Sejak pertama pertemuan itu, entah bagaimana mengenalmu, engkau yang tak ku kenal selalu terbayang dalam fikirku. Di benakku, terus bertanya siapa kamu? Yang membuat perasaan ini susah melupakanmu saat awal bertemu dari ketidaksengajaan itu.
Aku tak paham apa yang ku rasakan saat ini, perasaan aneh yang kurasa terhadap dia orang yang baru kukenal. Astagfirullah perasaan itu muncul secara tiba-tiba , sebelumnya aku tak pernah merasakan perasaan ini. Oke baiklah mungkin itu hanya perasaan sesaat saja. Kucoba melaupakannya yang selalu membuatku bertanya-tanya siapa sebenarnya dia?
Dari pertemuan itu, aku tak pernah mendapati dia kembali di sanggar tempatku mengajar. Kesibukanku di kampus membuat aku bertukar jadwal dengan teman-teman lainnya yang tidak berbarengan dengan jadwal kuliahku. Komunitas mengajar kami terdiri dari sepuluh orang, yang diketuai oleh Rangga putra mahardika, Via sebagai sekertaris dan aku sendiri sebagai bendahara. Teman-teman yang lainnya sebagai staf dan team relawan di komunitas mengajar kami. Keberadaan komunitas kami sangat didukung dari berbagai lapisan sehingga sepak terjang kami cukup luas hingga banyak yang terarik untuk bergabung dikomunitas kami.
Weekend itu, weekend yang bereda. Dimana setiap hari weekend kami semua kumpul di sanggar untuk membahas perkembangan mengajar dan mendidik anak-anak. Memperhitungkan keperluan belajar dan mengajar di sanggar, serta kebutuhan para relawan dalam setiap kali mereka mengajar, dan mencari donator untuk sanggar kami. Namun pada ahad itu hanya aku saja dan Reina yang baru datang ke sanggar.
Kami semua menjadwalkan untuk datang pada pukul 13.00. Reina adalah salah satu team staf dan relawan yang mengajar di bidang matematika.
"Rein… anak – anak pada kemana yah ko ga datang" Tanya ku padanya sambil membersihkan sanggar yang sedikit terlihat berantakan.
"Entahlah Sya, aku WA Ilham dia tak bisa datang" timpal reina yang dari tadi duduk sambil memainkan degetnya
"Ini Via, sama Rangga ga aktif lagi teleponnya" gerutu ku sambil ku coba menghubungi mereka dalam kecemasan yang tak terbendung.
Aku dan Reina standbye di sanggar sambil nunggu teman-teman yang lainnya, semoga mereka segera datang. Waktu semakin terus berdentum tak terasa aku dan Reina menunggu hampir dua jam di sanggar.
"Astagfirullah kemana ini teman- teman ko gak ada yang datang" (cemas ku). Tiba – tiba triiiingg bunyi Massage ponselku bergetar.
"Assalamualaikum, Asya kalo mau rapat dimulai saja aku sibuk hari ini banyak kerjaan di kampus yang belum terselesaikan" Message Rangga
"Astagfirullah, kenapa baru ngabarin sekarang, aku sama Reina dan teman-teman yang lain nungguin" ketikku kesal membalas messege nya.
" Aku minta maaf Sya, aku baru sempat buka pegang ponsel karna hari ini aku ternyata banget "
"Via, Ratu mana ? Ko dia juga ga datang" balasku kembali
"Sama Via dan saya sedang ada kegiatan kampus"
Aku diam bingung, gimana mau mulai rapat sedangkan yang datang hanya aku, Reina, Naila, dan Indra. Duh, gimana bilang sama mereka sedangkan ketuanya ga biasa dateng. Aku termenung seketika Naila mengagetkan lamuanan ku.
"kenapa Sya,? Rangga mau datang gak ?" Tanya Naila
"Gak Nai, dia banyak kerjaan di kampusnya"
"Huu, kalo gini mah aku pulang dari tadi" ketus Naila
"Maaf, aku gatau soalnya Rangga baru aja ngeWA" Jelasku padanya.
"Yaudahlah, ayolah Reina, Afi kita pulang." Ajak Naila
"Dulan aja Nai, gue mau nemenin Asya dulu" Timpal Reina, seraya membantuku membereskan arsip yang sedang aku rapikan.
