"Iya gue denger semuanya"ketus Rizka .
mereka berempat saling tatapan. Mereka takut Rizka bakalan marah, marah dengan ocehan lebih baik daripada marah dalam diam. Rafka menelan ludahnya saja sangat susah.
"Hm-m l-lo denger dari mana sampai mana emangnya ka? "Gugup Zaky.
"Lo pada kenapa ? Pucet gitu. Gue cuma denger kalian gosipin Leon sama Daniel. Lo pada kaya ema-ema komplek tau gak ngerumpi mulu! "Kata Rizka duduk di samping Bagus.
Keempatnya membuang napas lega, bersyukur banget Rizka tidak mendengar apa-apa.
"Yaudah yuk ke bawah gue laper nih" ajak Zaky.
Dengan cepat Zaky bangkit dan mengajak mereka semua ke meja makan. Aulia yang sedang membuatkan minum menoleh ke belakang, ternyata mereka sudah turun.
"Ul sini ikut makan jangan kaya bibi deh, kita makan lo sibuk didapur" ledek Zaky bercanda.
"Cabe banyak nih ky, mau gak gue buatin jus buat minuman lo!" geram Aulia kemudian duduk disamping Rizka.
"Udah kenapa si mau makan aja berantem, berasa ibu-ibu gue misahin bocah berantem"kata Rizka.
Aulia hanya mencibir tanpa suara, mulut yang komat kamit terlihat lucu bagi Zaky. Mereka makan bersama dengan nikmat, masakkan Rizka yang tiada bandingnya.
"Masakkan lo emang paling top" puji Zaky.
"Dibantu Aulia juga ko, dan makanan yang lo ambil lebih banyak itu masakkan Aulia " balas Rizka berkekeh kecil.
"Masakkan lo ul? ko lo gak bilang jago masak. Besok buatin gue bekel ya" minta Zaky dengan mata yang berbinar.
"Gak ah, mager gue ini aja dipaksa terus sama Rizka juga. Kalau gak dipaksa mana mau gue mending makan masakkan mama gue" kata Aulia.
"mampus gak diturutin. Kaya gue dong minta ke Rizka pasti langsung dibikinin besok. Ya gak Riz?" sombong Rafka.
"Ogah" dan tawa mereka pecah saat mendengar jawaban Rizka.
*
Hari-hari mereka jalanin seperti sebelumnya, masalah keluarga Rizka mulai membaik. Kedua orang tuanya sudah seperti biasa lagi. Tidak ada lagi pertengkaran di tengah malam, tidak ada lagi papanya yang tidak pulang, Mama Rizka yang lebih sering dirumah. Rizka bersyukur karena semua ini kembali, tetapi didalam lubuk hatinya dia takut. Takut semua hanya sementara dan ujung-ujungnya Rizka harus menghadapi lagi masalah itu. Masalah yang tidak pernah ada dibayangannya.
Pagi ini Rizka berserta mama dan papanya sarapan bersama. Suasana yang Rizka rindukan selama ini.
"Pagi ma pa" Rizka menyium pipi kedua orang tuanya.
"Pagi sayang" kata mama.
"Pagi princess, hari ini kamu berangkat sama siapa?" tanya papa lembut.
"Kaya biasa pa, sama Althar. Kenapa emang?" balik tanya Rizka kepada papanya.
"Papa kangen nganter kamu ke sekolah , hari ini bareng papa aja ya? "Pinta papa sambil mengelus rambut Putri kesayangannya.
"Tumben kamu pa, emang lagi gak buru-buru? " tanya mama.
"Kangen sama anak aja masa tumben. Demi Putri papa kapan aja bisa, meskipun buru-buru ma" jelas papa.
"Yaudah aku bareng papa, Rizka kabarin Althar dulu" kata Rizka.
Papa hanya menganggukkan kepalanya. Rizka mengambil ponsel di saku roknya segera mengirim pesan ke Althar.
