Chapter 42 - Julukan

"Crinea lama tidak bertemu"

Aku melihat ke belakang, ada seorang gadis elf berambut biru, namanya Dreina.

"H.."

"Haah? Singkat amat jawabanmu, oh iya mau ada jumlah sihir original?, aku dah ada 4 buah"

"...."

"Kamu masih 1?"

"...."

"Tuh kan tebakan ku benar"

"Buku..."

"Huuuh?"

Ku mengeluarkan buku catatan ku.

"Milikku"

"... yang benar saja"

Dia mengambil dan membaca isi bukuku.

"I-ini.. ku tidak pernah melihat semua lingkaran sihir ini"

"....."

"Bahasa apa ini? Apa ini benaran bisa di pakai?"

".... ku, lihatkan"

Aku menggambar lingkaran sihir itu.

"Hueeeh cepat sekali"

"....."

Aku mengambil 1 rumput.

"Metaform"

Rumput itu mejadi tanaman chomper.

"!?"

"Ini"

Dia memberikan buku ku lagi.

"Kakeeeeeeeeeeeeeeeeeeek!!!!!"

"Ah...."

Sekarang ku berada di kampung halaman ku, tanah para elf, memory forest.

Aku langsung mengerjarnya dan menutup mulutnya lalu ku masukan kutukan neraka.

"Hupph!!! HUEEAAAAAAAAAAAK!!!"

Para elf lain yang mendengar suara Dreina datang mencari tahu.

"Ada apa?"

"Makan, kutukan neraka"

"Woaaah Crinea!"

"Iya itu Crinea"

Aku langsung berteleportasi ke depan rumah ku.

Aku membuka pintu ku.

"Aku pulang..."

Tidak ada balasan.

Orang tua ku menghilang begitu saja, jadi ku anggap meninggal karena ku tidak bisa merasakan apapun dari barang peninggalan mereka.

Aku mengambil kertas dan menuliskan dilarang masuk dan menempelkan nya ke depan pintu rumah.

Alu lalu menggunakan all cleaning.

Tujuan ku pulang adalah untuk menghadiri perlombaan sihir original.

Alasan ku tidak ingin yang lain tahu karena mereka akan merebut semua yang ku punya, namun sekarang ku tidak takut lagi karena aku sudah jauh lebih kuat.

Kebanyakan elf itu haus akan kehormatan, jadi mereka akan melakukan apapun demi memenangkan lomba itu.

Hanya Dreina yang ku percayai, ku sudah menggunakan visible,truth ke semua elf, hanya dia yang benaran baik.

Lalu ku mendengar suara langkah kaki.

"Hei Crinea! Jahat sekali kamu memasukan kutukan neraka ke mulut ku! Padahal ku hanya bercanda tadi"

"Pergilah"

"Ku masuk"

Dia membuka pintuku, namun aku biarkan saja

"Aku kunci lagi ya"

Dia kemudian duduk di sofa.

"Apakah sekolah itu enak"

"Seru"

"Hoaah!?"

"Apa?"

"Kamu jadi lebih tinggi"

"...."

"Ku iri, ku ingin cepat besar sepertimu"

"Ku, bisa, lakukan"

"Benarkah? Coba lakukan"

"Time, ten year, up"

Aku menggunakan peloncat waktu ke dirinya.

"Woaah ku menjadi lebih tinggi"

"Time, normal"

Dia menyusut lagi.

"Kamu pasti akan mengikuti lomba sihir original kan?"

"Ng, kamu?"

"Haah... aku mah tidak akan ikut, lagian aku pasti kalah"

"...."

"Omong omong kamu sudah makan?"

"Belum"

"Baiklah, ku pinjam dapur mu"

Tak lama kemudian dia keluar membawa sup.

"Trims"

"Masama"

""Selamat makan""

Rasa nya supnya mengingatkanku pada masakan Fierre.

"Huaaah masakan sendiri memang enak"

"Tutup mata, buka mulut"

"Baiklah, aaaaa...."

Aku memasukan kutukan neraka ke mulut nya.

"Apa ni? Manis manis"

"Mau?"

"Mau"

Aku mengambil 1 kutukan neraka.

"Hah!?"

"Makan"

"Kamu mau menipuku"

"....."

"Baiklah"

Dia memakan kutukan neraka itu.

"Manis...."

"Benar"

"Kok bisa?"

"5 kali"

"Hmm?"

"Lupakan"

"Aku juga ingin sekolah.."

"Ikut?"

"Tidak bisa.. kita elf tidak boleh keluar daerah ini kecuali melakukan tugas"

"Aku?"

"Kamu... aku tidak tahu, aku dengar kamu itu itu manusia bertampang elf"

"....."

"Aah aku juga tidak peduli kamu elf atau bukan, lagian kamu lah yang menolongku"

"Tidak.. aku, mengajari sihir, saja"

"Mungkin kamu tidak tahu apa panggilan untuk elf yang tidak bisa memakai sihir"

"Sampah"

"Tidak lebih buruk dari itu, elf yang di tidak bisa memakai sihir dianggap tidak ada"

"....."

