Malam ini Althar merenung dibalkon kamarnya. Ia memikirkan kejadian hari ini, dimana lagi-lagi ia menyakiti dua perempuan sekaligus , menutup mata dan telinga tentang hubungan Rizka dan Rafka serta wejangan dari Zaky yang sangat menyakitkan baginya. walaupun kata-kata itu tertuju untuk Rafi namun tetap saja sedikit menyentilnya.
"Kalau emang Rizka udah milih Rafka kenapa dia ngasih harapan ke gue? " gumamnya pada diri sendiri.
"Aaa bodoh.bodoh.bodoh.bodoh" teriak Althar frustrasi.
Dilain tempat Aulia memikirkan bagaimana ia menjalankan hari esok dan seterusnya. Semakin ia melihat Rafka semakin dalam perasaan itu, dan semakin bersalah juga sama Zaky.
"Demi apapun sekarang gue benar-benar ngerasain posisi lo Riz" batin Aulia.
Sudah hampir dua jam Aulia duduk dibalkon kamar, dengan secangkir coklat hangat yang sudah kandas. Ia menerawang lagi, apa sebaiknya ia buka hati buat Zaky? Ia lelah tapi hatinya menolak untuk menyerah. Disisi lain ia juga ingin merasakan diperjuangkan bukan berjuang sendiri seperti ini.
Kantuk melanda Aulia segera ia bangkit dan berbaring dikasurnya. Tidak butuh lama ia langsung terlelap, berharap ketika ia membuka mata esok semua masalah ini sudah selesai.
**
Pagi ini Rizka seperti biasa sarapan dirumah, kedua orang tuanya sedang berada diluar kota. Entah apa yang mereka kerjakan, mungkin ini juga yang selalu memicu pertengkaran kedua orangnya. Karena mereka terlalu sibuk dan komunikasi tidak berjalan dengan baik.
Tidak lama Rizka mendengar klakson motor Rafka. Segera ia bangkit dan berpamitan sama si Mba. Ia membuka pintu utama dan langsung berlari kearah Rafka.
"Ngapain lari si ? "
"Biar lo gak nunggu lama hehe "
"Tugas lo itu menunggu bukan mengejar , gue sebagai cowo tugasnya mengejar. Cukup lo diam aja ditempat lo yang sekarang biarin gue lari buat mengejar tempat lo itu , kemudian kita jalan sama-sama beriringan" katanya lembut menampilkan senyum manisnya. sambil menggandeng tangan Rizka dengan lembut.
Pipi Rizka sudah blushing karena ucapan Rafka barusan. Bagaimana mungkin ia menyia-nyiakan Rafka yang begitu menyayanginya. Perlakuan manis dan kata-kata Indah setiap hari membuat Rizka yakin kalau ia tidak salah menaruh hati pada Rafka.
"Udah kali blushingnya. Telat ni"
"Ngerusak suasana lo"
"Masalahnya udah siang"
"Iyaiya ayo deh"
"Ntar dulu"
"Apa la-"
Rafka memakaikan helm ke kepala Rizka. Dan lagi pipi Rizka merona merah karena perlakuan Rafka.
"Udah. Yuk"
Motor Rafka segera membelah jalan ibukota saat ini. Rizka juga sudah tidak segan lagi untuk memeluk pinggang Rafka. Menyadarkan kepalanya dipundak Rafka, pundak yang sangat nyaman.
'Semoga kebahagiaan gue kali ini bukan sementara ' batin Rizka.
**
Althar yang niatnya ingin menjemput Aulia, kembali menyoloskan hatinya. Dipertigaan arah rumah Rizka dan sekolah ia melihat Rizka yang tertawa sambil memeluk Rafka . Tidak lama dibelakangnya, mobil sport Zaky lewat begitu saja dan Zaky tidak sendirian. Setelah Ardi memicingkan matanya ia bisa melihat dengan jelas siapa orang disamping Zaky. Ya orang itu ada Aulia.
"Baguslah" katanya pelan.
Ia melajukan motornya pelan, menikmati semilir angin pagi ini.
