Hampir sebulan berlalu saat ku chat Via tentang masalah sanggar, selama itu pula aku, Yuni serta teman-teman yang lainnya yang masih tetap standbye memberi pembelajaran kepada mereka. Meskipun harus dengan jadwal yang tak sempurna seperti sebelum-sebelumnya. Aku berharap Rangga, Via serta teman- teman yang lainnya bisa kembali berkontribusi aktif untuk memajukan sanggar ini.
Semangat ku tak pernah padam dan tak pernah surut untuk mencerdaskan penerus bangsa. Aku coba hubungi Rangga sebagai ketua dia memiliki tanggung jawab akan hal ini. Aku sempat berfikir, "Sesibuk apa sdih Rangga hingga dia abaikan tanggung jawabnya di Sanggar" ahh.. keluhku dalam mikirkannya lahar panas selalu berapi-api ingin ku muntah kan belenggu beban dalam fikiranku.
Triiiingg dreett seketika ponselku bergetar notifikasi pesan masuk, ternyata message dari rangga.
"Assalamu'alaikum, Asya maaf mungkin akhir- akhir ini sanggar terbengkalai. Aku tahu kamu sangat memikirkan nasib sanggar seperti apa. Aku bingung harus kaya gimana, aku pun masih ada tanggung jawab atas untuk kemajuan sanggar ini. Terima kasih kamu sudah mau menghandle semua pekerjaan di sanggar, meskipun aku tahu kamu juga punya kesibukan dengan urusan kuliahmu. Insyaallah aku akan memperbaiki semuanya, aku minta bantuan mu untuk menghubungi teman-teman, bahwa ahad depan kita adakan perkumpulan sekaligus perombakan kepengurusan. Aku percaya mereka kalo sama kamu mah mau dateng. Aku tunggu yah jam 13.00, terima kasih. Wassalam"
Heran, Aku terdiam membisu seketika membaca message itu, bagaimana tidak aku harus message infokan satu-satu semua pengurus "Apa salahnya jikalau dia sebagai ketua yang berkirim pesan di grup, kenapa harus aku? Astagfirullah Asya jangan kesal dan bergumam gitu anggap aja pahala (gurauku).
Bismillah ketika Rangga message seperti itu semoga ada baik yang akan datang, semua demi masa depan anak- anak itu.
Aku message teman-teman untuk berkumpul di sanggar pada hari hari ahad atas permintaan Rangga. Tak berselang lama teman-teman menyetujui waktu yang telah ditentukan untuk bertemu dan rapat koordinasi dengan semua pengurus. Alhamdulillah masih mereka semua semangat untuk terus berjuang mengembangkan sanggar ini.
***
Ahad, 12 Desember, kami semua berkumpul di sanggar. Alhamdulillah semua pengurus sanggar bisa menyempatkan waktunya untuk berkumpul, kecuali Yuni yang mendadak harus ke luar kota untuk menemui saudaranya.
Rapat berlangsung dari mulai 13.30, sedikit molor dari jadwal yang telah di tentukan. Dalam pembahasan rapat ini di pimpin langsung oleh Rangga sebagai ketua, dan permasalahan kali ini membahas berkaitan dengan jadwal mengajar, perombakan posisi dan tugas masing- masing staf.
Dari hasil rapat itu, di putuskan untuk BPH (badan pengurus harian ) masih di pegang Ketua : Rangga sekertaris : Via dan ratu , bendahara : Asya.
Ada beberapa divisi yang mengalami perubahan, adapula yang mengalami penambahan. Salah satunya yaitu divisi hafidzul Qur'an yang di ketuai oleh Fauzan Mughazy. Divisi donatur di ketuai oleh Dhika Alamsyah.
Aku sempat bingung sebenarnya siapa sih Fauzan? Kok, Rangga langsung tunjuk Fauzan sebagai ketua divisi itu.
"Maaf, Rangga untuk divisi hafidzul qur'an yang di ketuai oleh Fauzan mengapa harus Fauzan? kita gatau orangnya gimana, apakah dia sungguh-sungguh mau gabung bersama kita? Oke jika misalnya kita adakan divisi donatur dan itu notabenenya memang perlu kan meskipun ketuanya sendiri baru bergabung dengan kita , tapi setidaknya ada dia berada tengah- tengah kita. Nah ini kan ketua divisi hafidzul qur'an tidak ada di tengah-tengah kita mau mendengarkan penyampaian visi misi divisi yang dia naungi geh gak bisa kan" protes ku pada forum rapat diskusi itu.