Rizka Azzahra : lo gak usah jemput gue ya Al, gue bareng bokap. Send
Tidak lama Althar membalas.
Althar : sip hati-hati.
Rizka tidak lagi membalas pesan Althar, dia melanjutkan sarapan pagi ini. Setelah roti dan susu habis Rizka keluar rumah. Mobil Bmw hitam milik sang papa sudah siap. Segera Rizka masuk kedalam mobil duduk di bangku samping pengemudi. Dalam perjalanan menuju sekolah Rizka menceritakan semua hal. Dari hal Leon yang mengganggunya, masalah Leon tentu saja papanya tahu karena Rizka langsung menceritakan masalah itu ke papa dan mamanya, hingga tugas osis yang menumpuk. Sang papa dengan setia mendengarkan cerita putrinya. Rizka memang sangat dekat dengan papanya, ternyata pepatah yang mengakatakan bahwa anak perempuan lebih dekat dengan ayahnya adalah benar.
Rizka yang terus mengoceh tidak memperhatikan jalan , sekarang mobil papanya sudah berada didepan gerbang sekolah.
"Kamu mau terus ngoceh kaya gini hmm? Udah di depan sekolah nih Riz" ucap lembut papa.
Rizka melihat sekitar dan benar ternyata sudah sampai. Rizka menoleh ke papanya melihat wajah tampan dan berwibawa itu. Sektika suasana sedih memenuhi ruangan yag ada di mobil. Raut wajah Riza berubah menjadi sendu.
"Kenapa sayang? Gak enak badannya? Apa mau pulang lagi aja?"tanya sang papa. Rizka menggelengkan kepalanya ditatap mata teduh milik sang papa.
"Kalau Rizka disuruh pilih kehidupan sekarang atau yang dulu. Rizka mau yang dulu pa, Rizka yang terus dianter papa ke sekolah. Papa yang ngedengerin cerita Rizka. Rizka mau jadi anak kecil kesayangan papa tapi Rizka sadar kehidupan terus berjalan, Rizka minta sama papa terus ada disamping Rizka ya. Rizka sayang banget papa" Rizka memeluk papanya.
Setetes air mata Rizka turun di pipinya. Rizka memeluk erat pria ini, pria yang ia sayangi. Dan sang papa tidak kalah erat memeluk Putri satu-satunya ini. Setelah merasa lega Rizka melepas pelukkan dari papa. Papa menghapus air mata dipipi Rizka.
"Papa gak mau janji, papa takut gak bisa tepatin. Tapi percaya sama papa. Papa bakalan usahain terus ada disamping kamu, Putri papa memang sudah remaja. Tetapi bagi papa kamu tetap Putri kecil papa yang papa sayangin. Sekarang belajar yang rajin ya, banggain mama sama papa" sang papa mencium kening anaknya lama.
Rizka keluar dari mobil setelah mencium punggung tangan papanya dan menunggu mobil sang papa menjauh. Ketika mobil papa sudah tidak terlihat lagi dia baru membalikkan tubuhnya. Saat ingin membalikkan tubuhnya , dia mendengar seseorang berbicara.
"Lo emang selalu kelihatan bahagia , tapi apa salahnya lo cerita ke kita kalau lo ada masalah selama ini" suara yang membuat Rizka terlonjak kaget.
Suara yang sangat ia kenali bahkan tanpa buru-buru membalikkan tubuhnya. Aulia, ya itu suara Aulia. Aulia terlalu geram karena sampai saat ini Rizka tidak juga cerita. Walau Aulia tahu masalah keluarga Rizka sekarang sudah membaik.
Rizka membalikkan tubuhnya, matanya menatap lurus kearah Aulia.
"Gue gapapa ul. Kalau terjadi apa-apa gue bakalan cerita ko. Tenang aja, Rizka kan kuat" katanya sambil mengangkat tangannya seperti seorang jagoan dan tersenyum lebar.
