Chapter 40 - Janji

"Aku dimana?"

Aku berdiri di pantai, terlihat ada matahari terbenam.

Tiba tiba ada suara orang memanggil ku.

"Gale, tunggu" suara itu terdengar seperti gadis kecil.

Aku melihat kebelakang dan melihat seorang gadis berambut biru yang familiar bagi ku.

"Kenapa kamu ada disini, ayo pulang"

Dia memegang tangan ku lalu menarikku.

tiba tiba ku melihat dinding putih.

"Haaah... mimpi"

Ku bangun lalu mencuci muka ku.

"Gadis itu siapa, kenapa ku seperti mengenalnya?"

"Ada apa Gale?" Tanya Noire di belakangku.

"Ku tadi bermimpi, mimpi itu seperti masa lalu ku"

"Hm.. bagaimana liburan nanti kamu pulang ke kampung halamanmu"

"Ooh ide bagus"

Kami berempat kemudian ke lapangan.

Lalu mendengar ceramah pak tua itu.

"Apa sebulan??" Ucap Myiles.

"Wow, liburan yang lama" ucap Vert.

"ini kesempatan yang bagus Gale"

"Ya Noire"

Besok nya aku memasukan barang barang itu ke tas ku dan pergi ke gerbang barat kota.

Aku menumpang di salah satu caravan.

"Ingat nak, kalau kamu tidak mampu melawan monster yang muncul kamu boleh kabur"

"Baik pak"

"Omong omong untuk apa kamu ke desa Verial"

"Ah itu kampung halaman ku"

"Ohohoho kamu terlahir di desa yang indah, ku terkadang beristirahat di pantai nya"

"Ya"

Tiba tiba paman itu menghentikan caravan nya.

"Sial bandit"

"Apa?"

"Cih 20 orang, sepertinya kali ini ku terpaksa memberikan caravan ini pada mereka"

"Tidak perlu"

Bandit itu mengepung dari depan, hanya bagian depan karena tidak mungkin caravan bisa memutar arah dengan cepat.

"Kamu sudah tahu apa yang harus kamu lakukan kan pak tua?"

Aku turun dari caravan dan berjalan ke depan.

"Nak apa yang kamu lakukan??"

"Tenang saja paman, ku ini salah satu anggota team 1 di sekolah sihir"

Aku maju dan mengeluarkan tongkat kayu ku.

"Heh bocah apa yang bisa kamu.."

"Bacot"

Ku membuat tanah mereka menjadi lumpur hisap.

"Waaa"

"Tanpa merapal??"

"Jangan banyak bergerak kalian bakal makin cepat terhisap loh"

Setelah mereka terhisap setengah badan ku, ku membuat lumpur itu mejadi tanah kering lagi.

""Aaargh!""

"Paman ada pemberi sinyal ke main post kan?"

"Y-ya"

Kakek itu memecahkan sebuah bola.

"Beritahu saja kalau ada penyihir yang datang menyelamatkan, aku akan pura pura ketakutan di dalam caravan"

Aku masuk ke dalam caravan itu.

"Trima kasih toru atas latihan yang seperti neraka yang kamu berikan pada ku"

"Hmm?"

"Tidak"

Tak lama kemudian prajurit dari main post datang.

Ntah apa yang mereka bicarakan lalu prajurit itu membawa pergi para bandit itu.

Lalu kami melanjutkan perjalanan kami, kira kira ada 5 jam, aku tiba di kampung halaman ku.

"Berapa paman"

"Tidak perlu, kamu telah menyelamatkan paman"

"Oh.. baiklah"

Aku berjalan ke arah gerbang desa

Aku melihat dua orang kakek kakek bermain catur.

"Ah.. nak Gale lama tidak melihatmu"

"Bagaimana sekolahmu?"

"Sangat baik, bagaimana dengan hasil panen desa?"

"Ohohoho sangat bagus hasil tahun ini, hanya saja akhir akhir ini kami kekurangan air"

"Ooh"

Aku berjalan ke rumah ku, setelah tiba di gubuk ku, aku masuk, sepi, tidak ada orang.

"Haah.."

Kedua orang tua ku meninggal di serang monster 6 tahun yang lalu.

"Eh.."

Aku seperti melupakan seseorang tapi siapa.

Aku lalu meletakan tas ku ke lantai, ku pergi ke dapur.

Aku kemudian melihat gadis berambut biru panjang di ikat belakang sedang memasak.

Aku mengucek mata ku dan gadis itu menghilang.

"Apa itu tadi?"

Aku mencoba meraba tempat gadis itu berada, tapi tidak ada apa apa.

Aju kemudian ke kamarku, lalu aku merapikan kamarku yang berdebu.

Aku membawa kasur ku dan menjemurnya ke luar, lalu ku memukul mukul kasur itu agar debu nya hilang.

"Hueeeeeh lihat ibu, kak Gale pulang"

Aku melihat ke samping ada seorang gadis kecil memegang tangan ibu nya.

"Aaah dik Cyea bagaimana kabarmu?"

"Baik kak"

"Ah iya kakak ada membawakan oleh oleh untuk mu"

Aku memberikan mengeluarkan sebuah kristal.

"Apa ini kak?"

