Farah terus meronta, sambil berteriak kepanasan, matanya masih tetap melotot menatap ustadz Ali yang sedang memegang kepalanya, ustadz Ali membalas tatapan mata Farah dengan terus berdzikir.
"Lepaskan aku Ali Maksum!" ucap Farah suara Farah kali ini beda dengan suara yang sore tadi, yang tadi sore mirip suara nenek-nenek yang sekarang suaranya lebih lantang dan tegas.
"Siapa kamu!" tanya ustadz Ali.
"Aku pemilik jiwa dan raga perempuan ini!"
"Hanya Allah yang bisa memiliki jiwa dan raga HambaNya dan kamu adalah salah satu hamba Allah yang durhaka!" ustadz Ali menjawab dengan suara lembut.
"Siapa kamu Ali berani-beraninya kamu menasehati aku!" gertak Farah dengan kasar.
"Aku hanyalah hamba Allah yang ingin melindungi saudara seiman agar tidak mengikuti kamu!"
"ha ... ha ... ha ... kamu belum mengenaliku Ali, kalau kamu sudah mengenal aku, kamu pun akan tunduk dan menyembahku"
"Hanya Allah lah tuhan yang Maha Esa yang patut aku sembah Dia Allah tidak beranak dan tidak pula di per anakan! kamu hanyalah mahluk Allah yang hina, kalau kamu tidak hina tidak mungkin Allah menempatkan kamu di nerakaNya" Jawab ustadz Ali Maksum dengan suaranya yang lantang.
"Kurang ajar! kamu benar-benar telah membuatku marah Ali Maksum!" greeeh ... greeeh. Mata Farah melotot menatap ustadz Ali dengan penuh kemarahan.
Mulut ustadz Ali terus berkomat-kamit, pandangan matanya fokus menatap mata Farah, tiba-tiba Farah langsung duduk bersila di hadapan ustadz Ali, semua yang ada di situ duduk membentuk lingkaran dan terus berdzikir, Farah dan ustadz Ali melakukan gerakan seperti sedang bertarung, mereka saling memukul dan menghindar mata ustadz Ali terpejam seolah ustadz Ali sedang menggunakan mata batin, sedangkan mulut ustadz Ali tidak berhenti merapalkan do'a-do'a, satu pukulan mengenai ustadz Ali dan hampir saja ustadz terjungkal namun ustadz bisa membalas pukulan Farah dan kini Farah terjungkal.
"Kamu curang Ali! kamu mengikatku dengan pakaian laknat ini!" Farah mencoba melepaskan mukena yang di pakai untuk ritual Ruqyah.
"Itu adalah mukena, pakaian suci pakaian untuk kami beribadah kepada Allah"
"Ya kamu curang! kamu sengaja menyuruh budakku memakainya!" Farah kembali membentak ustadz Ali dan berusaha melepaskan mukena yang dia pakai.
"Aku tidak menyuruhnya dia sendiri yang dengan ikhlas memakainya!" jawab ustadz Ali dengan posisi siaga, takut sewaktu-waktu jin yang ada di dalam tubuh Farah menyerangnya.
"Hai Ali! lepaskan pakaian ini dari tubuh budakku ini!" Perintah Farah dengan suara seraknya, suara Farah bener-bener berubah menakutkan dan membuat bulu kuduk siapa saja akan meremang.
"Lepaskan saja sendiri bukannya tadi kamu memakai sendiri!"
Farah mencoba melepaskan mukena terusan yang dia pakai, namun setiap kulit tangan dia menyentuh mukena Farah menjerit kepanasan.
"Bagaimana aku bisa melawanmu sedang tubuhku di belenggu oleh pakaian ini!" Setelah mengucapkan kata-kata itu tubuh Farah mengejang dan langsung lemas lalu Farah tersungkur di depan ustadz Ali. Ustadz Ali menyentuh Farah dan ternyata mahluk yang ada di badan Farah sudah pergi.
"Dia sudah pergi namun kemungkinan akan datang lagi, Ummi dan mba Andini nanti tolong mandikan Farah dengan air bercampur daun Bidara, dan sebaiknya kalian semua menginap disini sebab saya juga masih akan mengobati mas Arga, Sekarang semua boleh beristirahat jangan merasa takut dengan semua yang kalian saksikan tadi sebab ini hanyalah tipu daya iblis untuk kita."
