" Ohhh disini rupanya? pantes aja tadi aku cariin diluar kelas sudah nggak ada. Ternyata lagi mesra-mesraan disini. Tega banget ya lupa sama temen sendiri ", Fara tiba-tiba muncul dihadapan kami. Aku hampir lupa sama Fara! gara-gara aku keburu canggung dengan tindakan Dave tadi hingga aku melupakan Fara. Ra! maafkan temanmu ini!!
" siapa juga yang lagi mesra-mesraan Ra! orang kita lagi pesen makanan kok ", jawabku jujur. Bisa gak sih Fara sehariiii saja tidak menggodaku dengan Dave? Bikin kesel deh!!
" bukan kamu dis! tuh si Dave pasti lagi cari-cari kesempatan deh sama kamu ", tukas Fara. Aku menatap Dave.
" sok tau Lo! Lo kira lagi main monopoli pakek nyari-nyari kesempatan? ", protes Dave yang tak terima sudah dituduh sama Fara.
" ya ya ya serah lu deh! tapi maaf ya gue ganggu kalian! ", ucap Fara dengan nada sinis ke Dave.
" enggak kok Ra! siapa bilang kamu ganggu, yang ada aku seneng kali kita makan bareng ", sahutku. Aku bersyukur ada Fara datang kesini. Aku tidak perlu menghabiskan waktuku bersama Dave lebih lama lagi. Dave hanya mendengus kesal. Mungkin karna Dave tidak mau jika harus menghabiskan tenaganya untuk berdebat dengan Fara. Makanya mukanya terlihat kesal begitu.
Pesananku sama Dave sudah datang dan Fara juga baru saja memesan makanannya. Suasana kantin siang ini ramai seperti biasanya.
" Ra! tadi Gerald gak ngajakin kita buat ngerjain karya ilmiah kan? ", tanyaku pada Fara. Pasalnya kita sudah sepakat kalo setiap istirahat kita akan mengerjakan karya ilmiah kita biar cepet selesai. Tapi sekarang aku sama Fara malah enak-enakan makan dikantin.
" emm iya juga ya, aku lupa soal itu dis, bentar aku tanyain dia dulu ", Fara mengambil ponselnya dari saku seragamnya. Dia mulai mengetikkan sesuatu diponselnya. Ngomong-ngomong tentang Gerald, Fara seneng banget bisa punya nomor Gerald itu. Entah bagaimana dia mendapatkannya. Emang ya! Fara tetaplah Fara yang tidak bisa jika tidak heboh! tapi itulah karakternya.
" gimana Ra? ", tanyaku tentang Gerald tadi.
" bentar! ini dia baru bales pesan ku dis! katanya tidak masalah, bisa dilanjut besok aja "
" ohhh yaudah kalo gitu ", setelah mengucapkan itu aku melanjutkan makanku. Fara juga sama, pesanannya sudah datang beberapa menit yang lalu. Dave? dia dari tadi diam saja. Aku juga gak tau kenapa. Biasanya aja selalu ribut mulu sama Fara.
" eh dis! kamu tau gak? ", tanya Fara disela-sela makannya.
" gak tau! ", jawabku santai.
" iihhh Disha, kok gitu sih jawabannya gak asik tau ", Fara sebel mendengar jawabanku tidak sesuai dengan yang diharapkannya. Aku terkekeh.
" haha iya iya maaf, apa? ", balasku lagi.
" denger-denger nih ya, Gerald itu keluarganya dari kalangan pesantren dis ", ucap Fara dengan penuh semangat.
" oh ya? ya bagus dong Ra "
" tapi gak bagus buatku dis ", wajah Fara berubah jadi lesu.
" kenapa? "
" ya bisa pupus mimpiku jadi istrinya Gerald dis, kalo dari kalangan pesantren kan biasanya cari istri yang alim-alim gitu dis, mana masuk aku dikriterianya ", sontak aku tertawa mendengar alasan Fara.
" hahaha masih juga SMA Ra, belum lulus. Udah mikir nikah aja "
" namanya juga berharap dis "
" kalian dari tadi ngomongin Gerald mulu deh, gak bosen apa? ", Sahut Dave tiba-tiba dengan wajah sebelnya.
