Chereads / Madu Dari Suami / Chapter 8 - 8

Chapter 8 - 8

Sekitar 5 menit akhirnya Farah sadar dari pingsannya, Farah pura-pura pingsan hanya ingin tahu bagaimana tindakan keluarga Arga, tapi selama dia pura-pura yang dia dengar hanya makian juga hujatan tentang dirinya bahkan keluarga Arga menyuruh mereka berpisah, batin Farah berkata, tunggu aku curi harta Arga sampai habis baru aku akan meninggalkannya, sayangnya Farah kalah cepat dibandingkan dengan Ningrum sebab semua surat-surat penting milik Arga sudah dia selamatkan terlebih dahulu.

"Alhamdulillah ... kamu sudah siuman sayang?." ucap Arga lega.

"ooowh ... sudah bosan rupanya kamu pura-pura pingsan Farah!" Andini menimpali.

"Jaga mulutmu! walau bagaimana dia adalah kakak iparmu!" Arga membentak adiknya."

"Kakak ipar? apa aku nggak salah dengar, kapan mas melamar ... menikahi dia saja kami nggak ada yang tahu."

"Yang ... kepala Farah sakit" Farah mencari perhatian Arga. "Farah nggak kuat mendengar semua hujatan keluargamu, ayo kita pulang saja yang!"

"Jangan harap kamu bisa pulang sebelum masalah ini selesai!" Andini mendengus sebal lalu keluar dari kamar menuju ruang keluarga dimana ada ibu mba Ningrum Bu Halimah dan paman, sampai di ruang keluarga Andini langsung duduk.

"Gemana apa Farah sudah siuman!" Tanya Paman Handoko abang dari ibu.

"Sudah paman! dia itu hanya pura-pura pingsan saja!, mba Ningrum mba yang sabar ya! Andini yakin nanti mas Arga pasti akan sadar dari kegilaannya ini!"

Ningrum hanya tersenyum mendengar penuturan adik iparnya, sebab hati kecil nya berkata bahwa mas Arga lebih memilih Farah dibandingkan dirinya, sejak kedatangan Ningrum tadi mas Arga sama sekali tidak menanyakan kabar tentang nya jangan kan dirinya kabar anak-anak pun tidak mas Arga tanya, mas Arga bener-bener sudah lupa anak dan istri sejak kehadiran Farah kemaren.

Seperti merasakan kegundahan hati Ningrum Bu Halimah menggenggam jemari anak angkatnya sambil berbisik.

"Sabar ya anakku Insya Allah semua akan baik-baik saja."

"Iya Bu ... Ningrum menjawab sambil menyandarkan kepalanya di bahu Bu Halimah."

Akhirnya Farah dan Arga keluar dari kamar dan langsung menuju ruang keluarga, tangan Farah tak lepas dari genggaman tangan Arga dan Arga sedikitpun tidak memandang Ningrum sama sekali, seolah keberadaan Ningrum sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya tidak ada.

"Bagaimana Arga! apa bisa kita melanjutkan musyawarah kita?" ibu Arga bertanya dengan nada sedikit ditekan.

"Sudah Bu?" Arga menjawab dengan pasti.

"Bagaimana mas apa kita langsung ke inti saja!" ibu Arga bertanya ke Abang kandung nya.

"Iya sebaiknya kita nggak usah mengulur waktu, Jadi begini Arga aku sebagai pamanmu sangat kecewa dengan polah tingkah kamu ini sungguh sangat memalukan, boleh kamu boleh menikah lagi asalkan ijin sama Ningrum sebagai istri pertama, poligami memang di bolehkan tapi dengan syarat harus bisa berlaku adil dan ada ketentuan yang harus kamu penuhi contohnya sebelum kamu berpoligami seharusnya kamu meminta restu kepada kami sebagai orang tuamu, kamu juga harus ijin dengan istri pertama mu, jadi poligami seperti apa yang kamu lakukan sekarang ini, menurut paman ini bukanlah poligami tapi sebuah nafsu di tutupi dengan pernikahan, dan kamu Farah! siapa wali nikahmu saat kamu menikah dengan anakku!"

