Gue harap semuanya bakalan baik-baik aja setelah pengakuan ini. Dan lo juga kasih gue kesempatan kaya lo ngasih kesempatan itu ke Rafka
***
Hari ini masih tetap sama Rafka yang mengantar Rizka pulang, Althar mengantarkan Aulia pulang walaupun sebenernya ia juga merasa ganjal dan tidak enak pada perasaan. Ia tidak mungkin menunjukkan juga perasaan bingungnya saat ini. Itu semua bisa saja membuat gadis yang ia cintai mending murung karena bingung dengan pernyataan Rafka dan dirinya. Semenjak banyaknya rahasia diantara mereka dan masalah yang entah muncul dari mana. membuat hubungan dan acara kumpul setiap minggu bahkan setiap hari tidak sebaik sebelumnya.
"Lo ngerasa gak si kalau kita semua jadi jarang ngumpul? " tanya Aulia, iya dia pulang dengan Althar.
Semenjak Daniel datang dan mengancam Rafka tentang Rizka. Mereka membuat keputusan kalau mulai hari itu mereka akan memakai mobil kemana pun, kadang mereka juga mengendarai motor kalau dalam keadaan mendesak.
"Sibuk kali, udah pada gede kan" cuek Althar.
"Ya biasanya juga kan kita usahain kumpul, gak kaya gini. Gue kangen kumpul deh "
"yaudah si kumpul, ribet "
"rumah siapa tapi ?"
"gatau"
"yeh ngusulin tapi gatau dimana tapi ide bagus si, yaudah bentar "
*
Line
Aulia : kumpul yuk, jangan sibuk masing-masing mulu nih
Rizka : boleh tuh yuk, rumah siapa nih?
Aulia : ky rumah lo bisa ga? Udah lama gue ga ketemu mommy lo nih.
Zaky : ah kangen mommy doang, guenya gak😞
Aulia : serius bloon amat lo ah. Gimana?
Bagus : tumben dah lu nanya boleh apa ngga. biasanya juga datang aja dah gak make izin. Why?
Aulia : kita omongonin ntr aje.
Rizka :kumpul yu dirumah Zaky sekarang.
Bagus : gue jemput Riz?
Rafka : gausah bro gue aja, otw ka.
"Kerumah Zaky Al, tapi karena udah deket rumah gue. Gue ganti baju dulu sama mandi dulu deh ya" jelas Aulia.
"Iya" jawab Althar kemudian fokus kembali sama setirnya.
Sampai dirumah Aulia, ia masuk dan menyalami kedua orang tua Aulia. Orang tua dari mereka tahu, kalau mereka memang dekat, sangat dekat sekali tepatnya. Setelah menunggu 20 menit Aulia menuju ruang tamu. Disana ada Althar dan mamanya.
"udah ? "
"udah yu jalan" Althar mengangguk , pamit dengan mamanya Aulia.
*
Rafka is calling ...
"Gue didepan cepatan turun lo"
"Iya sabar bawel"
Sambungan terputus tidak lama kemudian Rizka keluar dan masuk kedalam mobil sport Rafka. Rafka melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata, ia bisa saja mengebut layaknya pembalap mobil profesional tapi enggan. Karena dia tidak ingin gadisnya terluka, tunggu dulu. Gadisnya? Yang benar saja bahkan ia masih harus usaha terus supaya hati Rizka nyaman dan terbuka kembali.
Tiba di rumah Zaky sudah ada Aulia dan Althar, sedangkan Zaky dan Bagus lagi keluar. Rizka dan Rafka menyium tangan mommy Zaky.
"Assalamualaikum mom" lembut Rizka.
"Walaikumsalam sayang. Duh udah lama ya kamu gak main ke sini? " tanya mommy
"Hehe iya mom, Rizka belakangan ini banyak tugas. Jadi jarang keluar deh" jelas Rizka
"Bohong mom, dia kebanyakkan pacaran sama Rafka" cela Zaky yang baru saja tiba habis beli cemilan.
"Kalau ngomong suka ngaco lo" bela Rizka.
"Yang bener ? kamu pacaran sama Rafka ? ciee udh gede ya anak mommy" ledek mommy Zaky .
"apa si mom, bohong dia tuh" balas Rizka sewot sambil melirik Zaky.
