•••
Nyle Nasution, wanita keturunan Sumatera-Jawa.
Dia, Nyle, sangatlah hebat dalam melakukan apapun di mata gue. Berbeda dengan gue yang beberapa kosakata dalam bahasa inggris saja masih harus menerjemahkannya di google translate. Bahkan dalam hal mencari barang yang hilang dirumah, presentase Nyle untuk menemukannya lebih besar dari gue. Tapi tetap, gue tau, Nyle amat sangat menyayangi gue apa adanya.
Rasanya, Nyle terlalu sempurna untuk menjadi manusia. Dia juga pandai berbaur dengan berbagai hewan kecuali serangga. Ketika kecil Nyle pernah mencoba bermain dan berkomunikasi dengan semut merah di pohon mangga yang ada di depan rumahnya. Dia bilang, ketika ingin mencoba menaiki pohon banyak semut yang jatuh ketangannya lalu menggigitnya. Semenjak itu, dia trauma tapi Nyle sama sekali tidak membenci semut.
Gue dan Nyle menikah tahun 2025, di saat pandemi berlangsung. Pernikahan kami cukup mewah namun hanya dihadiri oleh keluarga saja. Karena, gue sangat tidak ingin malam pertama gue tiba-tiba didatangi orang-orang dari rumah sakit.
"Semoga tadi Ibuku hadir, Dit," ucap Nyle didalam mobil setelah acara pernikahan. Ia hanya menatap kosong kedepan. Gue merangkul Nyle.
"Ibu kamu pasti senang, Nyle. Dia pasti senang melihat anaknya tumbuh menjadi orang hebat."
Nyle adalah lulusan sarjana kedokteran di salah satu Universitas yang ada di Indonesia. Dia termasuk orang yang sangat cepat mendapatkan gelar dokter. Nyle sudah mendapatkan gelar di tahun 2025 sebelum menikah.
Karena ada virus baru yang mengakibatkan pandemi di tahun 2023, di tahun pertamanya mendapat gelar dokter, Nyle harus berjuang dengan rekan-rekan dokter di Indonesia untuk menangani ribuan pasien di Jakarta.
Jujur, gue merasa tidak beruntung saat itu. Gue menikah di bulan mei dan di bulan Juli Nyle sudah harus pergi untuk bertugas. Nyle meyakinkan gue dengan berjanji untuk selalu mengabari dan pulang ke rumah secara berkala.
Sebelum Nyle pergi, gue memeluknya,"Semoga semuanya berjalan lancar, Nyle," bisik gue.
•••
2039.
Hujan masih mengguyur daerah Buah Batu.
"Gue bingung harus manggil lo apa?" Tanya gue ke Nyle-01.
"Nyle saja, Dit."
"Okey, sedikit aneh, tapi gue gak akan pernah menyamakan lo dengan Nyle yang gue kenal. Satu hal lagi, kenapa lo bisa menangis tadi?"
"Aku memang bukan Nyle yang kamu kenal. Tapi semua memori, tingkah laku dan perasaan ini semua milik Nyle," jelasnya . Gue paham disitu mengapa dia bisa menangis dan sangat lembut bagaikan Nyle sungguhan. "Aku juga mau minta maaf, Dit, kalau tadi kamu merasa terancam. Sistem layananku ini memang menjaga dari berbagai ancaman," tambah Nyle-01 menjelaskan.
Gue masih duduk menyandar ke dinding. Rasanya sangat aneh sekali. Cobaan apa lagi ini setelah kekacauan pandemi beberapa tahun kebelakang? Dan, siapa Dr Tido?
Nyle-01 menaruh tasnya di atas bangku, dia mengeluarkan laptop. Dia sangat terlihat sibuk sekali seperti mengerjakan sesuatu yang penting. Entahlah, gue tidak peduli. Semua ini terasa sangat tidak nyata, lalu gue memejamkan mata.
"Dit, jangan tidur. Aku sudah bilang, kan? Dia sudah tidak punya banyak watu," ucap Nyle-01.
"Gue gak peduli."
" kamu mau orang yang ada di foto ini, kan?" Tanya Nyle palsu sambil memperlihatkan foto yang gue kasih padanya dari kejauhan.
"Gimana, maksudnya?"
"Dr Tido bisa bantu untuk mendapatkannya kembali, Dit."
