Chereads / Asa di Ujung Tasbih / Chapter 4 - Itukah Nama Dia ?

Chapter 4 - Itukah Nama Dia ?

Aku dan sahabat singgelillah lainnya begitu dekat, tetapi saat berada di luar kampus kami memilih kesibukan masing-masing serta memilih komunitas yang berbeda. Falah dan Rosh memilih masuk komunitas qori. Fitri masuk komunitas teater dan seni peran. Aku dan Yuni mengikuti komunitas mengajar dengan senyum bersama Via, Ratu dan Rangga.

***

Yuni sendiri masuk ke dalam staf divisi kurikulum pembelajaran, karena meskipun kami hanya komunitas tapi kami ingin menyelenggarakan seperti instansi pendidikan lainnya.

Kesibukan diantara para team mengajar yang berbeda membuat kami belajar untuk saling memahami. Walaupun jadwal sudah diatur, tapi terkadang ada yang harus bertukar jadwal, itu semua tidak menyebabkan prasangka di antara kami, yang terpenting semuanya bertanggung jawab di komunitas mengajar senyum ini.

***

Seminggu berlalu kami liburkan kegiatan mengajar di sanggar, selain karna sibuk dengan urusan kuliah masing-masing, kami pula ada memiliki permasalahan internal yang mempengaruhi semua anggota. Salah satu relawan kami mengundurkan diri sehingga posisi nya belum ada yang mengganti.

Hampa terasa, dalam seminggu ini tak bertemu dengan anak-anak itu, semangat mereka menimba ilmu patut menjadi percontohan diri ini. Entah sampai kapan mereka diliburkan seperti ini, aku selalu berharap teman-teman masih semangat untuk mau mendedikasikan dirinya untuk komunitas ini.

Aku mendiskusikan dengan yuni perihal masalah ini. Saat ini yang terdekat hanya yuni, karna Rangga sebagai ketua berbeda kampus dengan kami.

"Yun, gimana ya ini kelanjutan mengajar di sanggar"

"Kata gue sih, kita harus rapat sama Rangga, Via, Ratu dan teman- teman lainya. Coba deh lu kontek Rangga atau Via, kapan mereka gak sibuk dan ada waktu luang? kasian anak-anak itu kalau terabaikan, lu aja gak mau kan di abaikan"

"Aduh, apaan sih Yun! Nanti aku chat mereka siapa tau ada solusi dan memecahkan masalah ini bersama"

"hahaha, canda gue Sya, jangan serius gitu sih mukanya 😂😂 gue juga kasihan melihat mereka masih perlu uluran tangan kita"

***

Hampir seminggu lebih aku tak berkomunikasi dengan Rangga ataupun Via. Aku memahami mereka sedang sibuk dengan urusan perkuliahannya. Mereka mengambil jurusan kedokteran di salah satu universitas swasta di Ibukota, jadi wajar jika mereka sangat sibuk.

Aku berfikir ulang jika terus begini keadaannya, aku khawatir jika sanggar ini akan bubar. Kucoba menghubungi mereka berharap mereka bisa memberikan solusi untuk kemajuan sanggar .

Iseng-iseng sebelum message aku cek scrool status pada aplikasi hijau itu, ku dapati status Rangga, Via dan Ratu yang hampir sama. Ku buka status via, ternyata Via upload foto bersama teman-teman di kampusnya yang telah selesai praktek kala itu dengan caption "be have fun and good job sob". Ku perhatikan foto tersebut dengan seksama hampir ku kenal dari foto itu, tapi ada satu orang yang tak ku mengenalnya. Orang tersebut berparas kulit sawo mateng dan memiliki senyman manis, serta hidung mancung, poisinya tepat berada di samping rangga. Siapakah gerangan apakah orang itu yang aku lihat malam itu yang berbicara dengan rangga?. Dari pada aku penasaran aku coba balas komentar status pada status via.

