"Gue enggak paham apa maksud lo," ucap Salsha melirhat Tania dengan tatapan bingung. Tania terkekeh mendengar pertanyaan linglung dari Salsha.
"Sal," ucap Tania sangat lirih, dia memegang bahu Salsha sangat lembut untuk memberitahu sesuatu yang penting. "Apa?" tanya Salsha bingung dengan perlakuan sangat lembut Tania padanya. Dia bingung.
"Lo terlalu baik buat Aldi yang brengsek," ucap Tania langsung saja, Salsba yang mendengarnya hanya bisa menaikan satu alisnya tambah bingung. "Apa maksud lo Aldi brengsek dan harus sama lo aja?" tanya Salsha membuat Tania sedikit terkekeh. "Iya," jawab Tania membuat Salsha memutar bola matanya malas.
"Haha," tawa Salsha garing sekali. "Tania, lo terlalu baik untuk merebut cowok dari ceweknya. Asal lo tahu aja, gue benar-benar tulus sama Aldi. Jangan buat masalah hanya karena lo suka dan lo mau mengambilnya,"
"Gue bukannya terlalu baik hanya karena Aldi yang brengsek, akan tetapi. Gue bisa merubah Aldi," Tania berdecit sebal mendengarnya.
"Sal," Tania terkekeh sedikit. "Lo terlalu polos untuk ukuran Aldi yang pintar bermain belakang di belakang lo," Salsha memutar bola matanya malas. "Gue tahu," sahut Salsha lirih.
"Lepaskan dia," titah Tania pada Salsha, yang diperintah hanya bsia sedikit tertawa kecil. "Hey! Lo hanya jalang kan? Kenapa gue yang statusnya pacarnya harus nurut apa kata jalangnya pacar gue?" tanya Salsha dengan wajah sangat polos sekali, Tania cukup terkejut mendengarnya.
"Jangan pura-pura terkejut," ucap Salsha melihat Tania tidak bisa mengontrol mimik wajahnya sendiri. "Gue bukan orang yang hanya polos didepannya aja," sambung Salsha membuat Tania sedikit terkekeh.
"Apa lo tahu kalau Aldi memberi gue waktu tiga bulan untuk dekati dia selama kalian pacaran?" tanya Tania yang dijawab anggukan kepala santai sekali dari Salsha. "Iya, dengan jelas," ucap Salsha membuat Tania sedikit terkejut.
"Apa lo tahu gue sering ketemuan sama Aldi diam-diam juga?" Salsha memutar bola matanya malas. "Bahkan gue pernah lihat lo pelukan sama Aldi, apa lo lihat gue marah?" Salsha menanyai Tania balik dengan pertanyaan terkesan lucu.
Tania berdecak sebal, dia seperti sedang membuatnya semakin marah dan kesal. Dan bodohnya lagi Tania justru marah melihatnya.
"Sal, aish," umpat Tania terlihat sangat menahan kekesalannya. "Apa? Apa lo mau bilang gue terlalu munafik?" tanya Salsha dengan wajah tidak percaya pura-pura tidak tahu.
"Ada satu hal yang akan membuat lo terdiam nanti, lo butuh sekarang atau nanti?" Salsha memutar bola matanya malas hanya karena dia ingin mengatakannya.
"Jangan terlalu percaya diri, bukankah lo udah dilepas Aldi dengan cara terhormat? Bukankah lo masih terus mengemis ke Aldi? Sampai sekarangpun lo masih aja melakukan hal yang sama? Lupakan Aldi. Dia cowok gue, dan dia pacar gue. Jangan terus menjadi jalang untuk orang yang sama, Aldi muak. Bahkan hanya untuk duduk berdua dengan lo aja dia masih enggak mau," Tania memutar bola katanya malas.
"Jangan percaya diri dulu, bahkan lo baru beberapa minggu ini lo bareng dia. Selama beberapa bulan terakhir, gue juga yang menemani dia kan? Lagipula, lo memang 'hanya' pacar yang sempat dilupakan karena enggak menarik," Salsha berdecak sebal mendengarnya, Salsha melirik Tania yang tersenyum miring padanya.
"Munafik!" umpat Salsha sedikit kasar. "Tan," Tania menggelengkan kepalanya tidak ingin mendengarkan ucapan salsha. "Gue belum selesai," protes Tania tidak terima.
"Jangan potong," perintah Tania membuat Salsha terdiam malas. "Apa? Lanjutkan," sahut Salsha santai sekali.
Tania sedikit terkekeh saat Salsha memasang wajah santainya. Dia bahkan tidak merubah posisi berdirinya sama sekali. Tania bisa melihat bagaimana Salsha sangat menggampangkan dirinya sekarang.
"Jujur aja, kalau lo suka sama Aldi dan mau tetap sama Aldi. Ikhlaskan Iqbal balikan lagi sama Kania," ucapan Tania membiat Salsha tersedak sangat tiba-tiba sampai terbatuk.
