Apa semua kebahagiaan gue cuma sementara?
-Rizka Azzahra Pradita
*
*
*
*
*
*
*
Setelah kejadian di aula osis. Mereka keluar ruangan dan menuju lapangan outdoor, karena sebentar lagi acara akan dimulai. Selaku ketua osis Rafka wajib memberikan sambutan diacara ini. Syukur bagi mereka karena hari ini cuaca berawan cerah, panas matahari tidak begitu tampak.
Pembawa acara pensi pun sudah berada di atas panggung memberikan sapaan formal kepada kepala sekolah dan staf guru. Setelah itu acara pensi dilanjutkan, saat Rafka ingin memberikan sambutan ia mencari Bagus.
"Gapapa ninggal aja, di sini juga banyak yang kenal gue ko" kara Rizka lembut.
"Gue gak mau ambil resiko"
"Itu bentar lagi nama lo sebagai ketua osis dipanggil udah sana ke panggung"
Mau tak mau Rafka meninggalkan Rizka karena ini memang sudah tugasnya. Rasa gelisah meninggalkan Rizka ia rasakan. Keringet dingin melandanya bukan karena demam panggung tetapi Rizka. Saat Rafka naik kepanggung matanya sekali-kali menatap Rizka yang juga menatapnya. Rasanya ia ingin sambutan ini cepat selesai. Saat ia melirik ketempat Rizka berada, ia tidak menemukan gadisnya. Dengan cepat ia selesaikan sambutan itu dan turun dari panggung dengan tergesa-gesa.
"Gus Rizka mana? " tanyanya panik.
"Lah bukannya sama lo? Gue tadi ketempat Aulia dulu "
"Ah bego kan tadi Althar udah bilang kalau gue ngasih sambutan lo jaga Rizka. Tadi gue masih lihat dia ditengah lapangan tapi sekarang ngak ada disana"
"Yah iya anjir gue gak inget tadi Aulia butuh bantuan soalnya. Udah mencar aja cari Rizka"
Setelah mengatakan itu mereka berpencar mencari Rizka. Tidak lupa Bagus memberitahu Althar, Zaky dan Aulia. Saat mengetahui Rizka menghilang rahang Althar mengeras. Dia khawatir, mau bagaimana pun ia masih tetap mencintai sahabatnya itu.
Rafka juga sangat panik saat mengetahui gadisnya tidak ada dijangkaunya. Saat ingin menaiki tangan menuju lantai dua gedung A ia melihat Rizka berjalan menuju taman gedung C. Jarak antara gedung A dan C memang cukup jauh karena mata Rafka sangat tajam makanya ia bisa melihat Rizka walaupun jarak jauh. Dengan kecepatan penuh ia berlari menuju gedung C, saat ditengah jalan ia dihadang oleh segerombolan wanita cantik yang entah dari mana.
"Ka , kaka ketua osis SMA ini ya? " kata cewe imut dengan poni.
"Eh iyaa, ada apa ya? " jawabnya
"Kita minta kontak kakak dong boleh gak? " kata cewe cantik perparas bule.
"Ha? Buat apa ya? "
"Ya buat kenal lebih deket aja" katanya manja.
Saat itu juga Rafka merasa merinding ia tidak suka dengan cewe manja dan centil seperti mereka.
"Duhh. Sorry banget nih ya, lo pada tahu kan ini acara besar dan gue ketua osis disini. Gue sibuk banyak yang harus gue urus. Bisa minggir dulu gak? " katanya dingin.
"Ih dingin banget si "
"Ya ampun ka id line aja. Nanti kita minggir deh "
"Iya ka jangan pelit-pelit gitu sama kita hehe"
"Udah gue bilang, kalau gue sibuk! Bisa minggir gak lo pada?! " bentak Rafka.
Mereka semua langsung ciut akibat bentakkan Rafka barusan. Dengan terpaksa mereka minggir dan menunduk karena ditatap tajam oleh Rafka. Saat sudah melewati mereka, Rafka berbalik dan mengatakan...
"Gue udah punya cewe , gak usah ganjen jadi cewe. Apalagi sama orang yang lo pada baru kenal" dengan sinis. Ia kembali berlari menuju gedung C.
Saat ia menginjakkan kakinya di taman gedung c tubuhnya menegang.
"Lepasin gue le. Gue udah bilang kan kalau gue sayang sama Rafka"
"Lo bisa sayang sama pembohong kaya dia tapi kenapa gak sama gue?! "
"Pembohong apa si le? " katanya dengan gemetar.
"Haha bahkan lo gak tahu ia bohong apa?! Lo sayang sama dia. Dia sayang gak sama lo? Pernah lo uji seberapa besar Cinta dia ke lo?! Hah? "
"Lo tuh kenapa si le? Gue salah apa sama lo? Dari dulu sampai sekarang lo selalu nyakitin gue. lo bukan cinta tapi obsesi sama gue" katanya lirih. Air mata yang ia tahan sekarang malah mengalir dipipinya.