Ditanya seperti itu Farah hanya diam, sejujurnya dia tahu pernikahan dia ini tidak sah sebab waktu menikah dengan Arga posisi dia masih bersetatus istri dengan suami keduanya dan belum bercerai, Farah bercerai dengan suami keduanya setelah dia sudah menikah dengan Arga, dan Farah juga menipu Arga kalau ayahnya sudah meninggal dia pikir karena pernikahan ini hanyalah pernikahan siri jadi nggak perlu ayahnya menjadi wali, kenapa Farah menipu Arga kalau ayahnya sudah meninggal itu karena ayahnya tidak mau mengakui Farah sebagai anaknya karena ayah malu dengan kelakuan Farah yang suka gonta-ganti pasangan.

"Kenapa kamu diam Farah!" tanya Andini geram.

"Farah menikah dengan wali hakim sebab ayahnya sudah meninggal" jawab Arga membela Farah.

"Dan apakah benar kalau kamu sudah mempunyai dua orang anak dari dua suami yang berbeda Farah!" Paman Handoko menatap tajam kepada Farah, Farah nggak bisa menjawab sebab itu benar, dia menikah dengan Arga karena mengincar hartanya saja, dan sekarang sebagian harta Arga sudah dia pegang yaitu ATM yang berisi uang hampir seratus juta milik Arga, tinggal selangkah lagi misi Farah tercapai yaitu mengambil surat-surat penting lainnya. Farah menggenggam jemari Arga dengan kuat memberi isyarat Arga menoleh dan mengangguk, tadi di dalam kamar mereka sudah sepakat bahwa hari ini juga Arga akan menceraikan Ningrum.

"ibu ... paman, ibu Halimah, Anton dan Andini, di hadapan kalian saya mau berbicara. Saya nggak peduli dengan siapapun Farah dimasa lalu, seperti apapun kalian memfitnah Farah dengan mengatakan Farah Sudah punya anak dan memiliki dua suami itu Arga juga nggak peduli, Arga mencintai Farah apa adanya seperti Farah mencinta Arga dengan tulus sampai dia rela menunggu Arga sampai hampir 10 tahun, Farah tidak pernah bahagia dengan suaminya sebab yang dia cintai hanyalah Arga, jadi ... maafkan Arga kalau detik ini Arga memutuskan .... Arga menjeda kalimatnya menatap Ningsih. "Ningsih ... mulai detik ini kamu bukan istriku lagi, aku menjatuhkan kepadamu talak tiga, aku menceraikan mu! menceraikanmu! menceraikan mu! sekarang kamu tidak halal untukku Ningrum! sebenarnya sebagai istri kamu tidak ada salah kepadaku, kamu istri yang baik dan ibu yang baik juga namun aku tak pernah mencintaimu maafkan aku sebab aku tak mau hidup dalam siksaan batin, dan soal anak-anak aku serahkan hak asuh anak kepadamu, masalah harta gono gini dan yang lainnya nanti kita bicarakan di pengadilan."

Dengan lantang tegas dan tanpa beban Arga mengucapkan semua itu, membuat yang ada di ruangan semua tercengang sungguh ini di luar nalar mereka, Arga yang selama ini memiliki sikap lembut dan menyayangi anak-anaknya sekarang dia dengan tegas mengatakan hak asuh anak kepada Ningrum. Beda dengan Farah dia nggak merasa kaget juga heran dengan yang semua yang Arga katakan sebab itu semua dia yang meminta, hati Farah justru bersorak gembira rasanya dia ingin berteriak dan tertawa sepuasnya melihat wajah Ningrum yang pucat pasi.

"Plak ... plak ...! paman Handoko berdiri dan menampar Arga dua kali, sedang ibu Arga langsung terkulai lemah mendengar semua penuturan anak kesayangan nya, sedang Ningrum dia hanya bisa duduk mematung tanpa suara tatapan matanya kosong namun dia berusaha kuat dan tegar mendengar kata cerai dari suami yang sudah memberi dia dua orang anak dan menemani dia selama 12 tahun lebih.

Dengan menarik nafas panjang dan di keluarkan dengan perlahan Ningrum berbicara.

"Bismillah ... demi Allah dan demi Rasulullah, saya Ningrum Sulistiyo Rini binti Abdullah tidak Ridha dengan kata cerai dari suami saya Arga Wardana, namun saya terima dengan ikhlas perceraian ini, selamat Farah sebab engkau sudah berhasil menghancurkan rumah tanggaku dan membuat anakku menjadi kehilangan figur seorang ayah, semoga kalian bisa bahagia.