"Udah udah, mom tinggal ke dalam ya. Have fun" kata mommy meninggalkan kami dihalaman belakang.
Hening tidak ada yang memulai obrolan. Kecanggungan yang entah dari kapan menyelimuti mereka. Bahkan Zaky yang biasanya jail saja sekarang menjadi pendiam. Rizka ingin memulai juga tidak tahu harus mulai dari mana. Hingga suara Althar terdengar.
"Kaya orang bego dah. Ngumpul doang tapi sibuk masing-masing"
"Lagi tumbenan amat ngajak ngumpul" kata Bagus
"Lah lo gak suka kalau ngumpul gini? " nyolot Aulia.
"dih ngegas"
"cabut sana kalau ga suka"
"santai ul ke dipantai " jeda Zaky.
"Lo juga kalau ngomong disaring dulu deh mending. tumbenan banget lagi lo begitu, kan gak Salah kalau ngumpul gini? " tanya Zaky
Bagus diam, mereka semua juga tidak sadar kalau hubungan mereka benar-benar merenggang.
"Yaudah si jadi berantem, bahas pensi aja gimana?" usul Rizka.
"Oh iya gimana tuh proposal udah jadi?" tanya Rafka.
"Tenang aja, beres kalau sama babang Zaky" katanya sambil menepuk-nepuk dadanya.
"Alay lo" Aulia berkekeh kecil.
Kemudian pembahasan mereka merembet kemana saja. Yang awalnya canggung menjadi pecah dengan tawa mereka. Mereka larut dalam canda dan tawa yang diciptakan bersama. Hingga malam tiba mereka masih disana. Karena esok hari sabtu jadi mereka bebas. Tiba-tiba Akmal menelpon Rizka.
Akmal calling..
"Halo, lagi dimana sekarang? "
"Gue dirumah Zaky kenapa mal? "
"Yah ganggu dong gue. Mau ngajak lo jalan si sebenernya "
"Inget Icha mal, kemana emang doi lo? "
"Kepuncak dia sama keluarganya"
"Oh gitu yaudah sini aja gabung"
"Gak deh hehe, gue ke arena aja. Bye Rizka "
" Mal janga-" ucapan Rizka terputus setelah suara panggilan di selesaikan oleh Akmal.
"siapa ?" tanya Rafka.
"Akmal, mau ngajak jalan"
"terus ?"
"ya gue bilang lagi disini, disuruh gabung gak mau. tapi malah ke tempat balapan "
"udah gak usaha khawatir banyak orang gue disana" ucap Rafka menenangkan Rizka.
*
Pulang dari rumah Zaky, Rizka masih saja gelisah. Dia memikirkan Akmal yang kembali ke arena balap. Apa sahabatnya yag lain juga seperti Akmal yang kalau kesepian mereka selalu ke arena? Apa mereka bakalan baik-baik saja sepulng dari arena? Rizka terus mencoba nelpon nomer Akmal tetapi tidak dijawab sama sekali oleh Akmal.
Hari sudah sangat larut tapi Rizka belum juga merasa kantuk, rasa gelisahnya bertambah. Saat Rizka merebakan dirinya di kasur terdengar suara mama dan papanya lagi yang bertengkar. Lagi? Iya lagi-lagi mereka bertengkar dimalam hari. Kepala Rizka seketika pening, mendengar kedua orang tuanya lagi-lagi bertengkar seperti ini.
Rizka menangis, lagi-lagi rasa sakit di rongga hatinya muncul bahkan lebih sakit kali ini. Banyak yang peduli, banyak yang tahu, banyak yang ada disisinya tapi tidak semua mengerti bagaimana perasaannya? Bagaimana rasa sakitnya. Bagaimana ia harus menghadapi ini semua. Rizka menangis hingga pukul 4 pagi, karena mengantuk sehabis menangis ia tertidur.
Rizka membuka matanya perlahan mencocokkan cahaya yang masuk ke matanya. Saat ingin bangun pusing dikepalanya semakin jadi. Rizka kembali membaringkan kepalanya, hingga ia terlelap lagi.
Hari sudah siang tapi pesan dari Rafka belum juga dibalas oleh Rizka. Rafka sudah mencoba menelpon berkali-kali tetapi tidak ada jawaban. Ia memutuskan untuk kerumah Rizka. Setelah menempuh waktu kurang lebih 30 menit ia sampai dirumah Rizka. Rumah itu tampak sepi, seperti tidak ada penghuninya. Diliat jendela balkon kamar Rizka juga tertutup rapat.
