•••
JAUH HARI SEBELUM TAHUN 2039
Terkadang, gue mempertanyakan arti yang terkandung dari nama gue, Ditofarnus. Maksudnya Farnus, arnus ini apa? Atau mungkin dulu, ayah gue sangat terobsesi dengan anus? Hanya saja di plesetkan menjadi arnus, sebuah cocokologi bodoh dari otak gue ini.
"Ma, kok nama Dito belakangnya begitu, sih? Jadinya Dito suka di ledekin, ma," adu gue ke mama yang lagi motongin bawang di dapur. Waktu itu tahun 2009.
Mama gak merespon.
"Ma ini Dito nanya, loh," gue mempertegas suara. Mama masih tidak merespon. "Tuh, kan, bener kayanya nama ini beneran jadi doa, deh. Suara aku jd kayak kentut, kan, pelan."
Mulut mama menahan tawa, dia menyimpan pisaunya di samping wajan,"Apanya yang di plesetkan sih, Dito. Jangan bikin mama ketawa deh," Tutur mama sambil nyubit pipi gue.
" MAAA PANASSSS!"
"ASTAGA DITO MAAFIN MAMA," Mama ketar ketir mencari wadah untuk menampung air. Karena panik jadi mama bingung mau make wadah apa disana. Akhirnya, mama menarik leher gue ke wastafel. Gue disitu percis seperti piring yang di cuci.
"Udah, ma, Dito gapapa. Jangan pake sabun cuci juga," pinta gue, suara gue berlawanan dengan air keran.
Malamnya, selepas kejadian muka gue di cuci, gue coba bertanya kembali ke Mama. Tapi sayang, jawaban mama sama sekali tidak menjawab.
Sayangnya, gue gabisa bertanya kepada Ayah, beliau wafat ketika bertugas di laut. Ayah gue adalah seorang Nakhoda handal dan juga lucu.
Satu hal, sih. Yang Mama pernah bilang ke gue,"Bagaimanapun nama kamu, jodohmu pasti baik dan cantik, Dit."
"Tau darimana, Ma?"
"Mama berharap aja."
"Mungkin, tapi aku Amin-in deh."
***
JAUH HARI SEBELUM 2039.
Nyle sudah 3 bulan ke belakang diberi cuti oleh pihak dokter. Waktu itu tahun 2028, di Bandung.
Semakin dekat dengan hari lahir anak pertama, semakin gue bingung. Buat ngasih nama kucing aja susah, gimana ngasih nama anak gue?
Buku kumpulan 100 nama anak ter-popular udah gak zaman lagi. Selain di dalamnya banyak daftar nama yang jadul, sepertinya manusia kala itu lebih mengandalkan google.
"Nyle, aku masih bingung ngasih nama apa," ucap gue, kala itu kita sedang duduk santai menonton film.
Nyle menyantap sereal favoritnya, "Sabar, Dit, nanti juga kita kepikiran,kok," jawabnya.
Ayah, apa dulu engkau seperti diri gue sekarang? Kebingungan memilih nama anak dan akhirnya jadilah nama aneh ini. Semoga Ayah tenang disana.
Waktu demi waktu, semakin dekat dengan kelahiran anak pertama gue, semakin gue blank mau menamakan dia siapa. Nyle terlihat santai, karena tugas pemberian nama diserahkan penuh kepada gue.
Gue belajar berbagai bahasa, hingga seminggu sebelum kelahiran gue menemukan nama yang bagus! Caballero, jika anak gue laki-laki. Jika perempuan, gue masih gak tau.
Pada akhirnya, hari itu, di tanggal yang percis dengan hari ulang tahun gue, putra pertama gue lahir. Gue dan Nyle sepakat menamakan dia Caballero Nasution, kita memakai nama Nasution karena gue gapunya nama keluarga.
Semoga kelak dia akan jadi pria yang bisa melindungi orang-orang, harap gue.
***
2039.
Dr Tido tertawa sebelum dia masuk penuh ke dalam lift. Gue menunggu jawabannya.
"Menurut kau, bagaimana? Dito?" Dr Tido balik bertanya.
"Aku tak paham."
"Bukankah semua yang ada di tahun ini adalah sebuah hal yang mengejutkan?" Tanya dia lagi. "Bukankah kau heran, Dit, mengapa aku menciptakan replika istrimu?" Lalu Dia menghela nafas sedikit, "Apakah kamu masih ingin bertemu dengan orang yang ada di foto itu?"
"Foto? Bagaimana anda bisa tau?"
"Sudah kubilang, ikuti aku sekarang, aku menyiapkan sesuatu untukmu."
