sudah satu minggu lebih setelah dila terima gaji perrama, dia selalu pergi dengan sepeda baru, sepeda warna coklat muda dikayuh dengan gesit setiap pagi.
minggu ini dila dan bayu mendapat waktu jaga yang sama yaitu saat siang hari, sementara giliran dila terpisah dari ulin teman ngerumpinya yang jago sekali mencuri perhatian siapapun yang berada didekatnya.
"pagi non" sapa bayu
"pagi" itu bukan suara dila, dari arah berlawanan kadek datang dengan wajah sumringah.
"apa dia lupa kalau aku jaga siang" gumam dila pada dirinya sendiri
"ini terlalu pagi, kami bahkan belum buka mas" cibir bayu kesal
"sengaja kok, rencananya mau stay lama disini. ada proyek, bosan kalau cuma dirumah aja" kata kadek
"dasar" timpal dila dan berlalu meninggalkan kadek
seperti biasa saat siang hari cafe selalu ramai dengan pengunjung, kadek tak mau merasa terganggu dengan orang orang yang berlalu lalang di cafe, hingga dia memutuskan untuk duduk agak menyudut dan tetap fokus pada leptopnya.
terkadang tampak dila sedang memperhatikan kadek, dalam benaknya selalu terbesit masa masa smp kala itu. dan tentang sebuah rahasia, yaaa... konspirasi hati yang selama ini di sembunyikannya.
dila duduk pada salah satu bangku cafe, letaknya cukup jauh dari tempat meja kadek sendiri, tangan gadis itu memangku wajah cantiknya, kakinya menjulur lurus dari bawah bangku dengan mata yang terus menatap cowok di sudut cafe.
"ah aneh sekali, ini sudah berlalu lama tapi kenapa rasanya masih sama ya" katanya dalam hati
"ya ampun dia lihat"
ketahuan...., kata itu yang tepat saat kadek juga berbalik melihat kearah dila yang tengah asik menatapnya, kadek tersenyum tapi dila malah membuang muka, berpura pura tak menyadari kalau cowok itu tersenyum padanya.
pukul 11:30 waktunya kadek untuk jemput ameera di sekolah dasar tempatnya mengajar.
dia melambaikan tangan pada dila lalu pergi begitu saja.
"dil aku pulang, mau jemput ameera" satu notifikasi pesan dari kadek, dila membacanya dan bibir cemberut.
hari semakin sore, dila sudah akan pulang dan menaruh rompinya pada loker, berjalan dengan santai menuju sepedanya.
suara kaset mengaji dari masjid terdekat juga sudah terdengar, dilajunya sepeda dengan kencang hingga tak lama sampai di depan kosannya. dila bergegas mandi dan berwudhu agar tak tertinggal sholat magrib lagi seperti kemaren, akhir akhir ini memang ibadahnya sering sekali bolong kadang pulang usai magrib atau kadang bangun terlalu siang, bahkan suka tak sempat sholat zuhur saat cafe sedang ramai ramainya.
seusai sholat dila pergi keluar kosan menuju warung yang letaknya tak begitu jauh dari jalan besar, dila membeli susu dan roti sebagai penganjal perut malam ini. saat pulang sempat beberapa kali bertegur sapa dengan tetangga yang melihatnya, rata rata bertanya apakah dila betah ngekos di daerah itu, dila hanya bilang iya, secepat mungkin kembali kekosan. dila melahap rotinya dengan santai diiringi musik dari hpnya, duduk diluar kosan sekilas melihat banyak kendaraan berlalu lalang membuat hatinya nyaman sekali. matanya terhenti pada mobil sedan hitam keluaran baru, yang masuk pelan di lorong kosannya, dila berpikir mungkin kenalan tetangganya.
kaca mobil itu terbuka, perlahan disana seorang cowok ganteng tak begitu jelas wajahnya melambai kearah kosan dila, dila malah clingak clinguk melihat kanan kiri siapa yang di maksud cowok itu. tak ada siapa siapa pikirnya, dan apa mungkin yang dimaksud adalah dirinya sendiri.
"saya" tunjuk dila pada dirinya.
cowok itu malah tertawa dan membuka pintu sebelah kirinya mempersilahkan dila masuk, dila tertegun dengan mulut yang sedikit menganga, cowok itu ternyata kadek, dibenak dila hanya terbesit kapan kadek punya mobil? dan apa alasan kadek datang malam ini.
dila berjalan pelan kearah sedan dan si supir, matanya masih memastikan jika itu benar kadek.
