Semenjak kejadian Daniel datang ke sekolah , dan seterusnya Rafka yang akan mengantar dan menjemput Rizka, Sedangkan Aulia dijemput dengan Althar. Aulia mengerti alasan dibalik semua ini, bersama Rafka setiap pagi dan pulang sekolah membuat jantung Aulia terus berdebar. Rasa sayang yang sebelumnya ia cegah sekarang ini semakin menjdi. Ia bisa merasakan perasaan itu semakin dalam. Rasa sayang yang bisa saja menjadi racun untuk persahabatannya.
Pagi ini seperti biasanya Althar tidak banyak omongan, Aulia yang bisa ceplas ceplos menjadi pendiam saat bersama Althar. Hanya suara radio mobil Althar yang memecahkan kehingan diantara keduanya. Mereka berdua memang tidak sedekat Rizka dan Rafka.
Mag , itu penyakit yag sudah melekat ditubuh Aulia.Tiba-tiba saja lambung Aulia terasa perih ia memang termasuk orang yang sering kali telat makan. Althar melirik dengan ekor matanya , muka Aulia yang tadinya cerah mendadakkan menjadi pucat .
" kenapa ?" tanya Althar , matanya tetap fokus ke jalanan.
"Gak, gue gapapa ko" ucap Aulia pelan.
Pelannya suara Aulia membuat Althar segera menepikan mobilnya, menoleh ke Aulia. Muka Aulia pucat pasi, keringat sudah membasahi pelipisnya padahal AC dimobil Ardi lumayan dingin.
"Telat makan? " Aulia mengangguk sebagai jawabannya.
Althar mengacak-acak rambutnya dengan frustasi. Ia hafal betul kebiasaan Aulia yang sering telat makan, Rizka juga tidak ada bedanya dengan Aulia. Ia mengbuang nafasnya kasar, kemudian mengambil kotak obat di belakang jok bangku pengemudi. Dicari obat pereda sakit lambung. Tetapi stok obat itu habis Althar melihat ke arah Aulia yang sudah merintih kesakitan.
"Udah tahu punya mag makan telat mulu. Obatnya abis juga" ucapnya tegas.
"Udah gapapa, gue bisa tahan ko sampe sekolah" balasnya.
Tanpa membuang waktu lagi, Althar langsung melajukan mobilnya. Beruntung jarak sekolah sudah dekat.
Saat sudah diparkiran, Althar keluar dan berlari kecil menuju pintu dimana Aulia duduk. Althar yang tak tega akhirnya menggendong Aulia ala bridal style. Sepanjang koridor banyak yang menatap Althar dengan kagum dan histeris. Karena tidak biasanya Althar akan melakukan hal seperti ini bahkan kalau ada teman seangkatan atau sekelasnya yang pingsan saja dia tidak peduli .
Saat di UKS Althar segera mencari obat lambung. Petugas uks belum ada ditempat jadi dialah yang mengacak-acak tempat obat di uks. Setelah mendapatkan apa yang ia cari, Althar mengambil air putih dan memberikan kepada Aulia.
"Bangun minum obat dulu" ujar Althar.
Aulia bangun di bantu oleh Althar yang meminum obatnya. Setelah meminum obat yang diberikan Althar Aulia merebahkan tubuhnya di bangkar yang ada di uks. Sesudahnya Althar melangkah keluar.
Sepuluh menit kemudian ia kembali dengan membawa bubur ayam dan susu putih. Aulia yang tidak menyukai bubur menolak saat Althar menyuruhnya makan.
"Jangan batu " kata Althar. Karena Aulia sangat bosan mendengar sahabatnya itu mengomel karena ia sering telat makan, jadi sekarang ia memakan buburnya itu. Baru suapan ketiga Aulia menjauhkan buburnya.
"Kenapa? " tanya Althar
"Enek gue. Gue gak suka bubur"
"Makan"
"Gak mau Al, gak enak"
Althar yang geram akhirnya mengambil alih sendok dan buburnya.
"Aaa" pinta Althar.