Sekitar 5 menit akhirnya Farah sadar dari pingsannya, Farah pura-pura pingsan hanya ingin tahu bagaimana tindakan keluarga Arga, tapi selama dia pura-pura yang dia dengar hanya makian juga hujatan tentang dirinya bahkan keluarga Arga menyuruh mereka berpisah, batin Farah berkata, tunggu aku curi harta Arga sampai habis baru aku akan meninggalkannya, sayangnya Farah kalah cepat dibandingkan dengan Ningrum sebab semua surat-surat penting milik Arga sudah dia selamatkan terlebih dahulu.

"Alhamdulillah ... kamu sudah siuman sayang?." ucap Arga lega.

"ooowh ... sudah bosan rupanya kamu pura-pura pingsan Farah!" Andini menimpali.

"Jaga mulutmu! walau bagaimana dia adalah kakak iparmu!" Arga membentak adiknya."

"Kakak ipar? apa aku nggak salah dengar, kapan mas melamar ... menikahi dia saja kami nggak ada yang tahu."

"Yang ... kepala Farah sakit" Farah mencari perhatian Arga. "Farah nggak kuat mendengar semua hujatan keluargamu, ayo kita pulang saja yang!"

"Jangan harap kamu bisa pulang sebelum masalah ini selesai!" Andini mendengus sebal lalu keluar dari kamar menuju ruang keluarga dimana ada ibu mba Ningrum Bu Halimah dan paman, sampai di ruang keluarga Andini langsung duduk.

"Gemana apa Farah sudah siuman!" Tanya Paman Handoko abang dari ibu.

"Sudah paman! dia itu hanya pura-pura pingsan saja!, mba Ningrum mba yang sabar ya! Andini yakin nanti mas Arga pasti akan sadar dari kegilaannya ini!"

Ningrum hanya tersenyum mendengar penuturan adik iparnya, sebab hati kecil nya berkata bahwa mas Arga lebih memilih Farah dibandingkan dirinya, sejak kedatangan Ningrum tadi mas Arga sama sekali tidak menanyakan kabar tentang nya jangan kan dirinya kabar anak-anak pun tidak mas Arga tanya, mas Arga bener-bener sudah lupa anak dan istri sejak kehadiran Farah kemaren.

Seperti merasakan kegundahan hati Ningrum Bu Halimah menggenggam jemari anak angkatnya sambil berbisik.

"Sabar ya anakku Insya Allah semua akan baik-baik saja."

"Iya Bu ... Ningrum menjawab sambil menyandarkan kepalanya di bahu Bu Halimah."

Akhirnya Farah dan Arga keluar dari kamar dan langsung menuju ruang keluarga, tangan Farah tak lepas dari genggaman tangan Arga dan Arga sedikitpun tidak memandang Ningrum sama sekali, seolah keberadaan Ningrum sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya tidak ada.

"Bagaimana Arga! apa bisa kita melanjutkan musyawarah kita?" ibu Arga bertanya dengan nada sedikit ditekan.

"Sudah Bu?" Arga menjawab dengan pasti.

"Bagaimana mas apa kita langsung ke inti saja!" ibu Arga bertanya ke Abang kandung nya.

"Iya sebaiknya kita nggak usah mengulur waktu, Jadi begini Arga aku sebagai pamanmu sangat kecewa dengan polah tingkah kamu ini sungguh sangat memalukan, boleh kamu boleh menikah lagi asalkan ijin sama Ningrum sebagai istri pertama, poligami memang di bolehkan tapi dengan syarat harus bisa berlaku adil dan ada ketentuan yang harus kamu penuhi contohnya sebelum kamu berpoligami seharusnya kamu meminta restu kepada kami sebagai orang tuamu, kamu juga harus ijin dengan istri pertama mu, jadi poligami seperti apa yang kamu lakukan sekarang ini, menurut paman ini bukanlah poligami tapi sebuah nafsu di tutupi dengan pernikahan, dan kamu Farah! siapa wali nikahmu saat kamu menikah dengan anakku!"

