•••
JAUH HARI SEBELUM TAHUN 2039.
Singkat saja, nama gue Ditofarnus, teman-teman kuliah memanggil gue Dito. Gue adalah laki-laki dengan emosi yang amat sangat random. Gue benci sekali dengan jahe, kecoa dan berbagai macam serangga lainnya.
Gue lahir di Bandung, 12 Maret tahun 2000. Orang tua gue bilang, hari itu adalah hari yang spesial di Indonesia. Lantas gue bertanya," Emangnya, 12 maret ada perayaan apa, ma?"
"Gak ada, sih. Spesial karena hari itu kamu lahir saja," jawab Mama, dia tertawa.
Dulu, ketika Sekolah nilai gue tidak bagus-bagus amat hasilnya, sih, tapi tak apa, karena gue rasa nilai tidak berpengaruh di kehidupan gue. Aneh, pokoknya gue dulu. Hingga pada saat itu, saat gue bisa menikah dengan wanita yang bukan bidadari atapun malaikat. Dia manusia, Nyle namanya, gue lantas berubah.
Nyle adalah wanita kelahiran tahun 2000. Dia lahir di Bandung, tanggal 6 mei. Dia tidak bisa berbahasa sunda karena dari umur 1 tahun sudah ikut ayahnya ke German, untungnya Nyle fasih berbahasa Indonesia. Ayah Nyle adalah seorang dosen Universitas di German. Sedangkan ibu Nyle seorang dosen universitas di Bandung, beliau tinggal di sekitar daerah Antapani.
Nyle memutuskan untuk tinggal kembali di Indonesia di usianya yang ke-15 tahun. Sebenarnya Nyle sering sekali mengunjungi Indonesia, 1 tahun minimal 3 kali. Namun, di tahun 2015 adalah suasana berbeda bagi Nyle, ia kehilangan sang malaikat dalam hidupnya. Ibu Nyle wafat pada tahun itu karena kecelakaan mobil.
Nyle tidak berlarut-larut dalam kepedihan itu, dia adalah sosok hebat, mirip dengan ibunya. Ia memutuskan untuk tinggal di Bandung bersama keluarga dari ibunya sedangkan ayah Nyle tetap tinggal di German. Gue menyayangi lo sangat, Nyle.
Tahun 2025 awal pertemuan gue dan Nyle. Siapa sangka, ternyata Nyle adalah orang yang memiliki antibodi untuk memusnahkan virus yang mengakibatkan pandemi selama bertahun-tahun lamanya.
Gue sangat mencintaimu, Nyle.
•••
2039.
Kami berdua menangis di dalam toko emas tua. Sepeda yang berada diluar diguyuri air hujan yang amat deras. Bau hujan terasa hingga dalam toko, perasaan gue sangat tidak jelas sekali, seakan air hujan menimbulkan kilas balik memori dikepala.
Nyle menatap gue, dia duduk di pojok ruangan. Demikian dengan gue yang menatap dia. Kami masih menangis, pelan.
"Nyle, gue mohon, tolong ceritakan semuanya!" Pinta gue, teriak.
"Ceritakan apa?"
"Ceritakan tentang lo! Gue masih gak percaya kalau lo itu Nyle!" Kata gue, terbata-bata menahan tangis. "Nyle yang gue kenal sudah wafat, sangat aneh rasanya dia bisa hidup kembali."
Nyle berkata pelan, sepertinya dia sedang memerintahkan layanan teknologi miliknya. Gue dengan sigap mencoba untuk berdiri, berhati-hati.
"Tenang, Dit, gue gak berbahaya," jelasnya. Dia kembali berbisik pada layanan teknologi miliknya.
"Sebelum lo kasih tau gue siapa sebenarnya lo ini, gue gak akan percaya apapun!"
"Akan gue jelaskan, Dit," kata dia sambil menghampiri. Gue memasang posisi kuda-kuda untuk bersiap bila ada ancaman darinya.
Nyle semakin mendekati dan gue semakin terpojok. Guntur sesekali mengeluarkan amarahnya, keras sekali. Gue gak bisa melawan Nyle, wajah cantiknya meredakan amarah di kepalan gue ini. Gue sudah terpojok, Nyle berdiri didepan gue, memojokan gue. Dia masih menangis.
