Chereads / sadar "CINTA" / Chapter 9 - Perbedaan rasa

Chapter 9 - Perbedaan rasa

cinta itu begitu sulit untuk diterka kapan akan singgah, datang dan menetap. terkadang seseorang yang bahkan tak kau sangka bisa mengisi ruang kosong dihati mu. begitu pun dengan dila, seberapa keras pun dila berusaha, tapi hatinya tetap tak bisa dibohongi kalau perasaan itu ada, dila sadar dirinya telah jatuh cinta, atau lebih tepatnya kembali jatuh cinta, seakan seperti mengorek perasaan lalu yang dia punya untuk kadek.

***

setelah semalaman kerja dan pulang subuh, dila akhirnya bisa berbaring tenang pada kasur empuk kosannya, tak bisa dipungkiri selama kerja dia pun tak sepenuhnya berkonsentrasi, dirinya kacau, bahkan hampir saja menumpahkan minuman pelanggan dan beberapa kali juga hampir membawakan pesanan yang salah, untungnya ada ulin yang juga ikut kerja malam itu, dan beberapa kali menggantikan dila mengantar pesanan.

pagi ini dila mencoba memejamkan matanya, tapi sialnya wajah kadek selalu disana, terkadang seakan tersenyum manis, terkadang bayangan ciuman itu juga melintas membuat sesak di dada.

"dia bahkan tidak mengklarifikasi" gumam dila, diacaknya puncak kepala hingga pasmina itu berantakan.

dila beranjak, berjalan gontai menuju kamar mandi, ditatapnya raut wajahnya sendiri, dia menghidupkan air keran dan beberapa kali membasuh kasar wajahnya.

setelah usai mandi dan akan mengenakan jilbabnya, tiba-tiba saja ada suara ketukan dari luar pintu kosan dila, dila pun membukakan pintu, dan ternyata kadek yang berdiri diambang pintu.

"dil" mereka berdua sama-sama terpaku

"eh kamu, ma...masuk" perkataanya terbata

kadek duduk di sofa dan mengamati dila yang sudah bisa di tebak sedang membuatkan kopi untuknya.

"kopi" tak lama dila datang dengan satu cangkir kopi.

di seruputnya kopi itu "em kamu baru pulang" ucapnya mencoba basa basi

"aku pulang subuh tadi" kata dila, tapi masih tak menatap mata kadek

"kamu sudah makan" tanya dila lagi

"sudah"

"syukurlah"

hahhh, kadek menghela napasnya panjang sebelum akhirnya mulai berbicara serius tentang apa yang terjadi

"dil, aku mau bahas tentang kemarin, aku tahu kamu marah atau bahkan kecewa, tapi jujur dil, aku enggak punya maksud apa apa, aku cuma terbawa suasana, aku cuma merasa nyaman, yang aku sendiri tahu perasaan ku tidak beralasan, aku enggak mau kita saling salah paham" kadek menyandarkan tubuhnya pada sofa dan menutup matanya

"kamu enggak perlu takut dil, aku enggak punya perasaan apa pun itu sama kamu, dan kamu juga tahu kan aku punya ameera, kamu tahu 5 tahun bukan waktu yang sebentar jika cuma untuk main-main, maaf kalau buat kamu salah paham dil" katanya

ini lah kesalahan cinta, datang tak kenal waktu, tak kenal situasi.

dila tak bisa berkata apa pun, hatinya seperti disayat. yang dia sesali adalah karna dirinya sempat berfikir kadek perlahan membuka hati untuknya.

"ya tak apa, aku tahu" timpal dila dan kemudian tersenyum tanpa arti.

kadek membalas senyuman itu, ada perasaan lega pada dirinya. setidaknya dila tak membenci dirinya.

"mamah nanyain kamu terus, katanya kenapa kamu pulang enggak pamit" kata kadek

"kenapa enggak bilang, kaget ma abis dicium aku" timpal dila, mereka pun sama-sama tertawa, meski pikiran dan hati masih belum sejalan.

***

mentari mulai pergi dan bersembunyi, menyisakan warna senja kelam yang remang kemerahan, mata dila tak henti menatap keindahan di hadapanya itu, sesekali juga mengabadikanya pada beberapa jepretan camera hpnya.

sore ini diparkiran sepeda, dila duduk manis sambil menunggu pergantian kariawan, tanganya sibuk mengotak-atik hp dan memposting keindahan senja itu di feed instagram miliknya, dengan caption yang bertuliskan 'sugeng dalu'.

tak lama ada beberapa komentar, dan salah satunya dari sovian.

"dalu, adik kecil ku dirantau orang, apa kabar mu, semoga kebahagian selalu bersama mu" tulisnya

dila tersenyum lebar, karna dia sadar diluar sana masih ada orang-orang seperti bang sovian yang mengerti dirinya. tapi setelah membalas komentar sovian, mata dila tertuju dengan satu komentar yang membuatnya mengernyitkan dahi, karna si pengirim adalah bayu.

"dalu, senjanya indah, tapi gadis di parkiran lebih indah" tulis komentar itu, sontak dila celingak-celinguk mencari si empunya komentar, dan benar saja dari pintu cafe bayu tersenyum lebar kearah dila.

"dasar raja gombal" tulis dila pada balasan komentar

"aku serius, tapi kamu enggak pernah lihat itu" lirih bayu, dan ikut duduk di parkiran sepeda.

dila menatap mata bayu sepersekian detik, dalam benaknya, andai yang berkata seperti itu adalah kadek.

kemudian dila tersenyum dan mencubit perut bayu yang menjadi bulan bulanan sasaran empuk dila.

"awww, nanti janinya mati dil" sergah bayu tertawa

"ih jijik" dila berlari menjauh, sementara bayu masih mencoba menghentikan tawanya.

"kamu manis banget kalau lagi senyum dil" lirihnya