"Gue pegang omongan lo ya" kata Aulia.
"Iya sayang, yuk masuk udah mau bel nih" ajak Rizka.
Mereka berdua berjalan menuju koridor sekolah, tanpa mereka sadari di seberang jalan sana ada yang memperhatikan mereka. Melihat orang yang dulu mencintainya, tetapi dulu sebelum dia mengecewakan Rizka.
"Suatu hari nanti lo bakalan balik ke gue ka, gue bakalan rebut lo dari Rafka. Dan itu semua pasti terjadi, tunggu aja tanggal mainnya"- kata Daniel dengan senyuman sinis.
*
"Anjir amat pa mamat ulangan fisika begitu. Stres pala Raja, untung gue pinter jadi bisa" oceh Zaky saat jam istirahat.
"So banget lo tai" celetuk Rafka
"Lo bisa juga karena nyontek peyang" sindir Aulia
"Hah? Sayang ul? Ah jadi enakkan. Kalau mau sayang-sayangan ntar aja hehe" Zaky dengan cengir kudanya.
"Najis"
"Alay"
"Jijik ew"
Ya sekarang mereka ada di kantin , setelah ocehan Zaky yang meminta kekantin lebih cepat karena rasa lapar dan pusing akibat ulangan fisika yang berbobot. sebenenya hanya pretest menguji lebih dulu kemampuan dan mengulang sedikit materi di tahun sebelumnya. Bagi mereka sebenarnya itu hal yang biasa karena mereka pasti menguasai. Karena kepinteran yang mereka punya , cuma memang sikap lebay Zaky saja yang mendramatisir keadaan. Hari ini kantin ramai seperti hari biasa-biasanya.
"Jadwal gue nih, mesen apaan?" tanya Althar dingin.
"Lo mah nanyain pesenan kaya ngajak berantem Al" sindir Rizka sambil berkekeh.
"Andai lo pelayan restoran , dijamin Al lo gak bertahan seminggu hahaah" ledek Rafka
"Berisik. cepet apa? " Tanyanya lagi.
"Gue jus mangga aja Al" pesen Aulia.
"Gue jus alpukat sam roti canai aja" kata Rizka.
"Gue samain ama Rizka minumnya lemon tea tapi" kata Rafka
"Samain aja dah ama dia" jawab kompak Zaky dan Bagus. Kemudian mereka saling menoleh dan tawa mereka pecah bersama. Bagi orang lain memang biasa tetapi tidak bagi mereka. Itu suatu kebetulan karena Zaky dan Bagus sering sekali berbeda pendapat.
"Oke" jawab simple Althar setelah penampilan senyum simpul andalannya.
Tidak lama Althar membawa pesanan mereka. Sambil makan mereka saling becanda, tentu saja mengundang perhatian penghuni kantin. Banyak yang menatap senang dan iri dengan Aulia dan Rizka karena mereka bisa terus bersama cogan Gardala bisa menikmati senyuman dan tawa para cogan. Tetapi semua itu membuat Giselle kesal, dia sangat ingin melihat Althar senyum kepadanya. Angan akan tetap angan, jangankan untuk senyum, untuk melirik saja Althar enggan.
"Kalau gue aja gak bisa dapet perhatian lo , apalagi orang lain. Gue jamin mereka gak akan dapet perhatian lo sedikitpun termasuk Rizka" ucapnya dengan senyum sinis yang terlihat di wajah cantiknya.
Setelah bel jam pelajaran berbunyi. Anak-anak kelas XI IPA1 bersorak gembira, penat karena pelajaran kimia berakhir. Rizka dan sahabat-sahabatnya juga ikut bersorak bahkan Zaky sangat heboh. Diantara mereka yang suka kimia hanya Bagus dan Aulia. Sedangkan Rizka dan Zaky menyukai biologi. Selesai merapihkan buku, mereka berjalan menuju parkiran. Saat jalan di koridor Rafka tiba-tiba memperlambat langkah menjajarkan dengan Rizka.