"Cepat , gak usah manja kenapa si" ketus Althar dengan muka semakin dingin.
Kemudian Aulia membuka mulutnya, dia memakan dengan kesal karena ancaman dari Althar. Saat bubur tinggal beberapa suap lagi, Aulia menggeleng.
"Kenyang Al. Udah ya?" pinta Aulia.
"Yaudah" diam sejenak. Althar memberikan susu putih yang tadi ia beli dikantin.
Setelah menghabiskan susunya, Aulia turun dari bangkarnya berjalan menuju kelas beriringan dengan Althar Sampainya dikelas, kelas tampak ricuh. Althar melihat isi kelas ternyata jam kosong karena gurunya berhalangan hadir. Saat Aulia duduk di bangkunya Rizka mulai bersuara.
"Lo telat makan lagi? Apa udah gak mau makan lagi selamanya ul?" tanya Rizka dengan ketus.
"Yaelah ka ketus amat. Gue udah gapapa, Althar tadi udah beliin gue bubur sama susu ko" jelas Aulia.
"Lo tuh kebiasaan ul, telat makan mulu. Makan itu kebutuhan jadi jangan di anggep sepele deh" kata Rizka.
"Lah lo gak ngaca ka? Lo juga samanya kaya Aulia" ledek Rafka.
"Tapi seengganya gue gak bakalan biarin perut gue kosong berhari-hari kaya Aulia " balas Rizka dengan membuang muka.
"Dih ngambek, jangan ngambek dong. Nanti gue traktir nonton sama ice creaam deh" rayu Rafka.
Rizka menoleh dengan mata berbinar yang sangat lucu di mata Rafka.
"Ih gak usah berbinar gitu matanya, gemes gue. Nanti gue makin cinta sama lo Riz" kata Rafka dengan nada sedikit becanda.
Rizka mematung jantungnya berdetak lebih cepat. Pipinya merona merah, karena tidak ingin dilihat oleh sahabatnya Rizka membuang muka.
"Cie Rizka baper sama Rafka. Cie" goda Zaky dan yang lain hanya berkekeh.
"Udah diam gak lihat apa itu mukanya udah kaya tomat? Merah banget" kata Bagus.
"Hahahahahah beneran baper ama gue lo?" goda Rafka.
"Geer amat lo." celetuknya.
"Kalau lo baper gue tanggung jawab ko Riz" Ucap Rafka tenang.
krik krik krik
semuanya menjadi diam sambil menatap Rafka bingung. lalu
"Eh iya gue mau nanya waktu itu Daniel ngapain ke sini? Terus dia ngancam lo kan? Ada masalah apaan lo sama dia" seketika muka Rafka menjadi datar.
"Gak usah kepo udah gue bilang" ketus Rafka . Rafka bangkit meninggalkan mereka yang menatapnya bingung. Rizka yang sangat terlihat bingung dengan sikap Rafka barusan.
"Pms ya dia? Sensitif amat" kata Rizka. Yang lain hanya mengangkat bahu dengan acuh.
Rizka kemudian mengejar Rafka. Saat Rizka ingin menaiki kakinya ke tangga dia melihat Rafka yang berjalan menuju taman belakang sekolah. Rizka mengikuti Rafka sampai taman. Ia ikut duduk bersama Rafka, Rafka tidak menolah dia hanya melirik dari ujung ekor matanya.
"Gue minta maaf kalau bahas hal itu lagi. Wajar dong gue kepo, Daniel itu masa lalu gue. Gue juga tau Daniel luar dalam ko.Dia gak mungkin datang jauh-jauh kalau gak penting" ucap Rizka.
"Gak semua hal itu bisa lo sangkut pautin sama lo. Stop peduli berlebihan, itu cuma jadi bomerang lo. Karena bisa aja rasa peduli lo itu bisa jadi ancaman untuk orang lain" hati Rizka menyelos mendengar kata-kata Rafka barusan. Nada ketus dan serius membuat Rizka takut.
