"Aku tidak setuju kalau kalian bercerai ucap ibu Arga alias ibu Sastro. Kalau kamu benar-benar menceraikan Ningrum aku lebih memilih kehilangan kamu anak kandungku daripada kehilangan menantu dan cucu-cucuku, masih ada kesempatan untukmu Arga sebelum kamu keluar dari rumah ini!."
Mendengar kata-kata sang ibu Arga langsung bersujud di kaki ibunya. "Ampuni Arga ibu! tolong jangan menghukum Arga seperti ini, selamanya Arga adalah anak ibu, Ampuni Arga buuuu." Arga menangis tergugu di kaki ibunya, air mata ibu Sastro tidak bisa dibendung lagi begitu pula air mata semua yang ada di ruangan itu.
"Ibu bisa mengampuni kamu kalau kamu meninggalkan wanita itu dan kembali ke Ningrum, berfikirlah demi anak-anak mu, maafkan ibu bila dulu menjodohkan kamu tapi semua demi kebaikan dunia akhiratmu lihatlah Ningrum dia tidak ada cacat sedikitpun selama menjadi istri dan menantu."
"Tidak bisa! Mas Arga sudah menceraikan Ningrum dan lebih memilih aku, ayo mas kita tinggalkan rumah ini!" Farah berdiri sambil menarik tangan Arga dengan kasar.
"Hai perempuan jalang! kamu memang tidak tahu diri, lepaskan abangku!" Andini berdiri menarik tangan Farah yang menggenggam tangan Arga.
"Tidak bisa sampai kapanpun mas Arga tidak akan aku lepaskan" Farah melotot sambil mendorong Andini.
"Cukup! cukup! ini sungguh sangat memalukan, semua keputusan ada di tangan Arga" paman Handoko melerai pertengkaran antara Farah dan Andini.
"Arga! paman mohon dengan segala kerendahan hati, kamu bukanlah anak kecil lagi kamu sudah tua Arga malu bila di dengar orang! sekarang dan detik ini juga putuskan siapa yang akan kamu pilih namun seandainya kamu memilih Farah kami semua tidak akan menerima kamu lagi di rumah ini!"
Mata Arga merah menahan tangis, nampak jelas kebimbangan di wajahnya, Arga menatap wajah Ningsih yang memandangnya dengan linang air mata, Arga nggak kuat melihat air mata istrinya, terbayang semua kebaikan dan kasih sayang yang telah Ningrum berikan, pengabdian dia sebagai seorang istri sangatlah sempurna tiada celah kesalahan sedikit pun.
"Mas! ayo cepat kita pergi dari sini, nggak ada guna lagi kita di rumah ini kita sudah dianggap sampah, ayo kita pergi mas!" Farah menarik tangan Arga dengan kasar, Anehnya Arga hanya bisa menurut bagaikan kerbau di cucuk hidungnya, Farah membuka pintu mobil milik Arga lalu menyuruh Arga masuk, setelah Arga masuk Farah memutari mobil dia ikut masuk dan membawa mobil itu keluar teras rumah dan melesat pergi memecah terik matahari.
Setelah Farah dan Arga pergi semua yang ada di ruangan itu diam seribu bahasa, hanya Isak tangis ibu Sastro yang masih terdengar. Ibu Halimah mendekati Bu Sastro dan memeluknya, Setelah Bu Sastro tenang ibu Halimah bicara.
"Sudahlah Bu? jangan ditangisi lagi, Arga masih dalam keadaan kalut dan menurut saya Arga sangat tunduk dengan perintah Farah sepertinya ada yang tidak beres dalam hubungan mereka, Arga yang saya kenal dia berhati lembut dan baik, dia tidak memiliki sifat tempramen seperti ini mungkin ini pengaruh dari Farah atau...?". Ibu Halimah menjeda kalimatnya.
"Atau apa Bu?" Jawab ibu Sastro penasaran begitu juga dengan yang lain juga ikut penasaran.
"Mohon maaf ini cuma pendapat saya saja, dari sorot mata dan wajah nak Arga saya merasa Arga terkena sihir dari Farah, tapi ... tapi itu cuma pendapat saya saja loh ya Bu? mohon maaf bila saya salah!.
"Saya sependapat dengan ibu Halimah ucap paman Handoko, coba nanti saya tanya ke ustadz soal Arga dan Farah sebab sikap dan sifat Arga yang dia tunjukan benar-benar beda jauh dengan sifat Arga yang aslinya.
Ningrum hanya diam mendengarkan semua pendapat mereka, setelah beberapa lama diam Ningrum angkat bicara.