"Itu kristal keberuntungan, coba di pakai lihat apa yang kamu dapat"

"Bagaimana caranya"

"Alirkan sihir ke kristal itu"

"Woke"

Gadis ini bernama cyea, meskipun masih berumur 7 tahun dia sudah bisa menggunakan sihir.

Kristal yang di pegang nya pecah lalu muncul lingkaran sihir, lingkaran sihir itu memunculkan sebuah anak anjing.

"Aaah anak anjing, ku kasih nama Hachi karena imut"

"Apa tidak terlalu cepat memberi namanya"

"Tidak kok, nama yang bagus itu nama yang terpikir oleh kita secara spontan"

"Ara~ trima kasih ya Gale"

"Aah tidak perlu, oh iya ini mungkin sedikit tapi tolong di terima"

Aku menggerakan tangan ku ke belakang.

"Ah aku lupa, tunggu sebentar"

Aku berlari masuk kerumah dan mengambil 2 mandragora.

"Ini tolong di terima"

"Ara~ mandragora, apa tidak terlalu banyak?"

"Tidak kok, karena anda telah merawatku setelah orang tua ku meninggal"

"Aku?, bukanya Suchi ya?"

"Suchi?... Suchi...."

Kenapa nama itu begitu familiar dengan ku.

"Ma-maf Suchi siapa ya?"

"Ara~ kamu lupa dia?, gadis berambut biru yang selalu nempel dengan mu"

"Tapi... kenapa ku tidak mengingatnya, lalu dimana dia tinggal?"

"Kalau kamu benaran merupakan nya, ku akan menceritakan nya dengan mu, Cyea kamu pulang dulu ya"

"Baik ma"

Ibunya Cyea membuat sebuah kursi dari tanah

"Kalau tidak salah 2 tahun yang lalu kalian berdua pergi tebing di utara desa ini, karena kalian tidak pulang pulang selama 2 hari warga desa mencari kalian, kami menemukan dirimu pingsan di pesisir pantai, sedangkan Suchi tidak di temukan"

"...."

Setelah itu ibunya Cyea pulang.

Aku mengambil gulungan sihir dan menyimpanya ke kantong kaki ku, aku mengunci pintu dan pergi ke tebing yang di bicarakan ibunya Cyea.

Aku berjalan menembus hutan, lalu aku melihat sebuah tebing batu berwarna hitam.

"Haah... tidak ada yang bisa ku ingat"

Aku berjalan ke ujung tebing itu.

Aku melihat ke bawah tiba tiba ku melihat gadis seumuran ku berambut biru terjatuh ke bawah.

Aku reflek meloncat ke bawah.

"Hei pegang tangan ku!"

Gadis itu melihat aku.

"Wind push!"

Aku membuat angin yang mendorong ku ke bawah.

"Ayo pegang tangan ku!"

Dia tetap diam.

Ak sudah berada dekat nya lalu ku menangkap nya, namun.

Tangan ku menebus badan nya.

"!?"

Aku melihat di bawah, dipenuhi karang.

'Gawat!'

"Specter!"

Tiba tiba tangan gadis itu menyentuh wajahku.

Lalu kesadaran ku menghilang.

"Hei suchi mengapa kamu mengajakku ke tebing?"

"Itu rahasia"

Aku berdiri di depan nya, dia berdiri di ujung tebing.

"Hati hati, nanti bisa jatuh loh"

"Gale"

"Ya?"

"Aku tidak bisa bersama mu terus"

"Apa maksudmu?"

"Aku ini bukan manusia, ku hanya arwah penasaran"

"Apa maksudmu?, kamu ini manusia kan, lihat aku bisa menyentuhmu"

Aku berjalan ke dekat nya, lalu ku memegang tangan nya.

"Lihat ku bisa memegangmu kan?"

Tiba tiba tangan nya menembus tangan ku.

"!?"

"Lihat, aku ini bukan manusia"

"Ja-jadi?"

"Ku tak lama lagi akan menghilang"

"Tidak!"

"!?"

"Kamu tidak akan menghilang, dunia ini ada sihir, pasti ada cara agar kamu menjadi manusia"

"Ku berharap hal yang kamu katakan itu benar benar ada"

"Kalau tidak ada ku pasti akan mencari nya hingga dapat!"

"Huahahahaha"

"Apa yang lucu?"

"Kurasa kamu ada benarnya juga, badan ku juga bisa bertumbuh karena ku berada di dekatmu"

"Jadi kamu tidak akan hilang"

"Aku akan tetap hilang"

"Kalau begitu apa kah ada cara agar kamu tidak menghilang lebih cepat!?"

"Ada, tapi terlalu berisiko"

"Apa itu?"

"Ku menyatu dengan jiwa mu"

"Apa?.."

"Ku akan tertidur di jiwa mu dan kekuatan ku menjadi milimu"

"Lakukan"

"Eeeh!? Tidak apa apa?"

"Ya"

"Baiklah"

Dia kemudian mencium ku.

"!?"

Lalu dia mundur.

"Kalau kamu dalam keadaan yang berbahaya ucaplah specter"

Lalu dia meloncat ke bawah.

"Suchi!"

Aku meloncat ke bawah juga.

Tiba tiba ku melihat dinding kayu.

"Kamu sudah baikan?"

Aku melihat ke samping, ada ibunya Cyea.

"Eh.. iya"

"Suchi!! Ku berjanji akan menemukan cara menjadikan mu manusia!!"

---------------