Chereads / Chika Fauzan love story / Chapter 4 - Nikah

Chapter 4 - Nikah

Hubunganku dengan Fauzan setelah acara pertunangan kemarin menjadi semakin baik pula. Dia termasuk pria posesif tapi tidak membatasi pertemananku dengan yang lain karena aku ga mau terlalu terkekang, aku tau batasan antara teman mana yang boleh atau tidak

" Chi....ke kantin yuk tuch mau ditraktir sama Fachri kan kmaren belum eh tapi btw kamu sama Fauzan juga belum traktir kita kita loh " kata Mitha yang diangguki sama yang lain

" Tuch orangnya ngomong sana gih " jawabku sambil menunjuk Fauzan dengan dagu

" Lah kok aku sih yang...yaudah ntar pulang sekolah di cafe biasa yang ajak Adam sama Shinta sekalian" balas Fauzan dan aku hanya menganggukkan kepala

" Tuch denger kan jawabannya Fauzan...yaudah yuk katanya mau ke kantin jadi ga nih? "Tanyaku pada semua orang

Kami berenam ditambah Fachri berjalan ke kantin sesampainya di sana suasana sangat ramai untung masih ada tempat kosong buat kami semua. Setelah memesan makanan Fatin duduk disebelah ku dan seperti biasanya kami bergosip ria sambil menunggu makanan datang tapi tiba tiba-tiba

BYUUUURRRRR

Camila berdiri dengan senyum mengejek setelah menyiram segelas es kepadaku

" Apaan sih kamu? Udah gila ya main siram orang seenaknya? " tanyaku geram dengan wajah kesal menahan amarah

" Lo yang apa apaan ngerebut Fauzan hah!!! " Jawabnya dengan emosi

Aku tersenyum mengejek " ngerebut apa maksud kamu? "

" Kalo aja Fauzan ga kenal sama Lo pasti kami udah tunangan sekarang, karena orang tua kami berencana menjodohkan aku dan Fauzan " teriaknya tak terima

" Seandainya kan? Mimpi jangan ketinggian sai kalo jatuh bisa berabe iya kalo jatuhnya ke kasur empuk kalo jatuh ke tanah bisa remuk tuh tulang " jawabku sarkas karena kami sekarang udah jadi tontonan semua orang di kantin karena dia bajuku udah lengket dan basah

Aku berbalik dan akan meninggalkan kantin tapi tanganku dicekal Camila " mau kemana Lo? Urusan kita belum selesai bitch ! "

Wajahku merah padam mendengar ucapannya kusentak tangannya dan tanpa kupedulikan ucapannya aku berjalan keluar dari kantin, karena kalau aku terus disana tak bisa ku pastikan amarahku akan semakin terpancing dan aku bisa hajar Camila ditempat. Aku berjalan cepat menahan amarah menuju kelas ingin mengambil tas lalu pulang tapi di tengah jalan aku bertemu dengan orang yang menjadi penyebab Camila menyiramku

" Yang...kamu kenapa bisa sampai basah kuyup gini? Apa yang terjadi? " tanyanya dengan nada khawatir

" Gapapa..." jawabku singkat lalu aku lanjut berjalan ke kelas tanpa memperdulikan Fauzan yang bingung dengan keadaan dan tingkahku

" Yang...." Fauzan mengejarku berusaha meminta penjelasan dariku dan aku terus bergeming tak kupedulikan dia yang berdiri disampingku dengan wajah kebingungan.

Selesai membereskan barang barangku aku berbalik tapi sebelum melangkah pergi Fauzan lebih dulu mencekal tangan ku dan membawaku kedekat gudang.Walaupun aku berusaha untuk melepaskan diri tapi cengkraman tangan Fauzan lebih kuat mau tak mau akupun mengikuti nya.

Karena aku sama sekali tidak melihat kearah Fauzan, dengan tangannya Fauzan mengunci wajahku supaya melihat kearahnya " Yang lihat aku..ada apa sebenarnya " katanya lembut

Dengan sorot mata penuh amarah  aku menatapnya tajam tanpa berkata sepatah katapun " ..."