"Ku di anggap tidak pernah ada selama 28 tahun, namun karena mu, keberadaan ku di akui"

"Oh!"

"Hmm?"

"Kamu, buat sekolah, tolong yang, lain"

"Aah! Ide bagus setelah ku berumur 80 tahun ku akan pergi ke ibu kota untuk belajar ilmu sihir"

"Aku, akan menanti itu"

"Yaah.. tapi..."

"??"

"Apa kamu bisa melihat aku ketika hal itu terwujud?"

"....."

"....."

"Bisa"

"Benarkah??"

"Tak peduli, ku tua, atau muda, ku akan, menantikan, itu"

"Crinea..."

"Aku, bisa, memperlambat, pertumbuhan, badanku"

"Benarkah?"

"Tadi, ku, percepat badan mu"

"Benar juga ya"

Aku membuat 2 gelas dan memasukan air dingin ke dalam.

"Instan bangat sihirmu"

"Hm.."

"Omong omong kapan lomba nya?"

"Minggu depan"

"Apa setelah lomba kamu akan langsung kembali ke sekolah?"

"..."

"..."

"Ku disini, libur selesai"

"Benarkah??"

"Ya"

"Kalau begitu setelah lomba jadilah guru sebulan ku ya??"

"Ya"

"Horeee"

Seminggu telah berlalu, akhirnya tiba hari perlombaan, aku berada di gedung tertinggi memory forest, trackless wood.

"Tidak seperti sepuluh tahun lalu, tahun ini perlombaan nya di tentukan dengan siapa bertahan paling terakhir, silahkan pakai semua sihir original yang kamu miliki untuk bertahan dan menyerang" ucap tetua elf, umur nya mungkin 344 tahun

"Crinea berjuang lah" teriak Dreina dari kursi penonton.

Ada sekitar 40 orang termasuk aku, dan yang pasti akulah yang paling mudah.

"Mulai!"

Mata peserta langsung menatap ke arah ku.

Mereka lalu menembakan sihir sihir mereka ke aku.

"Eliminasi, terlemah?"

Aku menangkis sihir mereka semua.

"Giliran, ku"

Karena aku lagi tidak ingin melihat darah ku membuat bola karet.

"Crinea, kenapa tidak mencoba membuat bola yang bahan dari getah pohon? Walaupun tidak keras, tapi daya pantul nya bagus dan juga memberikan momentum yang kuat" ucap Riala

"Haste, linear"

Bola karetku bergerak ke depan dengan cepat

"Hah apa ini? Stone shield"

Bola karet ku mengenai dinding batu nya dan memantul mengenai peserta lain

"argh!"

"Grah"

"Apa ini memantul??"

Mereka terus menghindari bola karet ku.

"Area Of Effect, lightning bolt, four"

Di atas ku terbentuk 4 bola kuning berukuran 2×2 meter.

Mereka berjejer membentuk persegi.

"Apa ini ada lingkaran hijau di bawah kita"

"Lihat ada bola sihir di atas area hijau"

"keluar dari area hijau!"

'Kenapa mereka saling memberitahu?'

"Rotate,360 degrees, 2 secon, 3 times"

"Area hijau nya berputar"

"Kalahkan gadis kecil itu dulu!"

Mereka semua menyerbu ke arah ku.

"AOE, soul spike"

Terbentuk duri ungu di atas tanah dengan radius 4 meter dari ku.

"Injak saja!"

Salah satu dari mereka meloncat ke duri ku.

"Argh!!"

"Ada apa"

"Aaaargh!!"

"Apa ini dia tidak terluka tapi menjerit kesakitan"

"AOE, lightning bolt, down, fast"

Bola sihir ku yang berputar langsung jatuh ke bawah menyambar peserta lain.

Karena mereka saling berdekatan efek sambaran nya menjalar hampir ke seluruh perserta.

Tersisa 3 orang yang masih belum tumbang.

"A.."

"Kami menyerah"

"Baiklah pemenang nya gadis kecil itu, silahkan naik ke podium"

Aku melihat ke arah orang orang yang terkena efek sambaranku.

"AOE, mega heal"

Lingkaran sihir besar terbentuk di arena dan menyembuhkan mereka semua.

"Siapa nama mu nak"

"Crinea"

"Crinea, untuk 10 tahun ke depan kamu akan memegang gelar Chermier, dan kamu ku beli julukan peri maut"

"Saya, tersanjung, akan gelar, tapi, julukan, mengapa?"

"Pertanyaan bagus, kamu kira kamu bisa menipu elf elder?"

".... tidak"

Kemudian aku menerima 1 adamantite.

Aku berjalan pulang ke rumah

"Crineaa"

'Ah, ku melupakan dia'

"tadi itu sihir mu hebat sekali"

"Bukan seberapa"

"Memangnya yang keren itu seperti apa"

"Khuhuhu, ku, ada rekaman, ku melawan temanku"

"Benarkah, oh iya bisa ajari aku sihir heal mu yang tadi"

"Bisa"

-----------------------