"Lo, Ditofarnus, kan? Nyle sangat sayang sekali kepada pria bernama Ditofarnus," kata Nyle. Membuat gue bingung.
"Gue gak ngerti," Gue bingung dengan perkataannya, "maksud lo apa, Nyle!? Memang sebenernya lo itu sayang kan ke gue! Atau perasaan gue ini benar kalo lo itu bukan Nyle!?"
"Betul, gue bukan Nyle yang lo kenal. Tapi tetap, gue adalah Nyle, istri lo, Dit."
Gue rapuh, jatuh tersungkur. Gue diam, duduk tersender di pojok ruangan toko emas. Gue memegang kepala dan menangis lagi. Sesekali gue men-jenggut rambut berharap ini adalah mimpi yang tidak nyata. Rasa sakit yang gue rasakan, ini sangat nyata. Gue tau, berekspetasi tinggi bahwa dia adalah Nyle adalah suatu kemustahilan dan itu benar.
"Siri, aktifkan rekaman," ucap dia yang ternyata bukan Nyle istri gue. Lalu dia merogoh tas kecil di pinggangya, seperti bola kasti namun terbuat dari besi. Dia menyodorkan alat itu ke gue.
"Apa, ini? Lo mau bunuh gue, kan? Lakukan saja. Lagipula, telah bertahun-tahun lamanya gue tak bisa menemukan harapan, semua ini hanya membuat gue tersiksa."
"Bukan, Dit. Ini adalah sebuah memori istri lo, Nyle."
Gue menatap kedua bola matanya, dia sangat terlihat mencoba meyakinkan gue. Gue percaya gak percaya saja, akhirnya gue ambil alat itu dari tangannya.
"Jika gue mati, tolong carikan dia," gue memperlihatkan sebuah foto padanya.
Dia tersenyum, "lo sendiri, Dit, yang bakal menemukannya."
Alat yang seperti bola kasti itu memiliki lubang di tengah-tengah. Lubang itu berputar dan memancarkan cahaya yang amat silau. Gue memejamkan mata karena silau sekali.
Gue mencoba mengintip, memastikan bahwa cahayanya sudah hilang.
Gue kaget, mencoba mengendalikan nafas. Ruangan yang tadinya adalah toko emas tua, berubah menjadi ruangan yang segalanya putih, kosong. Hanya gue dan Nyle palsu disana. Rasanya seperti ada di dimensi lain--padahal gue gak pernah pindah ke dimensi lain.
"Apa ini? Dimana gue?" Tanya gue, bingung.
"Ini adalah memori Nyle, Dit."
Sepercik lubang bulat muncul di depan kami berdua. Lubang itu semakin lama semakin membesar dan membuat lorong. Nyle palsu bilang, gue harus kesana, masuk kedalam lorong itu. Gue meng-iyakan perkataannya. Dengan perasaan ragu, gue mencoba untuk masuk.
Ketika memasuki lorong, suasananya sangat menenangkan. Lorong ini seperti ketika dulu gue di Ancol, tepatnya ketika di dalam sea world. Disini serba gelap, sunyi dan dingin.
Tenang sekali ketika gue didalamnya. Dinding lorong berubah dari hitam ke warna lain. Semakin aneh warnanya semakin dinding lorong itu berubah menjadi seperti sebuah film . Ternyata, semua ini adalah memori Nyle. Gue hanya diam.
Lorong itu seperti membuat gue begerak dengan sangat cepat, dinding lorong memperlihatkan seluruh memori Nyle dengan sangat cepat hingga di depan gue terlihat seberkas cahaya putih yang semakin lama memakan memori Nyle di lorong itu, cahayanya sangat silau sekali. Mata gue lagi-lagi tertutup.
Gue merasakan sentuhan tangan di bahu, dia adalah Nyle palsu. Suasana kembali ke toko emas tua. Hujan masih sama, tidak ada yang berubah.
"Perkenalkan, Dit, Nama gue, Nyle-01. Gue adalah replika dari istri lo, Dit. Tapi tetap saja, gue ini adalah istri lo,Dit"
"Gak masuk ak-," ucapan gue di potong dia.
"Tidak ada yang masuk akal di tahun 2039 ini, Dit. Kita harus bergegas pergi dari sini, dia tidak punya banyak waku," katanya.
"Dia siapa?"
"Dr. Tido"