" Napa Lo! serah kita dong ", sahut Fara. Dave hanya mendengus kesal. Aku hampir lupa dengan Dave. Sejak tadi dia hanya makan dalam diam mendengar pembicaraanku dengan Fara.
" mau kemana Lo! ", sambung Fara ketika melihat Dave yang tiba-tiba berdiri hendak pergi.
" mau pergi lah, gue disini dikacangin mulu ", tanpa melihat kami, Dave langsung pergi setelah membayar makanannya.
Aku sama Fara pengen ketawa tapi kok kasian liat mukanya. Kayak bukan gaya Dave banget tau!
♡♡♡
Beberapa hari telah berlalu. Dan selama beberapa hari itu juga aku, Fara dan Gerald mengerjakan karya tulis ilmiah sebisa mungkin sebelum ujian semester tiba. Tinggal dua hari lagi ujian semester nya dimulai. Tadi aku mendapat pesan dari mama bahwa kita akan makan malam bersama. Aku heran sekaligus senang. Heran karna tidak biasanya papa dan mama mengajak makan malam bersama. Senang karena akhirnya kita bisa makan malam bersama setelah sekian lama. Mama bilang makan malamnya hanya dirumah saja. Padahal aku kira akan memesan tempat di restoran atau tempat makan yang lain gitu. Tapi tak masalah dimana tempatnya yang penting makan malamnya.
" kak Ellin! ", aku terkejut ada kak Ellin juga disini. Dia juga sudah duduk disamping mama. Dikursi utama meja makan sudah pasti ditempati oleh papa. Aku duduk dikursi depan mama. Disampingku juga ada kak Genta. Dan satu lagi, kami kedatangan tamu hari ini. Entah siapa dia.
" iya Disha! kakak kamu Ellin juga ikut makan malam juga disini ", kata mama. Aku mengangguk dan sempat melirik perempuan yang duduk disebelah kak Ellin itu. Aku benar-benar penasaran dia siapa sih? kenapa ikut makan malam dengan keluargaku juga?
" hai Disha! bagaimana kabar kamu? sudah lama ya kakak tidak melihatmu ", kata kak Ellin ramah kepadaku.
" iya kak, Disha seneng kak Ellin bisa ikut makan malam juga, oh ya bang Dion gak ikut juga kak? ", tanyaku. Bang Dion ini adalah suami dari kak Ellin.
" bang Dion ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggal dis, makanya dia gak bisa ikut ", tukas kak Ellin.
" ohhh ", responku singkat.
Kami sudah memulai makan malam kami. Belum ada yang menjelaskan siapa perempuan disamping kak Ellin itu. Kak Ellin dari tadi juga mengajak ngobrol perempuan yang disebutnya 'Meta' itu. Ditengah acara makan malam ini Papa akhirnya membuka suara.
" bagaimana meta? kamu suka dengan keluarga om? ", tanya papa.
" iya om meta suka kok, keluarga om baik ", jawabnya sopan.
" yasudah kalo gitu papa langsung saja ke point utamanya. Genta! meta ini adalah calon istri kamu, kamu akan menikah dengannya ", jelas papa. Aku kaget mendengarnya. Calon istri? berarti dia yang akan jadi kakak iparku nanti. Apa kak Genta sudah tau tentang hal ini? apa dia juga setuju? Tapi dia terlihat seumuran denganku.
" pa! Genta tidak mau dijodohin, biarkan Genta memilih pendamping hidup Genta sendiri pa ma! ", tolak kak Genta. Sudah kuduga kak Genta pasti menolak. Bukan kak Genta namanya kalo dia nurut begitu saja sama papa dan mama.
" Genta! papa mau kamu bisa lebih bertanggung jawab dengan menikah sama meta ", kata papa dengan tenang.
" mama juga setuju dengan papa Genta, meta ini orang yang baik. Dia pasti bisa membuat kamu berubah lebih baik lagi ", sahut mama. Mama sudah pasti akan setuju dengan papa.
" tapi ma, menikah tidak semudah itu. Genta belum siap jika harus menikah sekarang ma pa! ", kak Genta masih tidak setuju dengan papa dan mama.