"Bunda nanyain lo. Dia kangen banget sama lo udah 2minggu juga lo gak kerumah. Mau kerumah gak hari ini? " kata Rafka.
"Gue juga kangen banget sama bunda. Yaudah nanti kerumah deh sama Althar " balas Rizka.
"Gak usah. Lo bareng gue aja, biar Althar yang nganter Aulia" kata Rafka.
"Lo yang bilang ya sama Althar "ucap Rizka.
"Hmm" dehaman dari Rafka . Rafka jalan menjajarkan dengan Althar dan meminta dia yang mengantar Aulia, sedangkan Rizka pulang bersama dengan dirinya. Althar menjawab dengan menganggukkan.
Saat diparkiran mata Rizka melihat mobil yang berada di depan sekolah, mobil yang sangat dia kenali. Mobil yang dulu sering menjemputnya lalu meninggalkannya begitu saja.
Ya itu mobil mantannya-Daniel, Rizka berpikir untuk apa dia ada di sekolahnya ? Padahal sekolah Daniel dan Rizka sangat berlawanan arah. Rizka tidak suka melihat Daniel. Setiap melihat Daniel rasa sakit yang ia kubur dalam-dalam terasa sangat menyakitkan. Ia membuang muka saat kaca mobil itu terbuka. Rizka sempat melirik ke arahnya, Daniel masih tetap tampan seperti 6 Bulan yang lalu sebelum hubungan mereka kandas ditengah jalan. Rafka yang melihat juga mobil itu rahangnya mengeras, emosinya tiba-tiba sampai di ubun-ubun. Dengan cepat dia naik motornya dan menyuruh Rizka untuk cepat-cepat naik. Saat keluar gerbang sekolah Daniel menghadang jalan mereka. Rafka menatap Daniel dengan mata yang terlihat sangat marah . Ia mematikan motornya dan melepas helm full facenya.
"Mau ngapain lo?" ketus Rafka.
"Cuma kangen sama mantan ko" Daniel pindah ke samping Rizka
"Pantes dulu lo mau gue putusin ternyata dia penyebanya" kata Daniel dingin.
"Apan si niel" kata Rizka ketus.
"Jaga mulut lo" ucap Rafka tak kalah tajam.
"Siapa yang ngajak lo ngomong emangnya? " kata Daniel meremehkan.
"Bangsat" teriak Rafka, ingin turun dari motor tapi ditahan Rizka.
"Balik aja gak usah cari masalah didaerah sekolah" pinta Rizka .
Saat ingin menyalakan lagi mesin motor tangannya di tahan Daniel. Rafka menoleh dengan malas.
"Lo gak lupa ancaman gue kan? Siap-siap aja gue rebut dia dari lo. " ucap Daniel meninggalkan Rafka .
"Lo bukan siapa-siapa gue Daniel" Ucap Rizka tenang tapi mampu membuat Daniel diem.
Rafka mengertakkan giginya kuat-kuat. Rizka yang dari tadi hanya mendengarkan pun tidak mengerti maksud Daniel barusan.
"Lo ada masalah apa sama Daniel?" tanya Rizka.
"Gak ada" ketusnya, kemudian menjalankan motornya menuju rumah.
'Gue nanya sekali doang padahal tapi ketus amat' batin Rizka.
Althar,Zaky, Aulia dan Bagus yang melihat itu ikut emosi. Mereka tidak mau Rizka kembali disakitin, mereka tidak mau melihat Rizka yang murung karena sakit hati. Althar juga panas saat melihat itu semua dia mencoba menahan emosi.
" so jagoan" desis Althar pelan. namun didenger oleh Zaky , Bagus dan Aulia. mereka hanya menggelengkan kepala saja.
***
Vote jangn lupa