" San, gua kayaknya jatuh cinta beneran deh''
Sandi yang awalnya meminum susu kotak stroberinya dengan damai tiba-tiba tersedak.
'' uhuk. Uhuk.. uhuk..' akh.. apa?!'
Sambil memasang wajah kesal bercampur kasian Farik menempuk-nepuk punggung sahabatnya itu berharap bisa mengurangi rasa nyeri karena tersedak susu.
'' reaksi lo lebay banget sih''
Sandi yang masih belum bisa memproses semua perkataan Farik memasang wajah tak percaya.
'' ha... Ha... Akh.. gila sakit banget hidung gua'' rintih sandi
Susu mengalir dari hidung dan mulut sandi membuat farik cepat-cepat merogoh sapu tangan miliknya lalu memberikannya dengan cara melemparkannya ke wajah sandi yang masih kelihatan eror.
" Wek, lap!'' perintah farik
Farik yang kesal berkat sahabatnya itu sekarang memilih memandang ke arah luar jendela yang akhirnya membuat sandi merasa tak enak.
'' wajah lo, kayak menderita banget sih Rik. Jijik gua heh'' sandi melontarkan candaan berharap farik lebih baik.
Mendengar candaan yang tidak tepat waktu, membuat teman sandi itu semakin kesal. Farik menatap tajam ke arah sandi, tatapan yang di lemparkan oleh farik itu seakan menjelaskan situasi dirinya sangatlah darurat.
'' AH.. YaYa!! Terus Lo mau gua gimana?''
'' combangli gua dong, Lo tanya tanya apa yang dia suka gitu, namanya Zahra dia imut banget Lo, dia.. ''
Belum sempat melanjutkan perkataannya lebih jauh, sandi langsung memotong dengan sebuah penolakan.
'' nggak mau. Nanti dia suka gua lagi. Idih repot banget gua''
Keduanya diam. Mereka menyadari situasi sekarang mirip ketika mereka SMP dulu, ketika kesulitan menghampiri mereka karena cewek yang disukai farik malah menyukai sahabatnya sendiri, hal itu nyaris menghancurkan persahabatan 10 tahun mereka.
" Lo tanya sama sahabatnya aja gimana?'' Ide farik muncul tiba-tiba
'' siapa namanya?'' sandi setuju
" Rilian"
'' kelas?"
" XII A''
Wajah sandi menjadi syok.
'' lebih tua dari kita dong?! Wuah sugoi....'' ( hebat dalam bahasa Jepang) sandi kaget
'' astaga bisa pecah gendang telinga gua'' farik menutup kupingnya yang sensitif
Farik yang menjadi dongkol, merasa tidak di hargai. Dia nampak tersiksa dengan cinta. Sandi semakin merasa tak enak. Dilain sisi ia tak suka sikap farik yang demikian.
'' Lo mau bantu gua nggak sih?'' tanya farik putus asa
Sambil mendengus, sandi pergi menjauh.
'' ya gua bantu ! Sana hapus wajah madesu itu pemuda!'' ucap sandi dengan nada keras yang membuat teman kelas yang lain yang mendengar kaget lalu terkikik karena merasa lucu
sambil marah-marah sandi murid SMA kelas XF itu, bergegas menuju lantai 3 tempat anak murid kelas XII. Berharap bisa menemukan sosok cewek yang bernama Rilian itu.
" Eh. Dia nggak langsung kesana kan?''
Dugaan farik benar.
....................
Dengan persiapan yang tidak matang, sandi memasuki lantai 3, deretan kelas Untuk anak kelas XII. Ia mulai merasa keliru dengan tindakannya. Semua di koridor memperhatikan sosoknya.
'' gua tau, gue emang tampan, nggak perlu seintens itu dong jelitin gua'' pikir sandi
Sambil berpura-pura bersikap santai memasuki kawasan kakak kelas, langkah dari kaki sandi yang panjang terhenti ketika melihat sosok gadis berambut sebahu yang dibiarkan jatuh dari kejauhan. Rambut gadis itu lurus dengan warna kemerahan layaknya rambut seseorang yang berubah warnanya karena sering terpapar matahari saat basah.
Wajahnya mungil dilengkapi mata yang agak bulat dengan bola mata berwarna coklat terang terlihat hampir seperti warna senja. Bibirnya kemerahan tanpa ginju, alisnya bagai busur panah, hidungnya indah tanpa cela dan yang paling mempesona dari sosok itu adalah senyumnya. Sangat menarik.
'' ah....bentuk Playgirl " ceplos sandi, karena kaget karena pikirannya terlontar dari mulut buru-buru sandi menutup mulutnya.
Disela tindakannya itu, dia mendengar salah satu kakak tingkat berbicara.
'' hei, lihat itu Rilian, cantik banget nggak sih..'' ujar salah satu cowok didepan kelas XIIC. Teman bicaranya hanya mendengarkan.
Sandi langsung menoleh mencari sosok yang dibicarakan dua orang tersebut
'' eh?! Jadi cewek itu yang harus gua ajak kerjasama?!''
"Cantik sih, Tapi...''
mereka masih ngobrol pikir sandi
'' apa ?' potong teman senior itu lagi
" Gua denger-denger dia suka cewek... Belok gitu.." Ujar senior laki-laki itu
" HAH?!"
" HAH?!''
Sandi dan kakak tingkat itu sama-sama kaget dengan sinkronisasi
Karena merasa tak sopan, sandi segera meminta maaf.
'' maaf kak, saya kelupaan sesuatu jadi teriak'' ujar sandi dengan alasan payah, Mereka hanya mengangguk saja. Situasi menjadi canggung, sandi segera pergi dengan lagak pura-pura ada kenalan anak kelas XII.