"Oke baik, maaf sebelumnya asya temen-temen disini sebagian sudah tau Fauzan. Fauzan sangat aktif mengajar, cuma saya rasa, hanya kamu yang belum ketemu, secara tatap muka. beberapa waktu yang lalu dia sempat ketemu kamu cuma dia langsung pergi. mengapa saya milih dia ? Dia punya potensi ilmu yang mumpuni buat kemajuan di divisi tersebut. Sehingga aku memilih Fauzan sebagai ketua di divisi itu. Pahamkan Sya" jelasnya padaku , aku masih kikuk untuk dapat menerima semua ini.
"Bahkan Reina aja sering berjumpa dia meskipun hanya sesaat. Saya harap temen-teman bisa welcome menerima Fauzan. Ada satu yang kalian harus tahu buat temen-temen akhwat jadi Fauzan itu sangat segan bicara dengan akhwat. saya harap temen-temen akhwat bisa maklum dengan kondisi itu, dan untuk sekarang Fauzan belum bisa hadir karena sesuatu hal, semoga teman- teman memahami dan mengerti. Bagaimana Sya bisa mengerti kan, Sya, Sya " timpal Rangga yang menjelaskan kepada semuanya, entah diri ini masih belum nyaman, aku terdiam hingga tanpa aku duga Rangga mengagetkan ku
"Astagfirullah, Tadi kamu bicara apa, Ga"
"lu ngelamun ya Sya, segitu Rangga sudah bicara panjang kali lebar lu gak dengerin, fikiran lu kemana sih, Sya" bentak Ratu dengan kerasnya yang mematahkan hati ini. Aku tak biasa mendapatkan sentakan yang memuncak hati langsung teriris.
Aku terdiam menunduk, membisu, tak terasa butiran mutiara itu jatuh dari kelopak indah ku. Aku tak mampu bicara apapun kala Ratu membentak ku.
"Rangga, kalo sekiranya penjelasan yang kamu sampaikan tadi seperti itu aku paham akan memahami, dan mohon izin saya keluar sebentar dari forum ini" tertunduk dan terbata-bata mulut ini mengatakannya tanpa menatap Rangga
"Asya, lu kenapa?" tanya Reina yang berada di samping ku. Aku tak beri jawaban, aku terus melangkah keluar, menangkan diri dari apa yang terjadi.
"Saya harapkan teman- teman masih semngat untuk kembangkan sanggar ini bersama-sama" pesan Rangga yang ku dengar sebelum ku menjauh dari ruang rapat itu.
***
Rapat berlangsung lama sekitar pukul 18.00. menjelang maghrib belum juga selesai, kami putuskan untuk pending rapat tersebut dan segera tunaikan sholat berjama'ah. Setelah sholat kami melanjutkan untuk tadarus qur'an bersama, sambil menunggu makanan yang telah kami pesan sebelumnya. 15 menit menunggu akhirnya makanan datang dan kami makan bersama, dilanjutkan sholat Isya.
"Sya, nih, " Rangga menjulurkan sapu tangannya, menghampiri ku sebelum rapat kembali di mulai
"Apa ini, Ga?" (Aku bingung melihat sikap aneh Angga yang tiba-tiba menyodorkan sapu tangka kepadaku)
"Sapu tangan lah, lue lihat ini apaan? lue kenapa tadi, gue lihat lue nangis? gue salah tah?"
"Oh, aku gak kenapa-napa kok, Ga" (Aku mencoba terlihat baik agar Rangga tidak menaruh curiga)
"Gue minta maaf kalo gue salah" (sambil dia tarik tanganku, meletakkan sapu tangannya di telapak tanganku)
"Jangan sedih ya, Gue gamau lihat lu sedih, gue lebih senang melihat lue semangat dan selalu ceria" ( berlalu pergi menjauhi ku)
"Thanks ya, Ga" ( teriakku padanya seketika dia membalik arah dan tersenyum)
Ba'da isya rapat di mulai kembali hingga pukul 21.00, mengingat teman-teman banyak yang jauh rumahnya, akhirnya rapat kami tutup. Setelah merapihkan tempat rapat mereka semua bergegas pulang.
Namun tidak dengan ku, aku dan team BPH dan para ketua divisi lainnya, kami masih melanjutkan prihal adminitrasi dan pengelolaan keuangan.
Penat rasanya, aku sedikit corat coret, ngoprek keuangan seorang diri, enak yang lainnya ada yang bantuin lah aku sendiri (guraku, seraya menahan emosi pada diri ini mengingat kejadian rapat tadi siang).
Saat aku utak atik coretan tinta ku dalam buku besar, terdengar suara mobil seseorang yang datang.
