"Kak Yura yang memberikannya padaku. Kakek tidak tahu bahwa aku kesepian akhir-akhir ini. Ngomong-ngomong, aku sangat sedih mendengar kabar kak Yura baru-baru ini," kata Satria sambil menggaruk kepalanya dan menghela nafas.
"Apa sekarang kamu peduli pada saudaramu itu?" kakeknya bergumam. Dia berbalik dan mengambil kruk, "Kamu masih muda. Lebih baik kamu belajar sesuatu daripada bermain. Kamu bilang kamu seorang reporter, jadi kamu masih bisa membantu Yura. Jika kamu merasa kasihan padanya, tapi kamu diam saja, maka itu tidak berguna!"
Satria berusaha mengalihkan topik, "Kakek, kakek, kenapa kita tidak menjual saja barang-barang ini dan menghasilkan uang?" Setelah mengatakan itu, Satria berteriak sambil berlari. Kakeknya melemparkan kruk ke arahnya karena sikap cucunya yang sedikit bandel itu. Karena kesal, tiba-tiba pipinya memerah, dan bahkan kerutan di wajahnya tampak rileks.