Kami tetap  dalam posisi ini hampir 15 menit tanpa ada yang membuka suara, karena tak tahan menahan amarah dan rasa sesak di dada air mataku mengalir dengan sendirinya melihat itu Fauzan langsung mendekap ku memberikan rasa hangat dan nyaman tanpa peduli bajuku yang kotor mengenai bajunya. Fauzan membiarkan aku menangis tanpa berkata apapun hanya elusan di punggung yang menenangkanku

Setelah tangisku reda Fauzan membawa ku duduk ditaman belakang yang rimbun dan sejuk,sangat tenang membuat perasaanku sedikit membaik

" Kalo ada masalah cerita sama aku jangan dipendem sendiri jangan berasumsi sendiri, mulai sekarang ga ada lagi aku atau kamu tapi kita " katanya memulai pembicaraan

" Apa kamu...kamu sebelumnya pernah dijodohin "

" dijodohin ?! " tanyanya bingung

" Sama Camila " sahutku

" Oh....Camila? Ga ada yang dijodohkan sayang ...orang tua Camila teman baik papa memang pernah menginginkan perjodohan tapi aku menolaknya dan papa tak pernah memaksaku " Fauzan menghembuskan napas panjang " Mungkin selama ini Camila terlalu berharap hal yang tak seharusnya " jelasnya

" ...." Aku terdiam mendengar jawaban nya

" Aku dari awal masuk sekolah selalu memperhatikan kamu tapi kita tidak pernah sekelas dan kamu akrab banget sama Adam,aku kira kalian pacaran makanya aku mundur tapi setelah kita sekelas aku lebih ingin mengenalmu apalagi kamu duduk di depanku.setelah tahu kamu sama Adam saudara aku ga mau kecolongan lagi makanya aku minta orang tuaku langsung khitbah kamu. Apa semua itu tidak cukup mewakili apa yang aku rasakan? " Penjelasan panjang dari Fauzan mau tak mau membuatku tersenyum karena ada ketulusan hati di dalamnya

" Gitu dong.... cantik kan kalo senyum " godanya sambil merapikan anak rambut dan membersihkan sisa air mata di wajahku

" Mulai sekarang aku akan egois dengan milikku tak akan pernah kubagi atau melepaskan demi siapapun "

" Gitu dong...aku seneng kalo kamu merasa aku penting buatmu dan satu lagi mulai sekarang kalo ada masalah jangan dipendem tanyain langsung ke aku OK ! "

Setelah kata terakhir Fauzan terucap dia langsung menarikku ke dalam pelukannya yang hangat dan menenangkan " Aku Anter pulang yuk baju kamu kotor banget kita ijin hari ini " dan aku hanya menganggukkan kepalaku sebagai jawaban.

*****

Seminggu terakhir hubungan antara aku dan Fauzan lebih baik kami menguatkan pondasi hubungan dengan komunikasi dan kepercayaan. Jadi setelah kejadian Camila mengguyurku Fauzan langsung mendatanginya dan orang tuanya menjelaskan bahwa perjodohan diantara mereka hanyalah wacana belum ketahap selanjutnya dan Fauzan jelas menolak karena masalah hati tidak bisa dipaksakan dan hatinya telah memilihku dan apakah aku tidak boleh egois tentang itu? Bagaimanapun aku tidak akan pernah membiarkan orang ketiga atau keempat untuk menghancurkan semua ini.

Hari ini hari Sabtu dan besok aku akan melangsungkan pernikahan dengan Fauzan, hari ini kami tidak boleh ketemu bahkan ponsel ku disita sama umi supaya tidak bisa curi curi chat atau telp istilahnya dipingit.

" Deekkkkkkkk " panggil Umi dari luar

" Iya Umi ada apaan teriak teriak? " tanyaku memberengut

" Hari ini special Umi panggil orang salon buat bantu kamu perawatan dan pake pacar Henna " kata Umi dengan semangat

" Aishhh kenapa pake acara kayak gituan sich Umi....aku males ah "

" Anak Umi yang cantik besok hari special kamu walaupun acaranya tertutup cuma buat keluarga aja, udah gih sana ke kamar tamu biar kamarmu yang ini dihias biar cantik kamarnya "

" Makasih Umi... mungkin keputusan nikah ini kecepatan Laras belum bisa bahagiain Abi dan Umi" kataku sambil memeluk Umi tanpa permisi air mataku mengalir

" Kamu udah bikin Umi bahagia dengan keputusan nikah kamu ...artinya anak Umi ga ikut arus jaman sekarang yang suka pacaran bikin dosa, udah sana gih kasian mbaknya nunggu lama " kata Umi sambil melepaskan pelukan dan menghapus air mata yang mengalir di pipiku dan akupun bergegas menuju ke kamar tamu untuk perawatan memanjakan diri seharian penuh.