"Wah," Tania puas mendapatkan kuncinya sendiri. "Jangan teriakkan gue jalang karena gue suka sama cowok yang punya pacar, bukankah lebih jalang lagi saat cewek punya cowok dan nyaman juga sama cowok yang satunya yang bahkan statusnya hanya teman satu kelas?" Tanisa sukses tertawa melihat Salsha menjadi memucat dan gugup.
"Gue yang menenami Aldi pergi dimana ulang tahun lo dan gue juga yang menemani Aldi beli kue ulang tahun dan juga kadonya. Sal, gue diantar Aldi pulang pagi saat itu, apa masalah ini lo juga udah tahu?"
°°°
"Apa? Kenapa? Mau menegaskan lagi? Al, gue bukannya mau terus dekati Salsha. Tapi dianya yang terus dekati gue, sebagai cowok yang gentle. Gue hanya membalas, dia butuh dan gue mau melengkapinya," celetuk Iqbal baru saja ingin berjalan justru dicegat oleh Aldi.
"Gue udah menjauh dari Tania," ucap Aldi memberitahu Iqbal, Iqbal mendengarnya hanya bisa mengangkat satu alisnya bingung. "Kenapa? Apa itu penting buat gue? Gue bukan siapa-siapa yang harus lo lapori," sahut Iqbal tidak bersahabat. Lucu sekali, kenapa Aldi mengatakannya? Apa Iqbal orang penting baginya juga? Atau apa?
"Gue hanya mengingatkan lo untuk jangan mendekati Salsha lagi," Iqbal menganggukan kepalanya santai. Dia menyetujuinya, tanpa berdebat tanpa apapun. "Oke, gue setuju. Tapi," Iqbal menggantungkan ucapannya.
"Jangan terus menegaskan, membatasi, dan mengeblok akses gue untuk lihat Salsha. Gue bukannya secara terang-terangan melakukan dan mendekati Salsha. Jangan kekang Salsha saat dia mau temui gue," Aldi menganggukan kepalanya sedikit ragu. "Oke," Iqbal terkekeh saat Aldi menyetujuinya saja.
"Gue pegang kata-kata lo," ucap Iqbal menggepal tangannya sendiri tepat diwajah Aldi untuk mengingatkan. "Jangan terus memojokan gue yang paling salah saat Salsha yang mendekati gue. Lo hanya perlu sedikit intropeksi diri, jangan terus memaksa kalau gue yang salah. Enggak semua yang gue lakukan adalah kesalahan gue," Aldi menghela nafasnya berat sekarang.
"Gue hanya meminta lo untuk menjauhi Salsha," ucap Aldi tiba-tiba merubah topik pembahasannya, Iqbal sedikit tersenyum tipis. "Gue tahu," jawab Iqbal jika dia paham apa yang Aldi minta padanya.
"Gue tahu diri, gue udah bilang dihari setelah kalian berdua jadian. Dan gue udah jauhi Salsha, tapi dia terus sendiri. Gue sadar kalau menjauhi dia adalah kesalahan saat gue lebih sering lihat lo pergi sama Tania," ucap Iqbal menjelaskan kenapa dia akan sulit menjauhi Salsha untuk kedepannya.
"Lo pacaran sama Salsha, dan anehnya. Setiap malam juga lo pergi sama Tania yang jelas-jelas bukan pacar lo. Al, siapa yang bodoh?" tanya Iqbal dengan nada suara merendah tidak bermaksud marah ataupun marah karena lo mencampakan Salsha.
"Dan dari awal juga gue udah bilang saat Tania baru masuk sekolah ini kalau gue meminta Salsha baik-baik, jangan menyalahkan gue secara sepihak hanya karena ini," Aldi memutar bola matanya malas saat Iqbal terus mengingatkan apa yang dia lakukan terlalu jauh seperti itu.
"Gue tahu gue yang dulu adalah gue yang bodoh," Iqbal terkekeh mendengarnya saat Aldi menyadari kesalahannya. "Jaga dia, gue akan pantau dari jauh. Saat lo kembali naif lagi, jangan salahkan gue mengambil Salsha diam-diam hanya karena dia nyaman dan perasaan terhadap lo hilang hanya karena ada gue aja di sana," nasihat Iqbal dengan pelan. Dia membuatnya semakin mudah, mungkin tidak salah juga memberi Aldi kesampatan. Lagipula, Iqbal juga akan memiliki kesempatan baiknya nanti.
"Maaf salah menilai lo," ucap Aldi meminta maaf pada Iqbal dengan nada sangat bersalah, Iqbal terkekeh mendengarnya. "Jangan bersikap baik, lo enggak tahu kalau kedepannya yang lo anggap buruk akan menjadi baik kan? Begitupun sebaliknya, jangan anggap gue baik. Cinta enggam bisa dipertaruhkan hanya karena hal sesepele ini,"