'Jam setengah tujuh gue ke rumah lo,'
Salsha membaca pesan dari Iqbal tidak ada minat, dia mulai bangun dari ranjangnya dan turun. Mereka baru saja pulang dan Salsha juga baru selesai mandi. Sebenarnya Salsha akan makan sore.
"Non, mau kemana?" tanya satpam penjaga di depan rumahnya, dia memang ditakdirkan menjadi orang ramah. Dan, Salsha senang dikelilingi orang-orang baik itu.
"Mau makan di luar pak, di rumah bahan masak abis sekalian mau beli. Bapak jaga rumah aja ya," Pria berumur tadi menatap Salsha curiga, dia memang tidak pernah melihat Salsha keluar di sore hampir malam seperti ini dengan alasan makan. Rumah, semewah seperti istana seluas sawah itu tidak akan kekurangan bahan masakan. Keluarga Salsha sangat kaya.
"Non jangan bercanda, setiap minggu mama non selalu suruh bibi buat beli bahan makanan. Non, masuk aja. Nanti bapak yang belikan, kalau perlu bapak panggilin supir buat nganter?" Salsha berdecit sebal.
"Enggak usah pak, saya cuma mau beli makanan aja. Jangan bilang mama," Pria tadi menarik tangan Salsha, dan menutup gerbang rumahnya rapat-rapat. 'Ternyata mamanya membayar mahal, satpam dirumahnya ini,'
Wajahnya menipu, walaupun dia ramah dia juga tegas dan bijaksana.
"Non, masuk rumah. Bisa Go-Food kalau non lapar, saya bisa membelikannya jika non tidak mau membeli makanan melewati pembelian online," Salsha menghela nafas kasar, dia menyerahkan uang, satu lembar berwarna merah dengan cepat pada pak satpam rumahnya.
"Belikan saya, nasi goreng di alun-alun. Saya masuk dulu," Pria tadi mengangguk setuju, dia akan pergi dan berganti jaga dengan suprinya sekarang. Diam-diam Salsha menyelinap keluar saat penjaga itu mencari satu orang lagi.
"Berangkat?" ucap Salsha membuyarkan lamunan. Iqbal, yang menatapnya aneh. Salsha tertawa geli.
"Eh, iya ayo. Gue sampai enggak ngenalin lo," ucap Iqbal yang tertawa ringan, dia baru sadar jika Salsha sangat berbeda malam ini.
Salsha mengenakan switer tebal sebagai penghangat suhu tubuhnya dengan celana katun dan tas selempang yang digunakan ke sebelah kanan. Dengan arloji putih klasik ditangan kirinya, dan memegang handphonenya ditangan kanannya.
Jangan lupakan, make up yang Salsha gunakan sangat terkesan tipis dan natural. Salsha juga menggunakan lipsbam, bukan lipstint yang terlihat memerah jika dibibirnya.
Salsha berjalan mendahului Iqbal yang masih saja di di depan gerbang rumahnya, Salsha kembali menendang tulang kering Iqbal yang terlihat sangat konyol dimatanya.
BUG.
"Aws, sakit bego," umpat Iqbal meringis sakit, ada aja cewek barbar kaya Salsha yang tidak tahu diri.
"Buruan, malah masih disitu aja. Lo mau jalan sama satpam rumah gue," ucap Salsha kesal pada Iqbal yang justru malah tersenyum cengengesan tidak berdosa.
"Ya sama lo, gue sengaja berangkat agak sore biar enak malem-malem. Kaya orang pacaran," Iqbal terkekeh sendiri dengan ucapannya, berani juga mulutnya, dan sangat lentur sekali bibirnya.
"Buruan!" teriak Salsha sudah duduk dikursi sebelah kemudi, namun Iqbal masih saja menatap Salsha dengan kekehannya. 'Kenapa Salsha lucu?'
Diperjalanan mereka menuju pasar malem, Salsha dan Iqbal tidak ada henti-hentinya berdebat. Entah itu Salsha yang marah karna hal sepele pada Iqbal, atau hanya sekedar salah bicara.
"DIEM" teriak Salsha kesal, yang disusul dengan tawa kencang Iqbal yang membuat Salsha semakin sebal.
"Gue lompat nih dari mobil lo, kalau lo masih ngetawain gue," ancam Salsha yang tidak mendapat reapon dari Iqbal.
Iqbal masih terus tertawa karna kecerobohan Salsha sendiri. "Lompat aja sana, kalau bisa," ucap Iqbal menantang keberanian Salsha yang sudah jelas tidak akan dilakukan olehnya.
"Sial," umpat Salsah karena pintu mobil Iqbal terkunci dari dalam. Iqbal melihatnya Salsha dengan tatapan aneh. "Mesum lo ya?" tanya Salsha curiga dengan Iqbal. Salsha memukul kepala Salsha keras. "Mana ada, isi pikiran lo ada dimana?" tanya Iqbal membuatnya salah tingkah.
"Apa, gue enggak mikir kemana-mana ya,"
•••
"Eh, sialan," umpat Aldi terkejut melihat seseorang masuk ke dalam kamarnya sangat cepat. "Kenapa si," Bastian memukul kepala Aldi karena teriak mengejutkannya juga.
"Lo kenapa bisa disini, bukanya lo baliknya satu tahun lagi?" tanya Aldi bingung, dia juga berjalan mendekat dan memeluk ala laki-laki pada sepupunya. Bastian terkekeh, dia memang belum saatnya pulang sebenarnya. "Sengaja," Aldi memutar bola matanya malas.
