"Shit," umpat Aldi kesal, matanya masih terfokus pada Salsha. 'Sial, gue enggak suka mereka deket sama Salsha,' Setelah Iqbal mencium pipi Salsha karena kesal, sekarang Aldi melihat mereka dengan tatapan yang berbeda.
Aldi memainkan makanannya tidak nafsu, membaliknya berulang kali dan kembali melirik Salsha yang terlihat mengomeli Iqbal. "Lo kenapa? muka lo merah, makanan lo pedes atau gimana?" tanya Tania peka pada sekitarnya.
"Enggak, lo makan aja. Gue lagi enggak mood makan, gue masih kenyang sarapan tadi," Tania menganggukan kepalanya tidak bereaksi lebih dan kembali memakan makan siangnya.
Aldi kembali melirik Iqbal dan juga Salsha. "Kesana aja kalau lo mau ketemu Salsha, biar gue yang bayar makanannya," Sepertinya Tania peka dengan gerak-gerik Aldi dari tadi.
"Samperin aja, lo enggak suka Salsha deket-deket Iqbal kan? ambil Salsha buat duduk di sini," sambung Tania membuat Aldi menghela nafasnya pelan. "Enggak perlu," Tania menaikan bahunya tidak perduli.
"Mata lo menjelaskan semuanya," Aldi memutar bola matanya malas. "Enggak usah berpikir kemana-mana, gue cuma enggak mood makan. Bukan karena Iqbal deketin Salsha," Aldi menegaskannya untuk membuat Tania mengerti.
"Gue enggak yakin, kalau lo mau ke sana ya pergi aja. Gue yang bayarin makan siang lo hari ini," usir Tania membuat Aldi sedikit kesal. "Lo apa-apaan si!"
°°°
"Sialan," Salsha tertawa mendengar umpatan Iqbal baru saja. "Makanya kalau duduk itu lihat-lihat dimana pakunya," Iqbal memutar bola matanya kesal.
"Lo juga enggak akan tahu kalau ternyata kursinya ada pakunya, untung aja gue yang kena, gimana kalau lo? apa gue harus lepas baju gue buat nutupin robekan rok lo," omel Iqbal masih satu pembahasan yang sama. "Itu takdir, lo enggak perlu bilang kalau itu untung bukan gue, sekarang emang hari apesnya lo, enggak usah pikirin gue,"
"Udah lah, lo emang enggak bisa diajak bercanda," sambung Iqbal berdiri menuju kelasnya. "Tunggu-tunggu, gue mau tutupin robekan celana lo. Lo jalan depan, gue tutupin dari belakang," Salsha mulai mengikuti Iqbal dari belakang. "Terserah," jawab Iqbal santai. "Sal," panggil seseorang.
"Ya? ada apa?" tanya Salsha masih menutupi robekan celana Iqbal dengan berdiri dibelakangnya. Posisi mereka sedang saling berdiri berhadapan, namun didepan Aldi bukan Salsha melainkan Iqbal.
"Ayo pulang bareng, gue udah lama banget enggak pernah pulang bareng sama lo," ajak Aldi pada Salsha, Salsha akan mempertimbangkannya sebentar. "Berdua?" tanya Salsha memastikan kembali, namun Aldi terdiam.
"Tania pulang sama siapa?" lanjut Salsha lagi. Aldi tersenyum manis sekarang, dan Salsha merasa tidak enak. "Gue antar Tania dulu, abis itu gue antar lo pulang," Salsha memutar bola matanya malas menanggapi lebih banyak lagi.
"Enggak makasih, gue udah ada acara pulang sekolah sama Iqbal. Lo bareng Tania aja, lebih hemat bensin," Salsha mendorong Iqbal untuk berjalan lebih cepat menjauh dari Aldi.
"Gue antar lo dulu baru Tania, gue mau ngomong penting. Berdua aja," Salsha mengangkat bahunya tidak perduli dan kembali mendorong Iqbal untuk berjalan lagi. Sayangnya Iqbal berbalik arah menghadap Salsha membuat Salsha terkejut dan berjalan ke arah belakang Iqbal menutupi robekan celananya.
"Lo cowok kan? kalau mau ngater pulang cewek satu aja. Kalau lo punya dua, usahakan pilih salah satu. Gue sebagai cowok tersinggung sama ucapan lo baru aja. Lo mau nganter dua cewek dalam satu waktu? wah, itu hebat Al. Gue merasa miris karena belum bisa pulang bareng sebanyak itu. Selamat, lo yang pertama yang pernah ada. Lo serahin Salsha ke gue, gue akan nerusaha ngebantu lo, lo antar Tania dan gue antar Salsha, okey?"