Gue berpikir sejenak, diam. Sepertinya mati dengan harapan yang kosong sangat merugikan gue. Gue mengangguk, meng-iyakan perkataannya tadi.
Hujan belum berhenti mengguyuri Buah Batu. Gue dan Nyle-01 sudah bersiap untuk pergi menemui Dr Tido. Sebelum pergi, gue menghampiri makam Nyle. Gue duduk disamping makamnya.
"Kalau saja kamu masih ada disini, Nyle. Mungkin aku tidak akan pernah melihat replika dari dirimu sekarang, karena semua ini sangat janggal dan membuatku gila. Aku akan pergi dari Bandung dan kembali kesini secepatnya, aku mencintaimu, Nyle."
Gue terdiam sejenak untuk mendoakannya. Lalu gue mencium batu nisannya sambil menangis. Semoga Nyle tidak melihat gue menangis karena air hujan menutupi air mata gue.
Gue meninggalkan makam Nyle.
Gue rasa, ekspetasi gue dan mungkin manusia pada umumnya yang mengira bahwa masa depan itu penuh dengan mobil yang melayang, bangunan tinggi dan segala hal yang menjadi instan itu salah. Banyak yang berubah namun tidak se hebat ekspetasi gue dulu— mobil melayang pernah dibuat di tahun 2030 namun banyak kegagalan yang menjadikan mobil terbang tidak layak di produksi.
Layanan transportasi yang masih aktif hanya bus saja di tahun 2039. Ada beberapa layanan trasnportasi tidak bisa digunakan karena berbagai masalah sistem yang ada. Selebihnya, gue tidak tau kabar dari layanan transportasi publik.
Sepeda gue bukan seperti yang biasanya dulu kita tau. Karena gue sudah cukup tua, sepeda ini gue rancang agar tidak berat ketika mengayuhnya. Dilengkapi sistem layanan teknologi, gue amat sangat terbantu.
Sebelum gue dan Nyle palsu pergi menemui Dr Tido, gue pergi ke apartement untuk menaruh beberapa barang disana. Lalu gue pergi dengan Nyle-01 memakai mobil yang aneh. Sepertinya ini mobil rakitan seseorang.
"Apa mobil ini bisa terbang?" Tanya gue sambil memerhatikan isi dari mobil.
"Bisa, Dit."
"Tidak mungkin, bagaimana caranya?"
"Dr Tido-lah yang membuat mobil ini. Karena sistem transportasi udara sudah tidak berjalan jadi aman untuk mengendarai mobil ini," jelas Nyle-01. Padahal bukan itu yang ingin gue tau.
Nyle mengoprasikan mobil ini. Memang tidak seperti mobil biasanya, bagian kemudi mobil ini lebih seperti flight deck di pesawat namun lebih sederhana. Ketika Nyle-01 memerintahkan sistem layanan miliknya, mobil ini benar-benar terbang.
Kami pergi dari Bandung ke Tangerang. Karena Dr Tido ada disana kata Nyle. Bandung kacau sekali dilihat dari atas. Gue bahkan sempat mencari rumah yang pernah gue tinggali dengan Nyle dulu. Namun sayangnya gue tidak dapat menemukannya.
Siapapun dia, jika memang bisa membantu gue mendapatkan seseorang yang ada di foto itu, gue akan coba untuk datang padanya.
•••
Perpisahan akan selalu menjadi akhir. Tapi akan selalu ada awal cerita baru yang datang untuk menyambung pahitnya perpisahan.—
***
2039
"Ada hal yang mau gue tanya ke Lo, Nyle," ucap gue mencoba membuka percakapan di dalam mobil terbang.
"Apa, Dit?"
"Beberapa waktu yang lalu lo manggil gue dengan ucapan 'lo-gue'dan sekarang berubah menjadi 'aku-kamu'," kata gue mencoba menjelaskan. Gue menghela napas pendek, "apakah lo akan menjadi Nyle seutuhnya yang gue kenal?'
Suasana senyap. Hanya suara mesin mobil terbang ini yang berbunyi. Tatapan dia, Nyle palsu alias Nyle-01 kosong sekali.
"Entahlah," jawab Nyle-01.
Gue menoleh melihatnya. Dia memang seperti robot. Gue sangat yakin dia bukan Nyle seutuhnya.
•••