"Lo jangan tidur di kamar yue," Bastian melirik Aldi tidak berminat. "Lo pikir gue ke sini jadi apa? Gue tamu lo,"
"Sana lo pergi sekolah, gue ada tujuan pertama sebelum gue makan ke sini?" usir Bastian pada Aldi untuk pergi dari kamarnya sendiri.
"Jangan seenaknya pakai bantal sama handuk gue," ucap Aldi mewanti-wanti pada kakak sepupunya. "Gue enggak ada penyakit kulit, lo tenang aja," Wajah Aldi datar mendengarnya.
"Gue enggak perduli, yang gue mau cuma lo jangan pakai dua barang itu," Bastian memutar bola matanya malas. "Iya-iya, eh. Salsha apa kabar? Lo sensi banget kan kalau gue juga pegang dia?"
Aldi tidak mood mendengarnya, dia kembali duduk di sofa. "Kenapa? Lo lagi ada masalah sama dia?" tanya Bastian sangat peka, Aldi hanya menghela nafasnya pasrah.
"Lo enggak bilang kalau mau pulang?" tanya Aldi membuat sepupunya terkekeh. "Dady yang pindahin gue, gue nurut aja sama beliau," Aldi mengangguk memakluminya.
"Lo berangkat bareng Salsha?" tanya Bastian lagi, Aldi hanya bisa bisa menghela nafasnya pelan. "Udah enggak," Bastian melebarkan matanya saat jawaban Aldi tidak memuaskan.
"Lo punya cewek?" Aldi mengangguk sabar, setelahnya dia menggelengkan kepalanya cepat-cepat. "Kemungkinannya empatpuluh sembilan persen, tapi gue masih ragu," jawab Aldi membuat Bastian diam.
"Udah sana berangkat, gue mau tidur," usir Bastian tidak memperpanjang pembahasan keduanya.
"Gue bego kayaknya, dulu gue rela berantem sama siapa aja yang berani deketin Salsha, akhir-akhir ini doi aneh," Bastian melirik jam dinding. "Sebentar, lo lagi ngomongin Salsha atau siapa? Gue enggak paham," protes Bastian bingung.
"Gue lagi bicarain Salsha, dia lagi deket sama cowok satu kelas kita. Dan kayaknya, mereka jadian. Gue enggak yakin si, tapi rumor bilang Salsha pacaran sama kakak kelas, tapi gandengan tangannya sama teman satu kelas gue," Bastian menggaruk kepalanya karena terlalu gatal.
"Maksud lo, Salsha pacaran sama kakak kelas lo terus punya selingkuhan cowok di kelas lo juga. Gitu?" Aldi menganggukan kepalanya menyetujuinya. "Gue enggak yakin Salsha kaya gitu, dia cewek baik kok," Aldi menghela nafasnya saat Bastian tidak percaya padanya.
"Terus, lo deket sama cewek juga enggak disana?" tanya Bastian memastikannya juga. "Ada, kita cuma teman biasa aja si. Namanya Tania," Bastian tertawa gemas mendengarnya.
"Lo cemburu Salsha pacaran sama kakak kelas lo terus deket sama cowok lain di kelas selain sama lo sedangkan lo punya cewek juga, gitu maksud lo kan?" Bastian tertawa cukup lucu.
"Kalian sebenarnya kalau saling suka ya tinggal bilang aja, enggak perlu la lo pacaran sama cewek ini buat ngetes Salsha cemburu apa enggak sama lo, dia juga bisa lakukan hal lebih dari yang lo lakukan," Aldi menaikkan satu alisnya bingung. "Maksud lo?"
Bastian menggelengkan kepalanya sedikit geram. "Salsha pasti enggak suka lihat lo pergi sama Tania makanya dia pacaran sama kakak kelas lo dan deket sama cowok satu kelas lo," Aldi menganggukan kepalanya sedikit.
"Jadi, maksud lo dia suka juga sama gue?" tanya Aldi dibalas anggukan kepala dari Bastian. "Iya," Aldi terlihat murung lagi setelahnya.
"Kenapa lagi?" Aldi kembali menghela nafasnya berat. "Gue suka dua-duanya," Bastia melebarkan kedua matanya terkejut. "Lo suka dua-duanya?" Aldi menganggukan kepalanya pelan.
"Kalau lo udah enggak serius lagi sama Salsha, biarin aja Salsha bahagia sama pacarnya. Lo enggak usah deketin dia lo deketin Tania aja. Lo sukanya sama dia kan? Ikhlasin Salsha baik-baik," Aldi menggelengkan kepalanya menolak, Aldi tidak akan memberikan Salsha padanya. Tidak akan pernah! "Jangan,"
"Terus lo mau apa? Pacarin dua-duanya?" Aldi hanya diam saja.
"Jalan keluarnya ada dua, lo tembak Salsha dan bilang kalau lo suka sama dia--" Aldi memotong ucapan Bastian dengan cepat. "Salsha tahu gue suka sama dia," Bastian terkekeh mendengarnya.
"Lo udah jujur ke dia?" Aldi menggelengkan kepalanya menjawab jika itu tidak pernah terjadi. "Cewek enggak akan pernah tahu perasaan cowok kalau orang itu enggak bilang ke dia,"
"Dan lo juga enggak ada hak buat cemburu ke dia kalau lo juga belum bilang lo sayang sama dia," sambung Bastian lagi. "Tapi gue sayang sama dia," ucap Aldi tidak didengar oleh Bastian.
"Jalan terakhir, lo lepasin Salsha kalau perasaan lo ragu dan lebih ke Tania. Percuma juga kalau lo egois mau dua-duanya tapi lo enggak bisa adil," Bastian terkekeh melihat Aldi melamun.
"Kalau perasaan lo enggak condong ke Salsha, lo sukanya sama Tania bukan sama Salsha, pilih Tania aja,"