"Salah lo karena lo gak bisa sayang sama gue Riz. Gue yang dari dulu ngejar lo, cinta sama lo tapi apa balasan lo?!"
Rafka keluar dari tempatnya ia menghampiri mereka berdua.
"Cukup! Lo bukan cinta sama dia tapi udah terobsesi sama Rizka. Lepasin tangan kotor lo dari tangan Rizka"
"Oh ini" katanya sambil meangkat tinggi genggamannya " gak akan gue lepasin"
"Ishh aaaa. Sakit "
Rafka tidak bisa lagi menahan emosinya.
Bugh
Bugh
Bugh
Cekalan Leon terlepas saat ia ingin membalas pukulannya dengan cepat Rafka menepisnya.
Bugh
" Buat lo yag udah nyakitin Rizka "
Bugh
"Buat lo yang selalu bikin Rizka takut "
Bugh
" Buat lo yang selalu mengacam keselamatan Rizka"
Bugh bugh bugh
"Tiga pukulan buat lo yang selalu bikin emosi gue naik anjing! "
Setelah itu ia menarik Rizka menjauh dari Leon. Ia menghiraukan nyerih ditangannya yang sudah memerah. Rizka yang melihat tangan Rafka merasa ngilu. Saat mereka masuk ke aula osis. Dilepas genggaman itu, ia ingin meredakan emosinya. Tetapi saat ingin membuka pintu tiba-tiba Rizka memeluknya dari belakang. Tubuhnya sempat menegang kemudian dengan cepat ia menjadi rileks.
"Jangan tinggalin gue sendirian Raf"
Rafka mengusap pelan tangan Rizka yang ada dipinggangnya.
"Maaf, Gue lagi emosi banget"
Rizka menggelengkan kepalanya.
"Gapapa. Asalkan jangan tinggalin gue sendirian"
Rafka mengalah ia membaliknya tubuhnya. Dan menarik tubuh Rizka kedalam pelukannya. Hanya Rizka tempatnya pulang, hanya Rizka obat emosinya, hanya Rizkalah orang yang ia cintai .
Setelah beberapa detik hening Rizka membuka suaranya.
"Tangan lo luka. Gue obatin dulu yaa" katanya sambil menatap Rafka dengan posisi pelukkan mereka.
Rafka hanya menganggukkan kepalanya.
Rizka mengeluarkan kotak p3k yang berada di laci meja osis. Tidak lupa juga ia mengambil botol minumnya dan sapu tangannya. Ia membasahi sapu tangannya kemudian diusap pelan tangan Rafka.
Rafka sempat meringis pelan.
"Tahan ya"
Dengan telaten ia membersihkan luka Rafka kemudian ia mengambil salep pereda sakit.
"Duh pelan-pelan sakit"
"Lah emang aku yang minta kamu pukul Leon? "
"Kalau gak gitu apa dia bakalan lepasin tangan kamu? Hem? "
Rizka mendongakkan kepalanya. Tatapan mereka bertemu.
"Aku tahu, aku salah ninggalin kamu sendirian ditengah lapangan. Tapi jangan pernah minta aku buat gak ngelindungin kamu dari bahaya kaya tadi, Leon gak bisa dengan cara baik-baik. Kalau gak aku pukul dia tangan kamu yang jadi sakit terus membiru, cukup sekali aja tangan Aulia yang dia sakitin kamu jangan. Aku juga bakalan pastiin yang tadi pagi itu terakhir Leon bisa nyetuh Aulia. Dan kamu, kalau kamu sendirian kaya tadi cepat cari Bagus, Zaky atapun Althar. Jangan sungkan kamu kan tahu kalau kita semua bakal jagain kamu " katanya lembut.
"siniin tangan kamu" pinta Rafka.
"mau di apain?"
"udah siniin aja"
Rizka memberikan tangan yang tadi sempat Leon genggam. Masih memerah dan terasa anget.
"perih ya" kata Rafka pelan.
"Gapapa ko Raf, nanti aku o-"
cup
Rafka memcium pergelangan tangan Rizka.
"cepet sembuh ya" kata Rafka pelan sambil mengusap pelan pergelangan tangan Rizka. hal itu sukses membuat Rizka tersipu malu.
"jangan terluka, jangan pernah nangis dan jangan pernah pergi dari aku ya"
Rizka tidak menjawab perkataan Rafka. Ia malah menerjang tubuh Rafka memeluk erat tubuh lelaki yang ia cintai ini. Dia juga merasa bersalah karena membuat semua orang khawatir.
Terdengar isakkan dari mulut Rizka. Air mata yang ia tahan dari tadi pagi ia tumpahkan dipelukkanya ini. Rafka adalah pundaknya, Rafka adalah rumahnya, dan Rafka adalah orang yang ia cintai. sudah benarkah perasaan ini ?
**
komen , review , power stones, penilai ,kritik dan saran ku tunggu 😊😊
WebNovel