"Aku tahu," kata Dion sambil melepaskan dasi dari lehernya dan menutup matanya.
"Bagus," sahut Yura. Suaranya dingin dan serak, seperti ramuan cinta yang memiliki sihir.
Yura sedang berbaring di sofa, hanya merasakan Dion sedang mengamati tubuhnya. Tidak ada luka dan tidak ada jejak darah di tubuhnya.
Dion dengan hati-hati memeriksa setiap bagian tubuh Yura. Dia begitu fokus, sehingga dia tidak memiliki pikiran untuk menyerang gadis ini sedikit pun.
Dion tidak berhenti memeriksa tubuh orang di pelukannya sampai dia yakin bahwa darah di pakaian itu tidak ada pada dirinya.
Rambut Yura yang panjang dan berwarna gelap seperti tinta terurai di bahunya, membuat kulitnya terlihat seperti salju yang menyelimuti tanah.
Mata Dion menatap Yura intens, dan dia menelan ludahnya. Ujung jarinya mengarah ke atas tubuh Yura. Dia sangat menyukai penampilan Yura yang menggigil seperti saat ini.
"Hei, jangan menangis." Pada akhirnya, semua kata berubah menjadi ciuman yang panas.