"lama banget sih dil" umpat kadek saat gadis itu menghampirinya
"ini benar kadek arsatya kan" canda dila
"ya ampun aku baru datang pake mobil kamu udah lupa, besok aku bawa pesawat kamu jantungan mungkin" cibir kadek dan menarik masuk tubuh ardila begitu saja
dila hanya diam saat dijalan dan memandang wajah kadek, bodohnya bahkan dia tak bertanya mau kemana dan ada apa.
tak lama sedan itu berhenti pada sebuah rumah elit, dengan nuansa kalem yang membuat dila lagi lagi harus melongo.
"kita dimana" kata dila saat sadar bahwa sudah pergi jauh dari lorong kosan kecilnya
"dirumah ameera" jawab kadek,
dila tampak terdiam sesaat
"mau ngapain dek"
"ada acara makan malam kecil kecilan"
"makan malam, ya ampun. tapi aku begini" kata dila kaget, pantas saja kadek terlihat rapi malam ini sementara dirinya belum ada persiapan, dila memakai celana hitam panjang yang longgar, baju kaos lengan panjang warna abu abu dan pasmina hitam simple malam itu, lusuh benar benar lusuh jika disandingkan dengan acara makan malam di rumah mewah yang saat ini di datanginya.
"maaf tadi buru buru" kata kadek saat sadar saat ini mungkin ardila sedang tak percaya diri dengan penampilanya.
mereka berdua memasuki rumah mewah itu, dan berjalan menuju ruangan yang letaknya agak belakang. disana dila melihat banyak orang ada ameera wanita anggun yang hanya pernah dilihatnya dari foto saja, dan juga tante susi ibu kadek yang hingga sekarang wajah cantiknya tak berubah membuat dila masih ingat siapa pemilik wajah itu.
dila tampak canggung berada didekat mereka, ameera beberapa kali mengajak dila untuk berbicara sebelum hidangan selesai tapi dila hanya menjawab dengan anggukan dan tersenyum hambar.
kesal wajahnya cemberut tak karuan, sementara kadek tak menghiraukannya dan sibuk berbincang dengan ameera.
"kamu tambah cantikya"
kata seseorang dari arah belakangnya dan membuat dila sedikit terkejut
"ah tante bisa aja" jawab dila saat melihat yang memujinya adalah susi
"kamu jauh sekali merantaunya, gimana keadaan keluarga di jambi" sambung susi, syukurlah rasa canggung dila sedikit hilang dan kini sibuk meladeni pertanyaan pertanyaan dari susi.
hari sudah malam, acara makan malam sudah selesai satu persatu keluarga itu pulang begitu juga dengan dila yang pulang diantar kadek.
sepanjang jalan dila hanya diam menatap keluar kaca mobil di sebelahnya.
sementara kadek sibuk dengan rasa tak enak hatinya pada dila, dia mengira dila diam karna kesal di jemput secara paksa bahkan tak sempat bersiap siap.
"tadi mamah ku ingat kamu, jadi dia yang usulin buat kamu ikut makan malam" kata kadek pelan sekali.
dila menoleh padanya sebentar lalu kembali menatap jalan.
"aku tau... tadi itu konyol dan nggak lucu, tapi maaf dil" katanya lagi malah lebih pelan membuat dila tak dengar secara keseluruhan
"jangan marah ya, dil... dila" ucapnya tanpa gubrisan dari dila
cukup jauh perjalanan menuju kosan dan selama itu hanya diisi dengan kata permohonan maaf kadek tanpa sepatah kata pun dari dila.
saat tiba di depan kosan dila lebih dulu membuka pintu mobilnya, membuat kadek kesal karna dirinya sudah dulu berlari dan akan membuka pintu untuk dila, kadek hanya diam saat dila menatapnya dan pergi meninggalkannya sendirian. kadek paham tak ada gunanya menngejar dila karna dila jelas masih kesal, dia berpaling dan akan kembali masuk kedalam sedan hitam itu.
"aku maafin" teriak dila dari depan pintu kosannya.
kadek tak menjawab, mulai mengetik sesuatu pada hpnya.
terdengar notifikasi wa dari hp dila.
"terima kasih, sekali lagi maaf ya dil... kamu pasti malu tadi" tulisnya pada pesan singkat itu.
"tak perlu dibahas" balas dila
"ok gini aja, besok aku traktir kamu eskrim. boleh beli sebanyaknya"
"sepakat" tulis dila dan melambaikan tanganya mengiringi kepergian sedan hitam itu dengan senyum lebar yang menawan milik ardila maharani