" Genta! bisa tidak sekaliiiii ini saja papa minta kamu jangan membantah keputusan papa ", ucap papa dengan suara yang agak tinggi tapi tetap tenang.
" Genta gak mau pa! jika kalian tidak ingin lagi melihat Genta ada dirumah ini Genta bisa pergi pa ma! ", setelah mengatakan itu kak Genta benar-benar pergi. Seketika suasana meja makan menjadi tegang. Papa dan mama sudah tidak tau harus berkata apa. Papa memijat keningnya masih tak percaya dengan apa yang dilakukan kak Genta.
" meta maafkan anak Tante ya! wataknya memang agak sedikit keras. Tante harap kamu bisa mengerti ", Mama meminta pengertian ke meta. Papa langsung pergi meninggalkan meja makan.
" disha! kamu ajak meta ke kamar kamu ya! biar meta menginap disini dulu malam ini ", kata mama lembut. Meta hendak menolak tapi segera diyakinkan oleh kak ellin. Akhirnya dia mau. Setelah itu mama juga ikut menyusul papa.
" disha! kakak minta tolong ya, ajak meta ", kata kak Ellin.
" iya kak, emangnya kakak gak nginep juga disini? "
" kakak nginep kok, tapi kakak mau keluar sebentar ada urusan ", lalu kak Ellin meninggalkanku dengan meta. Aku mengajaknya ke kamarku.
" mbak meta bisa tidur disini sama Disha ", kataku saat sudah tiba dikamar.
" kamu gak usah panggil mbak gitu Disha, kelihatannya kita seumuran ", katanya. Aku kaget mendengarnya. Sepertinya benar dugaanku, dia seumuran denganku.
" benarkah? kalo gitu kamu juga masih SMA dong? ", tanyaku lagi.
" iya Disha aku memang masih sekolah SMA "
" tapi kenapa kamu mau dijodohin dengan kak Genta? apa kamu memang mau nikah muda? "
" aku ini yatim piatu dis, aku cuma punya kakak laki-laki, dia adalah teman dari kak Ellin. Kata kak Ellin papa dan mamanya sedang mencari calon istri buat kakak kamu Genta. Dan akhirnya kak Ellin tertarik denganku ", ucapnya. Aku baru tau ceritanya. Ternyata papa dan mama meminta kak Ellin mencarikan istri buat kak Genta.
" oh maaf aku tidak tahu tentang hal itu ", kataku merasa tidak enak telah membuat meta menceritakan tentang kedua orang tuanya.
" tidak apa Disha aku sudah terbiasa kok ", mendengar jawabannya aku semakin merasa tidak enak padanya.
" apa kamu juga mau menikah dengan kak Genta? ", tanyaku hati-hati.
" siapa juga yang mau menikah disaat masih sekolah Disha? ", aku semakin bingung mendengar jawabannya.
" aku tidak punya pilihan lain, kakakku memaksa agar aku mengikuti permintaan kak Ellin. Karna selama ini aku dan kakak berhutang budi dengan keluarga kak Ellin. Suami kak Ellin selalu membantu kesulitan kami ", sambung meta. Terlihat raut kesedihan diwajahnya. Sepertinya meta ini punya kehidupan yang lebih rumit dariku. Aku merasa kasian padanya.
" kamu tidak perlu khawatir, kak Genta sepertinya juga tidak setuju dengan perjodohan ini ", aku mencoba menenangkannya. Meta tersenyum padaku.
" terimakasih Disha! aku pikir kamu bakal tidak suka dengan kehadiranku. Aku belum siap jika harus menikah disaat aku sekolah. Aku juga ingin memilih calon suami sendiri Disha ", katanya lagi.
" aku tau bagaimana perasaanmu meta, kamu bisa bercerita apapun padaku. Tidak perlu takut ataupun cemas ", lagi-lagi meta tersenyum dan berterimakasih padaku.
Kami berdua saling bercerita tentang sekolah kami ataupun tentang cowok yang kami suka. Sepanjang malam kami membicarakan hal-hal yang sering dibahas oleh remaja pada umumnya. Aku punya teman lagi. Entah dijam berapa kami sama-sama tertidur. Terlepas dari kejadian di meja makan tadi, ternyata malam ini tidak seburuk yang aku kira.