Setelah beberapa menit akhirnya Farah siuaman, ummi Mahmudah memberikan Farah air minum yang sudah di beri do'a Farah menurut sebab diapun merasa sangat kehausan juga kepanasan, badan Farah juga semua terasa sakit.
Terdengar lagi adzan Isya merekapun kembali melaksanakan sholat berjamaah, namun kali ini Farah tidak mau shalat. Sehabis membaca dzikir dan doa mereka saling bersalaman ustadz Ali menyuruh para murid dan tamu beristirahat di kamar yang sudah di sediakan, Arga dan Anton tidur bersama murid-murid ustadz Ali sedang Farah Andini dan ibu tidur di kamar yang lain, sebelum Farah tidur dia disuruh mandi dengan air yang di beri daun Bidara dan di beri bacaan do'a Farah mandi di temani Andini dan Ummi Mahmudah.
Malampun tiba Alhamdulillah semua bisa tidur dengan nyenyak tanpa gangguan apapun, hingga saat terdengar bacaan singiran sebelum adzan subuh berkumandang Farah menjerit-jerit hingga membangun kan seluruh penghuni rumah, kembali Farah kesurupan mulut dia terus memanggil nama Arga katanya akan membawa Arga kembali, mungkin Arga benar-benar sudah di incar oleh iblis yang berada di tubuh Farah.
"Argaaaa ... Argaaaa ... aku akan membawamu pergi dari kefanaan ini menuju Nirwana, Argaaaa ... khe ... khe ... khe." Farah tertawa persis suara nenek-nenek.
Arga pun merasa ketakutan, sebab dia merasa tidak pernah berbuat apa-apa kepada Farah, saat Farah kembali di obati oleh ustadz Ali dan muridnya ummi Mahmudah mengulik hubungan antara Arga dan Farah, tentunya di temani oleh ibu dan Andini.
Dan Arga pun bercerita dari awal sampai akhir, dulu saat masih kuliah Arga berkenalan dengan Farah perkenalkan itu saat Arga sedang mengerjakan tugas kuliah di kos-kosan temannya, kebetulan sebelah kamar kost teman Arga sebut saja namanya Andi itu kamar Farah.
Saat itu Arga cuek dan cuma sekedar menyapa saja, namun Farah terus berusaha mendekati Arga, bahkan sering mengantar makan siang di kampus, waktu itu Farah juga sedang kuliah sambil kerja katanya sih kerja di club' malam jadi pagi hari Farah kuliah malam Farah bekerja.
Karena seringnya Farah memberi perhatian kepada Arga, lama kelamaan mereka semakin dekat, saking gigihnya farah mendekati ditambah Arga salut dengan kerja keras Farah rela kerja di malam hari dan kuliah di pagi hari Arga juga mengagumi kecantikan wajah yang di miliki Farah, hingga merekapun berpacaran, kurang lebih mereka berpacaran selama 3 tahun dan Arga berjanji kepada Farah setelah wisuda nanti Arga akan melamar Farah, lalu Arga akan mencari kerja dan setelah modal terkumpul Arga akan menikahi Farah, namun impian mereka hancur sebab Arga di jodohkan dengan Ningrum dan Arga lebih memilih Ningrum gadis yatim piatu pilihan ibunya itu.
Farah masih mencoba menerima Arga dan berharap Arga segera menceraikan Ningrum sebab Arga bilang dia tidak mencintai Ningrum, kebetulan saat Arga menikah dengan Ningrum Arga sudah mendapatkan pekerjaan, demi mempertahankan cintanya dengan Farah arga sama sekali tidak menyentuh Ningrum istrinya dan selalu menyakiti hati Ningrum dengan sengaja menelepon Farah dan catingan dengan Farah di depan Ningrum.
Namun sikap Ningrum tetap tenang, dia selalu memberikan perhatian layaknya seorang istri kepada suami, hingga di 10 bulan pernikahan, Arga dan Ningrum pulang kampung karena hari raya idul Fitri dan saat pulang kampung itulah Arga baru menjalankan tugasnya sebagai seorang suami memberi nafkah batin kepada Ningrum, begitulah Arga menceritakan sepenggal kisah antara dia dan Farah, saat mendengar cerita itu ibu Sastro ingat bahwa waktu itu beliau membuatkan jamu kuat karena Ningrum tidak hamil-hamil tapi ibu Sastro nggak tahu kalau sebenarnya mereka belum bercampur.