Nyle-01 menatap gue dengan serius, tak mengeluarkan kata-kata sedikitpun dari mulutnya. Semakin gue percaya kalau dia bukan Nyle seutuhnya, kadena tatapan Nyle yang gue kenal sama sekali bukan seperti itu.
Ini bukan tentang malam yang sunyi dan aneh, tapi perasaan gue amat campur aduk, sungguh. Tapi apapun itu gue ingin memastikan selama harapan itu masih ada.
Gue masuk ke dalam lift, dr Tido memainkan alat berbentuk pulpen tadi. Lift ini berbentuk tabung dengan kaca transparan. Tidak lama, lift masuk ke dalam permukaan tanah, didalam sana seperti lorong dari besi, putih bersih. Lift ini tidak bekerja secara vertikal saja, namun secara horizontal juga.
"Apa ini sungguhan?" Tanya gue, terpana.
Mereka diam menghiraukan, gue kembali melihat-lihat keadaan di bawah tanah. Seperti film yang pernah gue tonton dulu, Charlie and the Chocolate Factory.
Tabung lift ini membawa gue ke lorong selanjutnya, berbeda dengan lorong yang putih bersih tadi. Disini seperti tempat pembuangan, tidak kotor. Semua sampah disni tertata dengan baik. Gue rasa dr Tido benar-benar orang yang apik.
Tapi, kenapa disini sangat sepi sekali?
Tabung lift ini kembali bergerak secara vertikal, tidak lama tabung ini berhenti. Dinding besi tiba-tiba terbuka dengan sendirinya, lift masuk ke dalam. Gue diam berdiri, mata gue memerhatikan sekitar.
"Selamat datang kembali dr Tido," ucap suara yang entah berasal darimana. "Selamat datang Nyle, selamat datang Dito!" Gue sudah terbiasa dengan orang-orang ini yang tau nama gue.
Pintu tabung ini terbuka, di depan pintu sudah berdiri satu orang wanita, masih muda. Atau entahlah, gue gak terlalu yakin dia muda atau tua. "Senang anda bisa selamat sampai sini dr Tido," sambut perempuan itu.
"Tenang saja, La, aku tidak akan mati dehidrasi dalam perjalanan beberapa menit,' jawab dr Tido.
"Hai Nyle. Hai anda pasti Dito, ya? Salam kenal, namaku La, kami telah lama menunggumu Dito."
"Halo, La. Iya, aku sudah dengar perkataanmu itu sebelumnya."
"Syukurlah."
"Dit, sekarang kamu ikut bersama La. Dia bakal menuntunmu ke ruanganmu."
"Apa sebenarnya ini, perhotelan?
Dr Tido tertawa, " sepertinya kamu sudah mulai terbiasa bercanda lagi, ya?"
"Aku serius."
"Sudah, sekarang kamu istirahat dulu, Dit. La tolong antarkan dia ke ruangannya," Kata Nyle-01, lalu ia pergi dengan dr Tido.
Disini sangat bersih sekali, lorong putih dan pintu ruangan yang sama putihnya membuat mata gue sedikit terganggu. Apa maksdunya coba konsep bangunan ini.
"Dito, kalau kamu kelelahan dan membutuhkan pertolongan bisa hubungi aku," kata La di samping memandu gue berjalan.
"Sebenarnya ini tempat apa?"
"Ini laboratorium yang dr Tido dirikan sejak beberapa tahun yang lalu."
"Aku sudah tau itu, sejak kapan juga tangerang memiliki padang rumput yang sangat luas?"
"Sebenarnya kamu bukan sedang ada di bangunan bawah tanah, awalnya laboratorium ini ada di permukaan, dr Tido lah yang menimbun semua ini dengan tanah agar tidak terlihat orang hingga menjadikan area luar seperti bukit rumput yang luas."
"Dan lift nya?"
"Sederhana, lift itu bekerja dengan bantuan elektromagnetik di tiap dinding pada lorong-lorong."
"Aku mengerti."
La menunjukan ruangan untuk gue istirahat. Dia memberikan layanan teknologi khusus untuk gue selama berada disini, untuk meminta bantuan atau hal darurat lainnya. Setelah itu La pamit.
'Hmm harus ku beri nama apa ya perangkat ini, Google saja, deh,' ucap gue dalam hati. Gue berjalan ke depan pintu, pintu terbuka setelah gue suruh.
Astaga! Apa-apaan ruangan ini! Ruangan ini percis seperti ruangan di rumah gue dulu, kamar gue dan Nyle. Tidak ada sedikitpun yang berubah, bahkan makanan yang terakhir kita makan bersama ketika menonton masih ada.
•••