Ditanya seperti itu Farah hanya diam, sejujurnya dia tahu pernikahan dia ini tidak sah sebab waktu menikah dengan Arga posisi dia masih bersetatus istri dengan suami keduanya dan belum bercerai, Farah bercerai dengan suami keduanya setelah dia sudah menikah dengan Arga, dan Farah juga menipu Arga kalau ayahnya sudah meninggal dia pikir karena pernikahan ini hanyalah pernikahan siri jadi nggak perlu ayahnya menjadi wali, kenapa Farah menipu Arga kalau ayahnya sudah meninggal itu karena ayahnya tidak mau mengakui Farah sebagai anaknya karena ayah malu dengan kelakuan Farah yang suka gonta-ganti pasangan.

"Kenapa kamu diam Farah!" tanya Andini geram.

"Farah menikah dengan wali hakim sebab ayahnya sudah meninggal" jawab Arga membela Farah.

"Dan apakah benar kalau kamu sudah mempunyai dua orang anak dari dua suami yang berbeda Farah!" Paman Handoko menatap tajam kepada Farah, Farah nggak bisa menjawab sebab itu benar, dia menikah dengan Arga karena mengincar hartanya saja, dan sekarang sebagian harta Arga sudah dia pegang yaitu ATM yang berisi uang hampir seratus juta milik Arga, tinggal selangkah lagi misi Farah tercapai yaitu mengambil surat-surat penting lainnya. Farah menggenggam jemari Arga dengan kuat memberi isyarat Arga menoleh dan mengangguk, tadi di dalam kamar mereka sudah sepakat bahwa hari ini juga Arga akan menceraikan Ningrum.

"ibu ... paman, ibu Halimah, Anton dan Andini, di hadapan kalian saya mau berbicara. Saya nggak peduli dengan siapapun Farah dimasa lalu, seperti apapun kalian memfitnah Farah dengan mengatakan Farah Sudah punya anak dan memiliki dua suami itu Arga juga nggak peduli, Arga mencintai Farah apa adanya seperti Farah mencinta Arga dengan tulus sampai dia rela menunggu Arga sampai hampir 10 tahun, Farah tidak pernah bahagia dengan suaminya sebab yang dia cintai hanyalah Arga, jadi ... maafkan Arga kalau detik ini Arga memutuskan .... Arga menjeda kalimatnya menatap Ningsih. "Ningsih ... mulai detik ini kamu bukan istriku lagi, aku menjatuhkan kepadamu talak tiga, aku menceraikan mu! menceraikanmu! menceraikan mu! sekarang kamu tidak halal untukku Ningrum! sebenarnya sebagai istri kamu tidak ada salah kepadaku, kamu istri yang baik dan ibu yang baik juga namun aku tak pernah mencintaimu maafkan aku sebab aku tak mau hidup dalam siksaan batin, dan soal anak-anak aku serahkan hak asuh anak kepadamu, masalah harta gono gini dan yang lainnya nanti kita bicarakan di pengadilan."

Dengan lantang tegas dan tanpa beban Arga mengucapkan semua itu, membuat yang ada di ruangan semua tercengang sungguh ini di luar nalar mereka, Arga yang selama ini memiliki sikap lembut dan menyayangi anak-anaknya sekarang dia dengan tegas mengatakan hak asuh anak kepada Ningrum. Beda dengan Farah dia nggak merasa kaget juga heran dengan yang semua yang Arga katakan sebab itu semua dia yang meminta, hati Farah justru bersorak gembira rasanya dia ingin berteriak dan tertawa sepuasnya melihat wajah Ningrum yang pucat pasi.

"Plak ... plak ...! paman Handoko berdiri dan menampar Arga dua kali, sedang ibu Arga langsung terkulai lemah mendengar semua penuturan anak kesayangan nya, sedang Ningrum dia hanya bisa duduk mematung tanpa suara tatapan matanya kosong namun dia berusaha kuat dan tegar mendengar kata cerai dari suami yang sudah memberi dia dua orang anak dan menemani dia selama 12 tahun lebih.

Dengan menarik nafas panjang dan di keluarkan dengan perlahan Ningrum berbicara.

"Bismillah ... demi Allah dan demi Rasulullah, saya Ningrum Sulistiyo Rini binti Abdullah tidak Ridha dengan kata cerai dari suami saya Arga Wardana, namun saya terima dengan ikhlas perceraian ini, selamat Farah sebab engkau sudah berhasil menghancurkan rumah tanggaku dan membuat anakku menjadi kehilangan figur seorang ayah, semoga kalian bisa bahagia.