Malam yang menurutku sangat panjang. Tubuhku sakit, mataku sudah sulit untuk terbuka. Suara tangisan kudengar lebih keras dari sebelumnya. Aku saat ini terbaring sekarat.
Di usia ku yang sudah menginjak 60 tahun, belum sekalipun aku merasa berbuat hal yang istimewa. Hampa, begitulah orang menyebutnya. Yah well, meskipun aku mempunyai keluarga yang mengasihiku, istri cantik idaman semua pria, anak gadis yang cantik, dan satu anak laki-laki yang tampan. Ekonomi keluargaku juga tidak sulit, bisa dibilang kami adalah keluarga yang sangat mapan. Aku memiliki usaha toko grosir yang sukses dan ramai setiap harinya, tentu dibantu istriku yg memiliki studio foto yang terbilang lumayan untuk omset bulanannya. Lalu anak gadisku yang memilih jurusan kedokteran ketika lulus SMA, dan kini menjadi Dokter kecantikan ternama di negara ini. Dan anak bungsuku laki-laki, yang kini menjajaki dunia modeling dan sukses menjadi bintang iklan tertampan versi majalah dunia.
Siapa yang tidak mengidamkan kehidupan seperti itu?
Sungguh tak semua kehidupan indah yang dilihat kebanyakan orang adalah sesuatu yang kau impikan. Sebenarnya, banyak kesalahan yang telah kubuat di masa mudaku yang kusesali, disaat kini ajalku sudah menjemput. Jika ada kesempatan, aku ingin sekali memperbaikinya. Namun yang kutahu, kehidupan kedua itu tidak ada. Andai ada pun, diriku lebih memilih kembali ke jaman saat ku menginjak kelas satu SMP, dimana awal mula itu penyesalanku terjadi. Awal dari semua kesalahan yang kuperbuat.
Aku hanya bisa tersenyum memikirkan itu, mimpi saat orang yang akan meninggalkan dunia terlihat begitu bodoh. Pandanganku sudah sangat kabur, kepalaku pun tak sanggup digerakkan sedikitpun, aku sungguh mengantuk. Dan di tenaga terakhirku aku mengucapkan kepada mereka yang ada di sekelilingku saat ini…
Maafkan Kebodohanku…
Dan disinilah tangisan-tangisan itu mulai tak terdengar lagi, dan aku pun tertidur.
*****
Kediri, jawa timur.
Juli 2004
knock, knock, knock
"ar… kamu sekolah ngga?"
knock, knock, knock
"arslan!! Ini hari pertama kamu masuk SMP, Jangan bolos ar !!"
Masih terdengar suara itu berulang kali. Suara yang mirip dengan orang yang Arslan kenal, itu seperti suara… Mama?
Matanya pun langsung terbuka lebar. Dimana ini?
ingatannya masih terpampang jelas ketika ia waktu itu masih mendekati ajalnya.
"tunggu, bukankah aku sudah mati?". Gumam arslan. Dia sungguh bingung, ini pertama kali ia merasakan meninggal dan menjadi roh.
Dia pernah menonton sebuah film, dan film itu menunjukkan keadaan Surga ketika roh mencapai alam itu. Keadaan disana sungguh masih membekas di ingatan Arslan. Situasi dimana orang itu kembali ketempat yang paling berharga di kehidupannya.
Saat ini arslan berada di rumah yang dahulu ia singgahi, ketika ia berumur 12 tahun. Ia melihat keatas saat matanya terbuka, benar sekali, kamar yang ia tempati tidak memiliki plafon. Segera ia memandang arah lain, dan sekali lagi benar, kamar mandi dalam kamar yang belum jadi, dan hanya berupa tembok bata merah yang belum di semen. Ia melihat sekeliling lagi, ada seseorang yang tidur disampingnya. Rega, ia adalah adik laki-laki Arslan. Jarak umur mereka hanya terpaut 1 tahun. Entah kenapa dirinya tersenyum sangat manis ketika melihat adiknya, mungkin… ia rindu.
"Apa ini benar di Surga?". Gumam arslan yang tak yakin apa yang dilihatnya saat ini.
Ia sungguh kembali ke masa saat ia berumur 12 tahun? Sangat tidak masuk akal. Namun hanya ada satu cara untuk membuktikan ini nyata atau ia memang sudah berada di Surga.
Arslan segera bangkit dari tidurnya, ia menepis pikiran untuk membangunkan adiknya, karena waktu adalah yang terpenting sekarang.
ia mengambil handuk dan keperluan lainnya untuk mandi, dan segera berlari ke kamar mandi tanpa menghiraukan orang rumah yang memandanginya aneh.
Sesaat setelah selesai mandi, dan berpakaian, ia merasa ada yang janggal. Namun arslan tak peduli, karena merasa itu bukan hal yang penting. Ia pun berjalan cepat kearah kamarnya, namun ia berhenti ketika ada suara seseorang yang memanggil.
"Arslan!". Panggil seseorang dengan suara wanita.
Arslan menoleh kebelakang. "mama? Ada apa ma?", sahut arslan yang masih terasa gugup di dadanya. Tak disangka sosok wanita didepannya adalah ibu yang sangat dirindukannya puluhan tahun, kini berada tepat dihadapannya.
"kamu arslan kan?". Tanya wanita yang notabene adalah ibu arslan itu.
Arslan hanya mengernyitkan dahi, seakan tidak mengerti maksud dari perkataan ibunya itu. "tentu saja aku arslan ma, siapa lagi?". Jawabnya
Namun ibunya hanya memandanginya aneh. " tapi, sejak kapan kamu jadi se-tinggi ini ar? Emangnya… kamu makan apa kemarin?". Sontak perkataan ibunya itu menjadi sambaran petir di pagi hari untuk arslan.
"apa ma? Tinggi?". Tanya arslan kembali, seakan ibunnya berkata konyol. Ia tidak ingin ini hanyalah khayalan, ia ingin semua peristiwa ini menjadi kenyataan, karena banyak yang harus ia perbaiki di kehidupan sebelumnya.
Dia pun segera masuk ke kamar dan menutup pintunya rapat. Langkah kakinya ia gerakkan perlahan menuju lemari miliknya, seingatnya lemari itu memiliki Cermin besar ditengahnya. Ia ingin melihat apa yang terjadi pada tubuhnya sekarang ini. Tidak mungkin tubuhnya berubah disaat ia berumur 12 tahun. Ia berjalan sambil melihat kakinya yang terasa familiar, ukuran kaki ini, sensasi tubuh ini…ia tidak ingin menebak. Tidak mungkin jika tubuhnya berada pada saat umur segitu.
Sesaat setelah ia sampai didepan cermin, ia menhadap cermin dengan sangat pelan. Dan matanya semakin terbuka lebar ketika pandangannya tepat berhadapan dengan dirinya yang ada di Cermin itu.
"oh sial…". Umpat arslan ketika melihat dirinya sendiri saat dicermin. Hal yang membuatnya sangat terpukau dengan pemandangan itu. Memang benar, Fisiknya telah berubah sepenuhnya. Sudah tidak tampak seperti dirinya saat berusia 12 tahun waktu itu.
Ini… sungguh berbeda.