Setelah kejadian itu mereka benar-benar merenggang. Tidak ada lagi becanda atau kumpul selain dengan anggota osis. Rizka yang merasa bersalah berniat meminta maaf. Tetapi terus saja Aulia menghindar darinya. Acara pensi sekolah lusa diadakan, mereka sibuk menyiapkan semua dekor dan kebutuhan pensi lusa.
Zaky dan Aulia sedang kembali menyusun susunan acaranya. Setelah selesai diprint keduanya membantu tugas yang lain. Saat Rizka berpapasan dengan Aulia, lagi-lagi Aulia menghindar. Rizka tidak ingin memaksakan kehendaknya, ia juga ingin Aulia memaafkan dirinya dengan sepenuh hati bukan paksaan suasana.
"Semua bakalan baik-baik aja sekarang fokusin dulu ke pensi ya " kata Rafka lembut.
Ntah sejak kapan Rafka sudah berdiri disamping Rizka.
"Tapi gue gak bisa diam aja Raf, semua juga salah gue. Gue baru sadar ternyata kepedulian gue bikin orang salah arti" katanya lirih.
"Ssttt udah gak usah bersalah gitu. Nanti setelah acara pensi selesai kita pikirin jalan keluarnya ya" kata Rafka sambil mengusap pelan rambut Rizka.
Rizka tidak menjawab ia hanya menganggukkan kepalanya. Setelah obrolan kecil itu mereka kembali ke tugas masing-masing. Lagi-lagi Rizka diabaikan kali ini bukan Aulia, tetapi Althar. Orang yang selalu ia anggap sebagai kakak sekarang malah seolah tidak pernah mengenalnya. Sabar hanya itu yang bisa ia lakukan, mungkin ini cobaan juga buat persahabatan mereka.
Hari sudah sore mereka semua kembali ke rumah masing-masing.
"Gue yang anter Aulia balik" kata Althar pas berpapasan dengan Zaky dan Aulia.
"Gak usah makasih, gue sama Zaky aja"
"bener gapapa ?"
"iya"
"tumben banget lagian, biasanya juga kaya gak ikhlas kalau nganterin gue"
Setelah mengatakan itu, Zaky membawa Aulia ke mobilnya memastikan Aulia aman ia berbalik ke Althar.
"Hati cewe itu kaya kapas. Lembut sangat mudah terbang karena angin, tapi angin yang lo kasih itu bukan hanya sekedar angin. Tapi angin dengan hujan yang lebat, hasilnya kapas itu terbang ntah kemana dan basah karena hujan yang lo buat"
**
Dua hari kemudian...
SMA Gardala sangat ramai siang ini. Ya acara pensi dan ulang tahun sekolah berlangsung, usaha dan kerja keras semua panitia akan di sajikan hari ini.
Ketua osis dan wakilnya masih didalam Aula Osis. Mereka masih brifing dengan pembina osis. Sedangkan yang lainnya sibuk menerima tiket masuk dan panggung. Aulia dan Rizka kebagian tugas digerbang kali ini. Mereka saling diam, mau menyapa pun takut.
Mereka asik merhatikan tamu dan siswa dari sekolah lain . Hingga Rizka mematung dan menegang dengan apa yang ia liat. Aulia yang menyadarinya pun ikut menoleh ke arah pandang Rizka. Sama halnya ia juga menegang dengan apa yang ia lihat.
Aulia menoleh ke Rizka, pelipis Rizka sudah dibanjiri keringet. Tangannya juga gemetar , ia yakin saat ini Rizka sedang keringat dingin dan takut. Ia memberanikan diri untuk menenangkan Rizka mengabaikan kemarahan dan keegoisannya.
"Lo gapapa ? " tanyanya pelan
"Hah? Gue.. Gue gapapa"
"Gak usah bohong, gue tahu lo sekarang lagi takut. Mending ke dalam aja sana, cari Althar atau Rafka"
"Gapapa ko ul, mereka sibuk gue gak mau ganggu"
"Udah sana biar mereka gue yang sambut"
Aulia menoleh ke kanan dan kiri.
"Ehh nita. Anterin Rizka ke Rafka ya jangan biarin dia sendirian" nita mengiyakan kata Aulia. Kepergiaan Rizka membuat Aulia bernafas lega. Tetapi sesaat kemudian ia merasa sesak karena tangannya dicekal kuat oleh orang itu.