"Maaf kalau gue terlalu peduli. Gue cuma mau kalian gak terus-terusan ikut campur masalah gue ko. Gue gak mau kalian khawatir"
"Terus lo bakalan ngadepin masalah lo sendirian? Gak usah so kuat tapi nyatanya lo rapuh. malah makin nyusahin nantinya"
Mata Rizka memanas karena kata-kata yang barus saja ia dengar. Rafka tidak pernah mengatakan apapun dengan nada dingin. Ia juga tidak biasanya berucap sepedas itu kepada Rizka. Rizka menahan diri agar tidak menangis saat ini. Keheningan melanda mereka, Rizka yang sibuk mengatur emosi dan rasa sakit hatinya. Dan Rafka yang menyesali perkataan barusan yang ia ucapkan. Saat Rizka bangkit dari duduknya, Rafka dengan cepat menghadang tubuh Rizka. Ia menatap bola mata Rafka, terpancar binar menyesal dimata itu. Sedetik kemudian Rafka sudah memeluk tubuh Rizka. Tidak ada balasan peluk dari Rizka, tubuh Rizka seakan menjadi kaku.
"Gue gak mau lo disakitin lagi sama Daniel. Gue sayang sama lo, peduli sama lo Riz" Ucap Rafka pelan.
Diam, Rizka mencoba mencerna perkataan Rafka.Jujur saja kata 'sayang' dari Rafka membuat hatinya berdebar.
"Gue tau lo sayang gue sebagai sahabat sama kaya gue sayang ke kalian. Makasih juga udah selalu ngelindungin gue" Rizka membalasan pelukkan Rafka.
Rafka menggeleng kan kepalanya. Dilpas pelukkan itu, lagi ditatap mata Indah Rizka.
"Gue sayang lo lebih dari sahabat. Gue sayang sama lo, kaya gue sayang sama pacar, kaya sayang gue ke bunda bukan sahabat" jelas Rafka.
"Liat mata gue, apa rasa sayang itu gak keliatan? Apa sebuta itu perasaan lo?Apa ada kebohongan disana? " tanya Rafka dengan lembut. Rizka merasa debar jantungnya dua kali lebih cepat. Ia menatap intens kedua mata teduh itu. Yang ia dapatkan hanya binar ketulusan Rafka.
"Hmm .. Anu Raf" gugup Rizka " sejak kapan lo sayang sama gue? Alasan apa yang bikin rasa itu tumbuh? " lanjut Rizka.
"Kapannya gue gak tahu ,rasa itu bisa aja muncul tanpa kita ketahui. Buat alasan? Apa sayang sama lo harus ada alasan? Kalaupun ada alasan yang bisa gue kasih bakalan gue kasih. Bagi gue mencintai orang itu gak butuh alasan tetapi mempertahankan Cinta atau melewatinnya gitu aja baru membutuhkan alasan " jelas Rafka.
Rafka menggenggam tangan Rizka erat-erat. Matanya beralih kearah tangannya yang digenggam Rafka , lalu menatap mata teduh itu dengan intens.
"Lo tahu masa lalu gue, lo juga tau gimana terpuruknya gue waktu Daniel diam-diam deketin sahabat jauh gue. Dan nuduh gue selingkuh sama lo. Gue takut jatuh dilubang yang sama. Gue juga ngerasa lo belum mampu buka hati gue. Bukan berarti rasa lo gak terbalas, tapi bikin gue yakin kalau lo emang pantas dapatkan hati ini" jelas Rizka.
"Iya gue bakalan usaha, kasih juga peluang dan jalan buat hati gue ke hati lo" pinta Rafka.
"Iya gue usahain. Jangan lo paksain saat hati lo bilang nyerah ya" Rafka menganggukkan kepalanya kemudian mencium kening Rizka lama.
Dilain tempat Althar, Zaky dan Bagus melongo saat melihat pengakuan Rafka dan adegan Rafka mencium kening Rizka. Althar mengepalkan tangannya , baru. Sangat baru bagi dirinya menyadari kalau ia juga mencintai Rizka. Perasaan yang ia rasakan tanpa ia ketahui.
sakit si tapi nggak berdarah
**
Vote jangan lupa