"Bal, gue ke kelas dulu," pamit Rio sedikit canggung, Iqbal menganggukkan kepalanya pelan, perhatiannya tidak teralihkan sama sekali. "Sal, gue ke kelas dulu. Jaga hati jaga perasaan ya, bisa aja pacar lo ini cemburu," Rio berjalan menghilang di koridor, Salsha tersenyum. "Lebay banget lo kak,"
"Jadi gue ditolak sama sahabat gue sendiri?" tanya Aldi meminta jawaban pada Salsha. "Perlu gue perjelas?" tanya Salsha balik. Aldi melirik Iqbal marah karena mengejeknya dengan tatapannya.
"Al, ayo ke kelas," ajak Tania mendekati mereka bertiga, Aldi menggandengnya. "Ayo Sal," ajak Tania pada Salsha yang masih terdiam. "Lo duluan aja, gue sama Salsha ada urusan," Tania mengangguk menarik Aldi menjauh, Salsha masih dongkol melihatnya. 'Kenapa Aldi enggak tanya gue dua kali? kalau aja dia tanya gue dua kali gue pasti mau,' batin Salsha gereget.
"Bayar makanan gue, janjinya lo mau bayarin," tagih Iqbal pada Salsha memperjelas, lebih tepatnya menghilangkan lamunan Salsha yang masih terdiam. "Iya-iya, gue bayar sekarang," jawab Salsha dengan diam menggerutu ladanya. "Buruan!"
"Sewot mulu, pantes aja azab lo terus jomblo, galak si," kesal Salsha meninggalkan Salsha dengan diam. "Makanya lo jadi pacar gue biar gue ada status dan enggak galak ke lo," Salsha menutar bola matanya malas. seling beberapa menit Salsha kembali.
"Kenapa cepet banget," protes Iqbal melihatnya. "Udah dibayar sama Kak Rio," jawab Salsha dengan wajah ketus. "Punya gue juga?" Salsha mengangguk tidak nerniat. "Iya lah, udah gue bilang kan. Pacar gue itu peka," Iqbal mengakat bahunya tidak berminat. "Lo PMS ya?"
°°°
"Kenapa enggak jalan-jalan. Lo masih nunggu siapa?"Aldi menyuruh Tania diam dengan jarinya.
Aldi menunggu seseorang keluar dari sekolah, sayangnya sudah hampir setengah jam Salsha belum keluar dengan Iqbal. Seperti ada yang aneh, dan Aldi memaksakan diri menunggunya. "Kenapa sama muka lo? ini cocok," ucap Salsha menenangkan, sayangnya Iqbal tidak bereaksi.
"Muka lo mendukung Bal, sumpah," sambung Salsha kembali tertawa kencang. "Sialan, gue enggak nyaman pakai ini," gerutu Iqbal lagi, Salsha masih mendiamkannya beberapa detik.
"Untung aja ada guru yang baik minjamin, kalau enggak mungkin aja lo udah malu terus," Iqbal memutar bola matanya malas. "Untung udah pada pulang semuanya,"
"Sorry gara-gara lo nemenin gue cari celana, lo pulang telat," Salsha masih sedikit terkekeh hanya menganggukan kepalanya samar. "Lo tenang aja, gue enggak merasa dirugikan disini,"
Salsha mengajak Iqbal pulang bersama menaiki motornya, mata Aldi masih melihatnya dengan teliti. "Lo ngajak gue nunggu satu jam disini cuma buat lihat mereka pacaran?" tanya Tania tidak habis pikir.
"Muka Salsha jalang banget, dan perilakunya juga. Apa yang bisa dibanggakan dari Salsha," kritik kasar pada Salsha. Aldi menatapnya cukup marah.
"Jaga ucapan lo, jalang," Aldi melirik marah saat Tania mengatakan jika wajah Salsha seperti jalang. "Kenapa? bukanya kalian bertiga rebutan Salsha? anehnya lagi Salsha menikmati, ada yang salah sama ucapan gue sekarang?" Aldi berdecit cukup marah.
"Lo enggak tahu siapa Salsha, dan lo juga enggak bisa nilai Salsha segampang itu, kalian enggak sedekat itu buat bercanda," Aldi menjalankan mobilnya dengan marah karena tersinggung.