dibaca. Atau mungkin malah jadi tak terbaca.

Ini yang Adinata tidak sukai dari pelajaran sejarah Indonesia. Mau ulangan atau tugas sekalipun tetap saja jawabannya membuat Adinata berkali-kali harus banyak bersabar. Sebenarnya jawaban itu sesuai dengan apa yang siswa-siswi mengerti saja. Tapi jika Adinata menulisnya jadi muter-muter juga jangan menyalahkan dia. Adinata hanya menjawab sesuai perintah saja. Itu jawaban menurut Adinata Neandro.

Lalu pandangannya teralih pada Zanna yang baru saja memasuki kelas bersama Angela sembari menenteng buku tulis. Zanna mengumpulkan buku tulis itu pada Si Ketua Kelas, Adinata masih memperhatikan. Jangan salah sangka pada Adinata. Hanya saja, sebuah ide jail terlintas membuat Adinata semangat untuk bangkit dan mengumpulkan tugas.

Mengabaikan kata 'iya' nya beberapa menit lalu yang menjadi jawaban akan ucapan Abimanyu. Masa bodo mau dikatai tidak setia kawan. Ini lebih penting dan Adinata harus melakukannya.

"Tumben lo tepat waktu," ucap Si Ketua Kelas mengandung sindiran kala Adinata mengumpulkan tugas di mejanya.

Dan Adinata hanya menyahut santai. "Pengen aja. Harusnya bersyukur lo. Gue on the way mau tobat."

Imel, Si Ketua Kelas itu menggelengkan kepala sembari menata buku-buku yang dikumpulkan begitu saja di mejanya.

Zanna hanya menyaksikan. Setelah urusan mengumpulkan buku tulis selesai, Zanna hendak menuju bangkunya. Namun, hal itu jadi tertunda kala Adinata berucap, "Calon pacar, kantin yok!"

Beberapa pasang mata menoleh. Mengalihkan perhatian dari objek sebelumnya. Begitu pula dengan Zanna yang menoleh dengan kerutan di dahinya. Angela sudah kembali ke bangkunya. Tak peduli dengan Adinata yang palingan akan melakukan hal yang tidak penting.

Mata Adinata kini sudah tertuju pada Zanna yang berdiri beberapa sentimeter darinya. Senyum miringnya terbit membuat Zanna yang masih berdiri itu berdecih tak suka.

Kaki Adinata tergerak mendekat ke arah Zanna yang malah diam bak patung. Senyum miringnya tadi sudah tergantikan dengan senyum yang manis. Entahlah, menurut Zanna sedikit terlihat manis walaupun tetap menyebalkan.

Adinata yakin pasti setelah ini seorang Zanna Faranisa akan melemparinya benda yang terdekat. Seperti ringan sekali, tangannya sudah ditempelkan di atas kepala Zanna. Mengusapnya lembut sembari berkata, "Zanna Faranisa calon pacar Adinata Neandro." Bodohnya, Zanna malah diam.

Adinata suka ketika ada seseorang yang bilang seperti ini.

Cewek itu baperan. Mayoritasnya seperti itu.

Terbukti.

Dan penghuni kelas memilih menjadi penonton. Begitupula dengan Angela yang malah terbengong.

Detik berikutnya, kalimat menyebalkan meluncur. "In your dream."

Adinata segera berlari setelah mengatakan itu. Tepat saat itu juga, bel istirahat berbunyi. Dan Zanna yang baru saja tersadar akan kebodohannya langsung mengambil satu benda terdekat. Melemparkan pada Adinata yang hampir menghilang di balik pintu yang sengaja laki-laki itu tutup setelah berhasil keluar.

Dari luar sana, tawa Adinata menggelegar. Seakan puas akan kejahilannya.

"Siapa juga yang mau jadi pacar lo! Adinata! Sumpah, nyebelin!"

Zanna tak tinggal diam, menyusul dan mengejarnya. Hendak melayangkan tabokan atau tendangan.

Tak peduli lagi akan pasang mata penghuni kelas yang seakan diperlihatkan adegan kartun Tom and Jerry.

Tom and Jerry. Julukan dari Imel ketika kedua manusia itu menjadi perusuh utama kala di kelas.