"Assalamu'alaikum"
"Walaikumsalam" Rangga pun bergegas melangkah untuk menghampiri sumber suara tersebut"
"Masyaallah Fauzan, ente dateng juga"
"Ah, Fauzan, masa sih dia Fauzan (Gerutuku dalam hati)" Ku lanjukan coretanku , tak sengaja terdengar pembicaraan rangga dan Fauzan.
"Maafkan ane, tadi ane ada sedikit masalah makanya ane ga bisa dateng pas jam itu, gimana teman- teman yang lain"
"Alhamdulillah, teman- teman yang lain memahami cuma ya ada lah satu orang mah yang sedikait kritis, dan ada sesuatu hal yang ane mau cerita ke ente"
"Siapa, ente mau cerita apa ke ane ?"
"Hem, nanti ente geh tau"
Aku tak mendengar lagi apa yang hendak Rangga cerita kan pada Fauzan. Apa ini masalah tadi siang? hemm..
Aku terus melanjutkan kerjaku tanpa menghiraukan mereka. Saat ku sedang konsntrasi seketika Via menghampiri ku.
"Sya, itu Fauzan yang waktu itu lue titip salam. Oh ya, Gue lupa Fauzan juga bilang salam balik ya gitu, maaf aku ga sempat samapaikan sama lue"
"Iya Vi, tak apa. Aku paham kok, orang sibuk mah"
"Atuh sana geh temuin dia, susah loh kalo harus ketemu dia" goda Via padaku mengacaukan konsentrasiku
"Gak lah Vi, aku disini aja ga enak ganggu mereka"
"Sya di panggil Rangga tuh" tiba- tiba ratu menghampiri dengan raut muka juteknya
"Kalian aja yang menemui mereka, aku masih belum selesai"
"Yasudah, ayo Via kedepan sama Fauzan, dhika dan rangga" ajak ratu
"Gak lah tu, aku sini aja temanin asya kasian kalo sendiri"
"Yasudah" tegas Ratu, dengan nada tinggi seraya menjauhi kami dan memalingkan raut muka kesal.
***
Kebetulan di sanggar yang tersisa hanya, Aku, Via, Ratu, Rangga dan dhika di tambah Fauzan yang beru datang. Kami mengerjakan tugas dan fungsi dari jabatan yang kita emban. Rangga, Dhika dan Fauzan mereka mengerjakan di teras sanggar sedangkan Aku, Via dan Ratu di dalam ruangan.
"Tadi Rangga kasih apaan sama lu, Sya" tanya Ratu
"Ah, kasih apaan?" heran ku padanya
"lue gak usah sok polos deh, gue lihat semua lue di kasih sesuatu kan sama Rangga sebelum rapat kedua dimulai, gue lihat lue berdua sama Rangga di ruangan itu" papar Ratu tentang kejadian itu.
"Kenapa? kamu cemburu ? Rangga cuma kasih semangat dan jangan bersedih, kamu tahu kenapa? karna Rangga gak mau lihat temannya menangis dan itu karna ulah sahabat deketnya" celetuk kesal ku padanya
"Maksud lu, gue? Apa salah gue sama lu?" nada tinggi mencekik mengganggu gendang telinga
" Ada apa sih" Via yang sedari asyik membuat draf program kerja sambil mendengarkan music menggunakan headset merasa terganggu pula, dia melepaskan headsetnya.
"Ada Apa di dalam?". terdengar pula teriakan Dhika dari luar
"Gak ada apa-apa kok, Dhik" Sahutku
"Awas ya, Sya kalau lue ketahuan menaruh hati sama Rangga, gue gamau kenal lu lagi sebagai sahabat gue"
***
Waktu semakin menunjukan hawa dinginnya bertanda malam semakin sunyi tak terasa waktu menunjukan pukul 23.00, mata semakin sayup. Aku penat dan sudah mengantuk, seketika Ratu pun menghampiri para ikhwan untuk di ajak pulang.
"Rangga , sudah yuk kita pulang saja, besok atau lusa kita lanjut" pinta Ratu
"Iya Ga, kasihan tuh akhwat belum pulang, khawatir di cari sama orang tuanya" timpal Fauzan
"Asya udah selesai tah?"
"Kok, cuma Asya yang ditanyain sih, Ga?" rengek ratu, muka menikuk melipat berlapis terpancar dalam raut wajahnya.
"Iya, maksudnya Via segala sudah selesai belum?" Jelas Rangga untuk mencairkan suasana
"Belum Ga, kami yang di dalam belum selesai."
"Yaudah Ratu, kalian rapikan tempatnya, tempatkan semua berkas dalam satu draf nanti simpan dalam file yang sudah saya siapkan"