"Mohon maaf ibu ... sejujurnya Ningrum juga curiga dengan Farah, sepertinya dia punya maksud tertentu untuk mendekati mas Arga, untuk itulah sebelum saya pergi dari rumah saya membawa semua surat-surat penting beserta tabungan anak-anak, semua Ningrum lakukan secara spontan mengikuti kata hati, Ningrum hanya takut Farah cuma memanfaatkan mas Arga saja, apalagi setelah mendengar cerita bahwa Farah memiliki dua anak dan dua suami semakin yakin hati Ningrum kalau Farah tidak tulus dalam mencintai mas Arga, ini bukan karena Ningrum cemburu atau marah tapi pemikiran Ningrum benar-benar murni dari hati nurani, dan ini ibu! Ningrum bawa semua surat-surat penting milik mas Arga, Ningrum mohon ibu mau menyimpannya, takutnya kalau Ningrum yang simpan nanti malah bahaya, Ningrum hanya ingin menyelamatkan harta suami saja tidak lebih."
Semua mata tertuju ke berkas yang Ningrum letakkan di meja. "Masya Allah Ningrum ... begitu cerdasnya pemikiran kamu, surat ini biar ibu saja yang simpan bagaimana? dan kita semua harus merahasiakan ini dari Arga." Semua yang ada di situ setuju. dan mereka pun setuju.
"Jadi bagaimana ini? Arga sudah menjatuhkan talak tiga ke Ningrum dan memberikan hak asuh anak kepada Ningrum semua, apakah Ningrum benar-benar mau bercerai dengan Arga atau masih mau mempertahankan rumah tangganya" paman Handoko bertanya ke Ningrum.
Ningrum tidak menjawab, hanya bulir-bulir bening yang keluar dari matanya, Ningrum nggak sanggup menjawab apapun apa yang selama ini dia takutkan kini sudah ada di depan mata, setatus janda sebentar lagi akan dia sandang bagaimana nanti nasib Nisa dan Kamal bila hidup tanpa figur seorang ayah?. Ningrum menarik nafas panjang dan di keluarkan dengan perlahan.
"Ningrum masih ingin perjuangkan rumah tangga Ningrum dengan mas Arga demi Nisa dan Kamal, disamping Ningrum masih mencintai mas Arga namun Ningrum berfikir bagaimana nanti anak-anak tumbuh tanpa figur seorang ayah? seandainya mas Arga terkena sihir dari Farah Ningrum berjanji akan mencari penawar untuk mas Arga agar dia bisa kembali bersama anak-anak nya.
Semua yang ada di ruangan itu menatap Ningrum tak percaya, tidak di ragukan lagi bahwa pilihan ibunda Arga mencari seorang menantu tidak salah Ningrum memang memiliki hati seperti malaikat meski dia di sakiti dan di hianati dia masih sanggup memaafkan dan berfikir jernih demi kebaikan dan kebahagiaan anak-anaknya.
Ibu Sastro dan Andini langsung memeluk Ningrum mereka bertiga menangis.
"Terimakasih anakku? terimakasih sebab masih mau memaafkan Arga dan memberi kesempatan kedua untuknya, ibu berjanji akan memperjuangkan Arga agar mau kembali bersama kalian."
Keesokan harinya keluarga Arga menemui ustadz yang di rujukan oleh pak Handoko, ustadz tersebut bernama Ali Maksum beliau dan anggota nya biasa meruqyah orang yang terkena gangguan jin akibat sihir atau yang kesurupan, sayangnya Arga tidak bisa di bawa ke tempat itu sebab Arga sudah pergi bersama Farah, jadi ustadz Ali Maksum hanya bisa memberi air ruqyah untuk mandi sebab Arga harus di Ruqyah secara langsung, tapi ya itu keluarga Arga tidak bisa memberikan air Ruqyah untuk mandi sebab Arga bersama Farah, akhirnya Andini dan Anton suaminya mencari informasi dimana tempat orang yang bisa mengobati sihir dengan media foto tanpa harus membawa orang yang terkena sihir itu. Alhamdulillah salah satu teman Anton memberi tahu tempatnya dan tempat itu bukanlah dukun, ditemani Rudi teman Anton mereka bertiga pergi ke rumah bapak Mustafa, rumah bapak Mustafa ternyata tidak terlalu jauh dari rumah Anton jadi nggak perlu memakan waktu lama mereka sudah sampai. Karena sebelumnya mereka sudah janjian jadi mereka tidak perlu menunggu antrian, sebab katanya pasien pak Mustafa itu lumayan banyak.
"Assalamualaikum ...." Rudi mengetuk rumah bapak Mustafa sambil mengucapkan salam."
"Waalaykummussalam ...."
Suara jawaban salam dan deritan pintu terbuka, di balik pintu nampak sosok laki-laki sekitar berumur 50 tahun bermuka bersih dan teduh menyambut mereka"
"Mari ... silahkan masuk dan duduk" dengan ramah bapak Mustafa mempersilahkan semua tamu masuk kedalam rumahnya, setelah mereka duduk bapak Mustafa mempersilahkan para tamu meminum air kemasan yang sudah tersedia di meja yang sengaja di siapkan untuk tamu-tamu bapak Mustafa, lalu merekapun minum.
"Apakah ini mas Rudi dan mas Anton?" bapak Mustafa bertanya dengan ramah.
"Benar pak! saya Rudi dan ini Anton bersama istrinya namanya Andini!"
