Chereads / Istri Kesayangan Tuan Lucas / Chapter 14 - Kakak Ipar

Chapter 14 - Kakak Ipar

Keesokan harinya, Nayya mulai semangat kembali. Meskipun masih ada ekspresi takut dan cemas jika Lucas membuangnya, tapi ia tidak terlalu memperlihatkannya. Siapa pun pasti akan seperti Nayya ketika mendapatkan perlakukan Lucas yang cukup mengerikan.

Lucas yang tahu dengan hal itu tidak berusaha memperbaiki pandangan Nayya padanya. Baginya, semua akan tetap sama dan biarkan waktu yang mengobati rasa takut itu. Toh, Nayya sudah mulai membaik, sehingga hanya menunggu waktu yang tepat agar sang istri kembali seperti semula.

"Buka mulut mu," ucap Lucas sambil memegang sendok makan.

Saat ini, keduanya sedang sarapan dengan Lucas yang duduk di samping Nayya sambil membantunya makan. Kedua tangan Nayya yang tergores sedang di perban, membuat Lucas tidak tega jika istrinya makan sendiri.

Dengan patuh, Nayya membuka mulutnya. Menerima suapan dari sang suami dengan wajah gugup. Para pelayan termasuk Sara menjadi senang dengan perlakukan tuan muda mereka.

Lucas dengan sabar membantu Nayya makan, setiap suapan diberikan dengan porsi yang pas. Sehingga membuat Nayya tidak kesulitan menelan.

"Kakak juga harus sarapan," ucap Nayya dengan suara pelan. Takut jika menyinggung suaminya kembali tapi tidak tega jika sang suami tidak makan.

"Aku akan sarapan setelah kau selesai sarapan. Setelah ini, kak Kath akan datang. Jadi kau bisa duduk mengobrol bersamanya, jika ada sesuatu yang kau butuhkan. Cari aku di ruang kerja." Lucas masih harus melanjutkan pekerjaannya yang semalam, di tambah lagi hari ini ia harus melakukan rapat melalui video call akibat tidak bisa meninggalkan sang istri. Untungnya rekan bisnisnya berbaik hati sehingga ia bisa tetap tinggal di rumah.

Nayya mengangguk paham, ia juga penasaran mengapa kakak iparnya datang berkunjung. Tapi tidak berusaha bertanya, karena itu bukan haknya, lagi pula. Ia juga ingin tahu seperti apa reaksi kakak iparnya mengenai kehadirannya.

Setelah selesai sarapan, Sara mengajak Nayya duduk di sofa. Tidak ada lagi beda tajam, jika ingin makan buah, maka pelayan akan mengupas serta memotongnya jauh dari Nayya.

Nayya yang nenyadari hal itu hanya bisa menatap semua orang dengan sedih, ia bahkan merasa bersalah karena dirinya semua orang harus kesulitan.

Pada akhirnya di rumah, sudah tidak ada lagi pisau tajam. Lucas melarang pelayan mendekatkan semua jenis benda tajam dari Nayya.

Pukul 9 pagi, Kath akhirnya tiba. Ia juga membawa putranya yang berumur 10 tahun, ingin mengenalkan sang putra pada Nayya. Dan berharap kondisi Nayya bisa semakin membaik dengan kehadiran anaknya.

"Adam, sapa bibi Naya, Sayang," ucap Lath pada putranya.

Adam yang tidak terlalu suka bertemu dengan orang baru menatap Nayya benerapa menit. Membuat Nayya menjadi gugup, takut pria kecil itu tidak menerimanya.

"Halo, Bibi," sapa Adam. Pria kecil itu juga menghampiri Nayya, wajahnya terlihat cerah melihat sosok bibi barunya yang sangat cantik.

Kath yang melihat perubahan putranya menjadi senang. Tidak menduga jika putranya menyukai Nayya hanya dalam sekali pandangan.

"Bagaimana kondisi mu sekarang?" tanya Kath setelah duduk di samping Nayya.

"Sudah membaik, Kak."

"Syukurlah, oh ya. Aku membawakan salep luka untuk mu, terapkan ini di setiap luka mu agar bekas luka itu memudar."