"Takut banget liat gue, apa gue sangat menyeramkan? " tanya sinis.
"Lepasin tangan gue ish, sakit bego" katanya meninggi.
"Opss sorry ga bermaksud gitu ko. Eh kayanya gue megang tangan lo gak lama tapi ko bisa biru gitu ya. Atau jangan-jangan ini karena ulah cowo lain beberapa hari yang lalu? "
Mata Aulia melotot, rasa takut menghampirinya. Dengan keberaniannya ia menatap orang itu dengan tajam.
"Lo gak tahu apa-apa. Jangan sok jadi cowo, ini biru emang karena ulah lo barusan. Lo tadi cekal tangan gue kuat banget ya biru lah. Gak usah nyalahin orang lain" katanya sinis.
"Lo baik, manis , cantik juga gak kalah sama Rizka. Tapi kenapa Rafka gak pernah ngelirik lo ya" senyum kecut dari cowo itu membuat Aulia bungkam.
"Gak usah sok tahu sama hidup orang. Kalau niat lo ngerusak acara sekolah gue. Mending lo cabut sebelum abis ditangan gue" kata Althar dingin.
"Wihh gila gila gila. Sejak kapan lo peduli sama Aulia? Setahu gue, diotak lo dan dihati lo cuma ada Rizka haha" katanya dengan tawa hambar.
"Banyak bacot lo"
Bugh
"Al udah ini acara sekolah jangan buat keributan " kata Aulia sambil memeluk Althar .
Althar terdiam, kemudian meninggalkan gerbang. Membawa Aulia masuk ke dalam, di genggam tangan itu.
"Zak, Gus ke aula osis dulu " katanya dingin.
Bagus dan Zaky saling tatapan kemudian mereka berjalan bersama ke aula osis. Sesampainya disana sudah ada Rizka dan Rafka. Tubuh Rizka gemetar tatapannya kosong, Rafka yang menglihat itu tidak tinggal diam. Dia memeluk dan mengusap kepala Rizka dengan lembut.
"Semua baik-baik aja Riz. Jangan kaya gini gue khawatir " katanya pelan.
Sekarang mereka sudah ada di aula osis, Rafka yang menyadari keberadaan mereka melepas pelukannya.
"Jangan biarin Aulia ataupun Rizka sendirian. Ini keadaan ramai situasinya bikin Leon gampang nyakitin mereka"
"Leon? " tanya Bagus
"Iya Leon ada di sini. Dia tadi cekal tangan Aulia ampe biru gini" katanya sambil menunjukkan pergelangan Aulia " bagi tugas aja. Pas Rafka ngasih sambutan lo gus yang jaga Rizka jangan biarin dia sendirian. Lo Zak jangan tinggalin Aulia , disaat gue sibuk soal panggung sama sound lo yang ngawasin dia. Dan lo bedua jangan jauh-jauh dari mereka inget Leon gak sendirian. Dia pasti bawa teman atau anak buahnya yang nyamar jadi tamu sekarang" mereka mengangguk paham. Kemudian Althar menghampiri Rizka.
"Gak usah takut. Lo aman sama kita" katanya .
Cup
Ardi mengucap kening Rizka lama, membuat Rizka menegang. Dilirik Rafka, rahangnya mengeras bertanda ia emosi.
"Apaan si Al" katanya sambil mendorong tubuh Althar.
"Itu salam perpisahan dari gue. Gue ngelepasin lo buat Rafka, gue harap lo bahagia sama dia " katanya lembut.
Kemudian ia beralih ke arah Rafka.
"Gue sayang sama dia tulus. Liat dia bahagia sama lo gue juga bahagia. Jaga ia buat gue, jangan biarin Leon atapun Daniel nyakitin dia" katanya menepuk pelan pundak Rafka.
Ia meninggalkan Aula osis dan beralih kearah panggung. Setelah kepergiaan Althar keheningan melanda mereka berlima. Mereka saling tatap.
"Althar kenapa? "
**
komen, kritik, power dong Heheheh
WebNovel