"Apa Rizka pergi ke rumah neneknya ya? " gumaman Rafka.
Rafka menekan bel sebanyak 4 kali tetapi tidak ada yang keluar juga. Ia memutuskan untuk kembali ke rumah saja. Karena nanti malam ia harus menemui Daniel di arena balap. Ia tidak sendiri tentunya. Rafka akan pergi bersama Zaky dan Akmal. Bagus dan Althar ntah kenapa tidak bisa menemaninya.
Malampun tiba, Rafka sudah bersiap ingin ke arena. Saat melewati ruangan keluarga ternyata sepi. Ia lupa bahwa bunda dan ayah ada acara bersama rekan bisnis ayah sedangkan Denis ia pergi bersama pacarnya. Rafka segera melajukan motornya ke arena. Sampai disana sudah ada Akmal dan juga Zak
ky.
"Lo gak bilang sama Rizka kan mal? " tanya Rafka sambil mengacak rambutnya .
"Gila kali gue bilang sama dia, yang ada dia bakalan kesini. bisa ceramahan 7 malam tanpa henti kalau dia sampe tahu, tenang aja "
"Sip kalau gitu "
"Bagus mana ky? "
"Gatau rumahnya sepi"
"Althar? "
"Mau nyusul katanya mah"
"Oh yaudah" .
Mereka menonton balap malam ini, seperti biasanya. Jalan lama yang tidak dipakai ini menjadi arena balap yang sangat ramai. Cewe yang memakai baju kurang bahan sangat tidak menarik dimata 3 cogan itu. Mereka memang suka balap tetapi bukan berarti mereka suka dengan cewe yang berpakaian seperti itu. Sebejat apapun lelaki ia bakalan milih wanita baik-baik untuk menjadi teman hidupnya.
Suara motor Althar terdengar diperdengaran mereka. Althar melepas helm full facenya, mata hitam itu menatap Rafka. Mata penuh kebencian, entah sejak kapan binar kebencian itu ada dimata Althar.
"Lo kenapa? Marah sama gue? Salah gue apan? " tanya Rafka tanpa melihat Althar.
"Lo egois" sinis Althar.
Rafka terlihat bingung egois darimana coba?
Waktu yang ditunggu tiba, Rafka san Daniel sudah ada dijalur balap. Aura kemarahan sangat terasa di arena malam ini.
"Gue bakalan rebut apa yang harusnya jadi milik gue" sinis Daniel penuh penekanan.
Perkataan Daniel tidak gubris sama sekali oleh Rafka. Rafka fokus dengan jalanan didepan sana walaupun pikirannya tidak. Hitungan dari wanita depan sana membuyarkan lamunan Rafka. Hitungan ketiga mereka melesat sangat cepat, Rafka memang handal soal balap begitupun juga Daniel. Semua yang suka balap di daerah jalan lama pun tahu siapa mereka.
Balap malam ini lagi-lagi dimenangkan oleh Rafka. Emosi Daniel memuncak, ia turun dari motor dan memukul rahang keras milik Rafka.
Bugh
Bugh
Bugh
Adu jotos tidak terhindar. Rafka dipisahkan oleh Akmal dan Daniel oleh anak buahnya.
"Inget Rizka, Kalau Rizka liat muka lo bonyok pas sekolah dia bakalan tahu. Inget resiko nya jangan pakai emosi " bisik Akmal karena Rafka terus saja meronta.
"Ah bangsat" teriak Rafka frustasi. Ia tak ingin Rizka celaka dan ia juga tak ingin Rizka sakit hati lagi. Ancaman Daniel bebeharapa hari yang lalu juga terus saja menghantui pikirannya.
"jangan suka libatin orang lain, apalagi ini cewe" ucap Althar dengan wajah dinginnya.
"kenapa si lo? ada masalah sama gue?" balas Rafka emosi.
" karena dendam lo sama dia dimasa lalu. Bikin Semua jadi rumit lo bikin Rizka jadi ancaman buat diri lo sendiri. Jauhin Rizka, biarin Rizka memilih dia mau sama siapa." ucap Althar kemudian meninggalkan Rafma Akmal dan Zaky
"suka lo sama Rizka?" tanya Rafka ketus
***