Astagfirullah, aku ngerasa ga enak gini ya sama mereka (gerutuku ) sambil ku tatap dari bilik pintu menatap keluar melihat Naila yang keluar dengan muka yang kecewa "Heiii, sudah Sya, Naila emang geh gitu kan yaudah sih" seru Reina yang menyemangatiku yang terlihat lusuh dengan binary air mata.
***
Hari semakin sore, Waktu sudah menunjukan pukul 17.00. Aku segera merapikan sanggar bersama Reina, agar terlihat bersih dan lebih rapi. Reina pulang duluan karena ada janji dengan teman kampusnya. Sepuluh menit kemudian aku bergegas pulang ke rumah ku, tapi karena sudah memasuki maghrib aku mampir sejenak di masjid tak jauh dari sanggar hanya berjarak 200 M. Setelah solat aku menysuri jalanan protokol di malam hari hanya sendiri, fikiran ku masih terbayang oleh reaksi Naila. Astagfirullah Naila sepertinya marah kepadaku (gurauku).
Hari semakin larut, jarak antara sangar, dan rumah sekitar 1,5 jam perjalanan. Fikiran ku belum tenang untuk pulang ke rumah peraaan tak nyaman beriring menyelimuti jiwa ini. Akhirnya ku coba hubungi Via, berencana untuk bermalam di tempatnya. Kebetulan rumah Via tidak terlalu jauh dengan sanggar tempat kami mengajar.
"Assalamualaikum Via, ada dimana?" messege ku padanya berharap dia menerimaku untuk bisa bermalam di tematnya. Namun Via, lama membalas pesanku. Aku termenung bingung mau kemana mala mini, angkutan umum yang e arah rumahku sudah tak ada jika lewat jam 7. "Huft, nafasku menghendus kencang.
"Ada di kampus Sya, kenapa?" balasnya dengan sekian lama aku menantikan balasan Via dari messege ku.
"Aku, malam ini tidur di rumah mu ya, aku tadi ke sorean dari sanggar terus ada masalah gitu" jelaku padanya
"Ya, aku kayanya mau nginep ke kosan ratu, tugas aku belum selesai" Jelasnya
"Yaudah, Aku pulang aja deh Vi"
"Hei, udah malem Sya, gapapa kamu ikut kita aja, kita tunggu di kampus ya, emang sekarang kamu agi dimana"?
"Aku lagi makan, di upnormal deket kampus kamu, dari tadi aku belum makan?"
"Yaudah kesini aja dulu ya, udah malem kalo mau pulang, aku tunggu kamu disini ya Sya, hati-hati ya."
Setelah makan ku bergegas menemui Via. Via, Rangga dan Ratu mereka adalah satu jurusan yang sama dan satu kelas sehingga mereka selalu bersama.
Kumandang adzan Isya berkumandang, aku tak langsung menemui Via. Aku terlebih dahulu ke masjid kampus. Masjid itu terasa sepi dari kejauhan, tak heran karena hari sudah terlalu malem. Banyak mahasiswa yang sudah pulang meskipun ada beberpa yang masih tetap di kampus demi mengerjakan tugas dari dosen mereka.
Langkahku semakin cepat agar tak tertinggal sholat berjama'ah, alangkah terkejutnya saat akan memasuki masjid tak ada satu perempuan pun dalam masjid itu hanya aku seorang diri. Astagfirullah, perasaan tadi lihat banyak peremuan di depan kok, pas di masjid sepi ya? Ah, yasudahlah mungkin mereka lebih memilih sholat di tempat mereka masing-masing (gurau ku).
Setelah selesai sholat suasana semakin sepi, malam semakin larut. Namun tak disangka mata dan hati terdekup bergetar mendengar seseorang melantunkan ayat demi ayat dari surat Al-khafi. Suaranya indah, adem membuat hati dan fikiran terasa tenang. Ya Allah, siapakah gerangan yang mengaji (gumamku). Salah satu petikan ayatnya dia melantunkan dari surat yang terlantunkan adalah ayat ke – 10 yang berbunyi.