"Baiklah ... silahkan mas Anton menceritakan semua keluh kesahnya atau mba Andini sendiri yang akan bercerita, bukankah pasien bernama Arga itu Abang kandung mba Andini?" bapak Mustafa tahu bahwa Andini adalah adik kandung Arga dari Rudi yang kemaren sudah bercerita.
"Benar pak saya adik kandung mas Arga jadi begini ...." Lalu Andini menceritakan semua keganjilan yang dialami Arga, bapak Mustafa mendengar kan dengan cermat.
"Mba Andini ... mohon maaf Setelah saya melihat foto mba Farah dan mas Arga yang mas Rudi kirim melalui WhatsApp kemaren saya menyimpulkan mas Arga kena pengaruh gendam dari mba Farah dan sifat gendamnya sangat kuat sebab selama lebih dari dua tahun gendam itu dimakan oleh mas Arga"
"Kalau boleh tahu gendam itu berbentuk apa pak!" tanya Andini penasaran.
"Gendam itu berbentuk darah Haid yang sudah dikasih mantra dan di masukan kedalam minuman mas Arga, proses untuk melepaskan gendam ini cukup susah sebab ini sudah masuk ke pembuluh darah mas Arga, saya paling cuma bisa membantu dengan memberi air ruqyah yang di minumkan kedalam air minum mas Arga juga air mandi dan mas Arga harus di jauhkan dari mba Farah!"
"Bagaimana kami harus menjauhkan mas Arga dari Farah? sedang mereka sekarang sudah menikah dan satu rumah!"
"Mba harus mencari cara agar mereka menjauh, dan menurut pendapat saya mba Farah tidak tulus mencintai mas Arga dia hanya mengincar hartanya saja, kemungkinan kalau Farah diberi penawaran sejumlah uang mba Farah mau meninggalkan mas Arga."
Bapak Mustafa memberi satu gelas air ruqyah kepada Andini, dan beliau akan membantu mengobati dengan jarak jauh melalui media foto Arga.
"Maaf pak! apakah Farah juga bisa di obati? maksud saya kalau Farah di obati juga siapa tahu dia bisa insaf dan menghentikan aksi gilanya ini, sebab setelah Arga jadi korban dan bisa terlepas dari farah saya khawatir nanti ada lagi korban selanjutnya yang jadi incaran Farah!" tanya Anton.
"Sebenarnya bisa mas cuma semua tergantung dari mba Farah nya sendiri mau enggak dia bertaubat, semoga saja Allah segera memberi hidayah kepada mba Farah agar menghentikan kejahatannya."
"Jadi kemungkinan bapak nggak bisa membantu Farah ya?"
"Bukan nggak mau membantu mas Anton cuma kita fokus kepada mas Arga dulu ya? jadi menurut saya nanti sepulang dari sini mas Anton dan mba Andini langsung menemui mas Arga dan memberikan air minum ini kedalam minuman mas Arga, kalau susah mba bisa mencampurkan air ini kedalam bak mandi dan dispenser air minum mereka, ini juga ada garam kasar nanti mba taburkan ke sekeliling rumah mas Arga Insya Allah nanti mba Farah tidak betah juga tinggal di rumah mas Arga nah setelah mba Farah pergi kita bisa mengobati dengan mudah. Oh iya saat mba menabur garam ini mba tidak boleh dalam keadaan kotor mba harus suci dan terjaga wudhu, sambil menabur garam ini mba baca ayat-ayat ruqyah kalau tidak hafal ayat ruqyah mba Andini bisa baca alfatihah ayat kursi dan tiga surat qul saja, bacanya jangan sampai berhenti selama mba menabur garam ini mba terus baca ayat-ayat itu secara berulang-ulang. Emmm ... apa mungkin sebaiknya mas Anton saja yang melakukan ya? sebab saya khawatir mba Andini sedang dalam keadaan udzur syar'i." bapak Mustafa menatap Anton.
"InsyaAllah saya bisa pak! Alhamdulillah saya tidak lagi haid dan saya hafal ayat-ayat ruqyah." jawab Andini mantap.
"Alhamdulillah kalau begitu!"
"Terus apakah sebaiknya mba Ningrum kembali ke rumah Arga atau gemana pak! siapa tahu mba Ningrum bisa membantu sebab ibadah mba Ningrum bagus" Andini masih bertanya.
"Hust ... mama ini gemana! bukannya mas Arga sudah menceraikan mba Ningrum ya? dan langsung talak tiga!"
"Astaghfirullah ... benarkah begitu?" bapak Mustafa menimpali.
"Iya pak! tapi mas Arga mengucapkan dengan keadaan emosi dan kelihatan nya dalam tekanan dari Farah." Jawab Andini.
"Bisa jadi mas Arga mengucapkan kata talak itu tidak dari hati hanya karena menuruti keinginan istrinya, dan keadaan mas Arga sedang dalam keadaan tak sadar akibat gendam InsyaAllah kata talaknya tidak sah, tapi kita perlu menanyakan semua ini kepada mas Arga benar-benar kah dia menginginkan perceraian atau hanya mengikuti saran dari istrinya?"