'' he..hei..!'' ujar sandi sambil melambaikan tangannya tanpa lawan bicara, sialnya yang pertama kali berkontak mata dengannya adalah si target yaitu Rilian.
Oh. My.. God.
kemudian ia mencoba melangkah.
Diantara tiap langkah yang dilakukannya, sandi merasa bimbang. Sesekali ia sambil mencubit dagunya dengan telunjuk dan ibu jarinya ketika menyadari rencana farik akan sulit dilakukan olehnya.
'' kamu Rilian kan?'' dia menggunakan kata kamu tanpa sadar.
Ah. Bisa gila gua pikir sandi. Gua memanggil orang yang lebih tua dengan namanya saja. Terus apaan sih, kamu? Ew.
" Iya, kamu siapa ya?'' nih cewek nanya balik nama gua .Shit. gua ngomong apaan lagi ya?
Oh. Dia lebih pendek dari dugaan gua. Hanya setinggi siku. Sebenernya bukan dia yang kecil tapi aku yang terlalu tinggi. 185 bukanlah angka kecil untuk tinggi.
''....''
Oh ya ! nama gua ya.
" oh. Namaku sandi ..''
Cewek ini, bersikap layaknya wanita polos. Bukankah orang yang memiliki rumor buruk agak sedikit liar? Lalu dia nampaknya terbiasa menatap mata lawan bicaranya langsung.
Sandi merasa warna mata perempuan di depannya sekarang begitu terang dan jernih. Rilian yang tadi menunggu perkataan selanjutnya, tanpa aba-aba tersenyum tipis ke arah sandi
" Astaga nih cewek bahaya banget, cantik banget pulak, uuh dasar!'' pikir sandi
Sandi sudah lupa maksud dia bertemu Rilian, otaknya seperti mesin kurang oli, tanpa maksud apa-apa, sandi memuji gadis didepannya ini tanpa disadarinya.
'' kamu cantik deh''
Rilian nampak mematung sebentar, sambil menundukkan kepalanya sebentar lalu mengangkatnya kembali namun kali ini nampak jelas gadis itu sudah tidak tahan dengan keberadaan sandi.
'' Terima Kasih'' balas Rilian dengan senyum maut
'' sial, cewek ini jijik sama gua,'' benak sandi berkata demikian.
'' pergi dulu ya" tanpa menanti balasan ucapan pamit itu sandi langsung putar arah, dan melangkah cepat.Dengan pipi yang merah sedikit bersamaan dengan detak jantung yang tidak beraturan sehingga membuat dadanya sedikit sakit, sandi berharap bisa kembali menuju kelas secepatnya.
'' kayaknya rumornya benar deh, pas dia dipuji gua, dia kayak mau muntah gitu... hih.. kasian banget sahabatnya'' ujar sandi sambil menggosok lengannya karena merinding .
...................
Cerita kegagalan sandi membuat farik terhibur.
'' haha. Kau sering banget sih ngelakuin sesuatu nggak pakai dipikir. Selalu saja buru-buru''
Sandi yang merasa ucapan sahabatnya itu benar sehingga tidak dapat membantah. Sandi yang diam saja membuat farik penasaran.
'' Lo kenapa? Kayaknya risau banget?''
Sandi bagai keran yang macet, ingin menyampaikan pikirannya pada sandi namun dilain sisi ia sulit menjelaskan.
'' er.. gini.. Rik, gua.. rasa... Sulit deh, minta bantuan.. sahabatnya gebetan lo itu.'' kata sandi dengan jeda yang banyak
'' kenapa?''
'' sahabatnya itu.... Kayaknya... alergi sama cowok, dia nggak suka '' jelas sandi dengan penjelasan yang di saring terlebih dahulu
Farik tercenung sebentar. Farik sebenarnya bukan tidak mampu untuk mendekati perempuan yang dia sukai itu, namun ia tidak tau menahu soal Zahra. Nomor atau apapun tidak ada yang bisa menghubungkan mereka. Semua kegiatan mereka berbeda, untuk bertemu pun sulit.
Farik bertemu dengan Zahra pertama kali pun secara kebetulan, saat itu ia bersama temannya di suruh senior klub yang diikutinya untuk meminjam P3K dan membawa salah satu anggota dari eskul PMR yang kebetulan berlatih di jadwal yang sama dengan mereka hari itu, untuk mengobati salah satu teman mereka yang cedera saat mengikuti kegiatan klub panjat tebing.
'' haa.. kasian banget gua, gimana ya cara biar gua bisa dekat Zahra , dia nggak punya FB ataupun IG lagi, namanya udah gua cari semalaman, nggak ketemu juga'' ucap farik mengasihani dirinya sendiri.
Sandi menyesal setelah mengeluarkan kata-kata itu dari mulutnya. Dia bahkan belum mencoba. Karena menyadari kekeliruannya itu cepat-cepat sandi memperbaiki ucapannya.
'' ta.. tapi sih.. itu kalau orang lain..... Kalau gua sih.... Pasti bisa, siapa sih yang alergi sama wajah ganteng gua'' sandi menbual padahal wajah Rilian yang jijik padanya masih terngiang.
''Seriusan ya, Thanks, Emang cuman Lo yang bisa gua andalin san'' cakap Farik sambil memukul sedikit bahu sandi bersamaan dengan senyum penuh harap
'' Lo tenang aja, dalam seminggu ini Lo pasti bisa ngobrol bareng sama kak Zahra itu'' sambung sandi
'gua udah paham betul sekarang, arti berbicara tanpa berpikir'
Dalam benaknya sandi mengutuk dirinya sendiri, namun yang terlihat hanya senyum percaya diri yang di buat-buat.