"Via itu siapa yang samping rangga"

lama Via tak membalas messege ku, rasa penasaran ku seakan timbul kembali, mengulang sejenak pada peristiwa yang pernah terjadi. Hati Meronta meyakinkan diri bahwa dia adalah teman Via yang pernah ku temui beberapa Minggu yang lalu.

"Oh itu Namanya Fauzan Mughazy, dia satu jurusan, tadinya beda kelas tapi karna dia cerdas maka dia pindah ke kelas gue. lue juga perah ketemu dengannya di sanggar, yang waktu itu lu tanya ke gue"

Dekk, berdebar tak beraturan, seakan jantung ku terlempar mengetahui namanya.

"Astagfirullah, kata kamu beda kelas"

"Iya, kan gue udah jelasin di atas Sya, dia pindah kelas karna dia cerdas kan lu tahukan kelas gue orang-orang cerdas semua" jelasnya padaku.

"Oh gitu, salam kenal ya" ku coba memberanikan diri untuk memulai perkenalan itu meskipun aku tak tahu bagaimana respon dia padaku. terbayang saat dia bertemu dengan ku raut mukanya tak mau menoleh kepada ku.

"Sama siapa sama Rangga tah kan udah kenal haha "

"Ih, sama sampingnya rangga"

"Oh, sama Fauzan, ya nanti gue salamin sama dia"

"Oh, iya Via kapan kamu sama rangga gak sibuk? Kita perlu bicara masalah sanggar, anak-anak di sanggar seminggu lebih ga dipedulikan. I know you and Rangga verry bussy. Aku kasian sama mereka, semangat mereka untuk belajar sangat tinggi. Aku gak tega melihat mereka harus kehilangan kesempatan belajar "

"Iya Sya, Aku mengerti dan paham maksud kamu, coba nanti akan ku bicarakan sama Rangga dan yang lainnya ya"

"Oke di tunggu ya infonya"

***

Sekian lama aku mencari tau tentang dia. Dia yang pernah ku ketemui di sanggar itu serta yang pernah ku lihat saat malam itu bersama Rangga, ternyata dia adalah Fauzan Mugazhy. Teman satu jurusan Via dan Rangga.

Aku tak pernah menyangka bahwa Fauzan dan Rangga bersahabat sangat baik. Pasalnya Rangga tak pernah sekalipun menceritakan tentangnya padaku.

Mungkinkah ini rencana mereka membuat aku menumpuk segudang penasaran? Hem, lirih nafasku memburu kesal, ku ingin marah dengan mereka, tapi aku tak bisa. Mengapa mereka tak memberi tahuku tentangnya.Apa salahku pada mereka hal yang semacam ini mereka sembunyikan? Ah, aku seperti terlihat bodoh di mata mereka. Apa salahnya jikalau mereka menceritakan sebenarnya. Astaghfirullah, menggerutu batinku memikirkan tentang semua itu.

Mungkin ini jawabanku selama ini tentang dia. tentang nama dia. Dia yang buat diri ini kegelisahan dan kegundahan yang tak berarti, ya dia Fauzan Mughazy. Orang yang paling aneh yang pernah ku temui dan ku kenal. yang tak lain dan tak bukan adalah sahabat dari Rangga. Akankah aku benar-benar mengenal dia, berteman baik dengan dia? terasa lemas diri ini jika mengingat kembali tentang dia.

terbayang selalu terbayang dalam benakku, tak pernah pernah terlupakan tentang dia laki-laki misterius yang ku temui itu. Kehadirannya bagai serdadu yang terselimut di balik parasnya yang tak punya senyum. Oh Tuhan.. mengapa dengan dialah aku bisa begini? banyak cinta yang mendekat ku menolak. Namun mengapa dengan dia hati ini tak mau menolak? Bisakah aku dengannya bersama? mungkinkah dia juga mempunyai perasaan sama? Terombang-ambing bak perahu tanpa nahkoda.