اِذْ اَوَى الْفِتْيَةُ اِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوْا رَبَّنَآ اٰتِنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً وَّهَيِّئْ لَنَا مِنْ اَمْرِنَا رَشَدًا
Ku coba cari arti dari ayat yang dibacakan, Masyaallah pas banget sama perasaan ku saat ini, "hanya Allahlah yang mempermudah segala urusan". Ayat ini menggambarkan peristiwa tadi yang tidak jadi rapat dan kemarahan naila kepadaku.
Aku terus penasaran siapakah laki-laki tersebut? Ku coba buka sedikit tirai pembatas antara laki-laki dan perempuan itu, ingin melihat laki-laki itu, saat akan ku buka tirai itu, ponselku ku bergetar via menelponku.
"Hallo, Assalamua'alaikum"
"wa'alaikumsalam, lu di mana Sya, lu jadi ikut gue gak, gua mau balik sama Ratu dan Rangga kalo mau ikut lu ke parkiran depan sekarang"
"Maaf aku lagi di masjid dulu Vi, iya tunggu bentar, aku beres-beres dulu"
Setelah mengakhiri telepon, aku melanjutkan rencana ku untuk melihat siapakah yang ngaji itu. Namun setelah terbuka ternyata dia sudah keluar dari masjid. Ya Allah, ternyata dia udah keluar, gak pas banget, tapi Alhamdulillah aku sudah rekam dia (gumamku).
Terkejut jiwaku saat ku pandang detik jarum pada jam tangan ku. Astagfirullah ternyata jam sudah menunjukan jam 20.15. Aku langsung bergegas membereskan barang-barangku, melangkah keluar menghampiri Via, Rangga dan Ratu di pakiran.
Dari kejauhan ku melihat Via, Ratu dan Rangga sedang ngobrol santai dengan seseorag. Saat aku akan mendekat, orang tersebut justru bergegas pergi.
"Assalamualaikum
"Walaikumsalam, lama sekali sih sya di masjid lu ngapainn" celetuk Ratu dengan raut muka kesal, menunggu ku yang agak sedikit lama.
"Tadi aku solat dulu, sambil nenangin diri kesel aku tuh di marahin sama Naila tadi di sanggar " jelasku padanya
"Kamu dimarahin kenapa sya? " timpal via
" Rangga tuh, telat infoinnya" ketus ku
"Iya, maaf sih Sya, Gue gak sengaja. Yaudah kalian gue anter deh sebagai permintaan maaf gue"
Aku, Via dan Ratu menuju kosan dengan di antar Rangga. Aku sebenarnya mau menanyakan kepada mereka siapa yang tadi mereka temui di parkiran tapi aku merasa gak enak hati jika menanyakan itu kepada mereka.
Jarak antara kosan Ratu dan kampus hanya di tempuh dalam waktu 10 menit, selama diperjalanan aku terus diam, aku terfikirkan siapa laki-laki yang di masjid itu, apakah dia laki laki yang sama yang aku temui di sanggar? Karna suaranya hamir mirip. Seketika Via menyadarkanku dari lamunanku.
"Asya, asya, asya" teriak via
"Astagfirullah, iya via"
"Udah sampe nih di kosan Ratu"
"Oh, udah sampai ya, yuk turun"
"Dari tadi geh mau turun" celetuk ratu
"Makasih Rangga, udah mau anterin kita" ucap ratu
Sampai di kosan, malam semakin larut, Via dan Ratu langsung tertidur. Aku tak bisa tidur, mataku susah terpejam, hatiku gelisah tak menetu. kuputuskan ambil wudhu sebelum aku tertidur. Ku buka Alquran agar hati ini semakin tenang. Ku baca, meresapi ayat demi ayat itu. Aku coba membaca ulang ayat yang aku dengar masjid itu.
Namun dalam hati ini aku masih terus bertanya mungkinkah seseorang yang kutemui di masjid itu adalah dia? Dia yang aku temui awal pertama di sanggar, tapi mungkinkan memang Dia? Jika itu memang dia mengapa dia tak ingin bertemu denganku, dua kali kita bertemu tanpa sengaja, tapi dua kali pula dia pergi menjauh begitu saja. Mungkin kah memang dia tak mau mengenalku dan ilfil denganku ? Ah, aku terbuai bertanya-tanya tentangnya.