Nayya menjadi malu, ia tahu tubuhnya sudah sangat jelek karena penuh luka. Untung saja suaminya tidak menuntut hak, jika sampai itu terjadi. Maka Nayya tidak akan sanggup menatap wakah Lucas.

"Jangan malu, setiap orang punya kisahnya sendiri. Yang terpenting sekarang, kau tidak boleh melakukan hal seperti itu lagi. Jika memang tidak bisa menahannya maka cari tempat ramai, minta Lucas menemani atau Sara menemani mu."

Mungkin dengan suasana yang ramai, Nayya bisa sedikit lebih tenang dan tidak sampai menjadi seperti itu. Keramaian mungkin membuat fikirannya teralihkan.

Adam yang sudah jatuh cinta dengan bibi barunya bingung dengan pembicaraan antara ibunya dan sang bibi.

"Ibu, apakah bibi cantik sakit?"

Di panggil bibi cantik membuat Nayya malu. Ia menjadi gemas dengan wajah tampan dan pipi tembam Adam, ingin rasanya ia memiliki anak seperti Adam. Yang lahir dari rahimnya, tapi Nayya langsung sadar bahwa ia tidak pantas menjadi seorang ibu karena penyakitnya.

"Ya, maka dari itu. Adam harus menemani bibi cantik, jangan biarkan bibi cantik sendirian. Apakah Adam paham?"

"Paham, Bu. Bibi cantik tidak perlu khawatir, Adam akan menemani, Bibi. Jika ada yang berani mengganggu, maka Adam akan membuat mereka meminta maaf pada, Bibi."

Senang rasanya mendengar janji anak kecil seperti Adam. Nayya menjadi sangat nyaman berada di sekitar Kath dan keponakan barunya yang lucu serta menggemaskan.

Saat Kath dan Nayya tengah sibuk berbicara, tiba-tiba ponsel Kath berbunyi. Melihat siapa yang memanggil membuat Kath merasa tidak enak pada adik iparnya.

"Halo, Dok," sapa Kath.

"Dokter Kath, bisakah anda datang ke rumah sakit. Ada operasi penting hari ini."

Kath menjadi sedih, tidak mungkin ia membawa putranya ke rumah sakit. Dan jika harus mengantar kembali, itu akan membuat perjalanan semakin lama.

"Baik, Dok. Saya akan segera datang." Meskipun masih belum tahu dimana ia harus menitipkan putranya, Kath harus menyetujui permintaan salah satu Dokter dari rumah sakit milik keluarganya.

Nayya yang sudah mendengar pembicaraan kakak iparnya dan tahu apa yang sedang di khawatirkan sang kakak ipar langsung memberikan saran.

"Bagaimana jika Adam di titipkan di sini saja kak. Aku dan Sara akan menjaganya dengan baik."

Seperti mendapatkan sebuah berkah. Kath tersenyum bahagia ketika adik iparnya bersedia menjaga putranya selama ia bekerja.

"Terima kasih, kalau begitu. Kakak akan pergi, tolong jagakan Adam selama kakak bekerja."

"Pasti kak."

Adam yang tahu jika dirinya akan di titipkan pada bibi cantiknya menjadi senang. Sudah terbiasa di tinggal bekerja oleh ayah dan ibunya, membuat Adam tidak pernah sedih atau keberatan.

"Jangan buat bibi cantik susah, dan jangan sampai ibu mendengar kau membuat onar dengan paman Lucas mu."

Adam yang mendengar pesan terakhir ibunya tersenyum malu. Ia dan paman Lucas nya memang sering bertengkar, bahkan hal kecil bisa menjadi besar jika kedua pria yang berbeda umur itu bertemu.

"Baik, Bu. Jaga diri ku baik-baik dan semoga operasi ibu berjalan lancar." Akibat sering di tinggal, Adam juga menjadi dewasa sebelum waktunya. Membuat Kath dan sang suami menjadi sangat bersalah.

"Baik, Sayang. Kalau begitu, aku pergi."

Setelah itu, Kath pergi meninggalkan putranya dan sang adik ipar. Membiarkan mereka menjadi semakin akrab.

Nayya yang suka dengan anak kecil menjadi bahagia. Mereka bahkan mulai bermain bersama, permainan yang sering Nayya mainkan dengan sang ibu di kala bosan karena tinggal di gubuk yang jauh dari rumah utama.