Langit yang berwarna jingga, menandakan malam akan segera datang.
Rilian memegang ganggang pintu yang tidak pernah dikunci selain di malam hari lalu membukannya. Sosok laki-laki berumur 28 telah tegak di belakang pintu menyambut. Rilian terhenti sebentar lalu kembali menggerakkan kakinya.
'' selamat datang, nona'' ujar nya
Pandangan Rilian yang penuh dengan rasa lelah, Rilian membuka kedua lengannya kemudian memeluk lingkaran pinggang laki-laki itu
'' An aku capek. Hari ini aku begitu kesal'' ujar Rilian sambil mengusap-usap kepalanya pada permukaan dada An. An adalah seseorang yang mengurus Rilian sedari dulu, Rilian selalu tentram jika dekat dengannya.
An mengerti kelelahan yang dialami Rilian sengaja mengelus-elus kepala nonanya dengan penuh kasih sayang.
Menyadari sentuhan dari An membuat Rilian memeluk An lebih erat.
'' ukh ..nona, pinggangku bisa patah jika anda memeluk saya sekuat itu''
Mendengar perkataan dari An yang demikian, membuat mood Rilian jatuh sehingga melepaskan Pelukan itu dengan terpaksa, wajah Rilian diselimuti ekspresi cemberut, lalu ia berkata begini,
''Kau benar-benar bisa membuat orang malu'' tuduh Rilian
'' itu hanya pemikiran nona saja'' bantah An
'' di tambah lagi wajahmu itu... bagaimana bisa tampan ~ begitu...'' sambung Rilian dengan menggoda
Anroy yang memasang wajah sudah biasa dengan pujian demikian.
'' terima kasih nona''
Sambil mendengus, Rilian langsung melepas seragamnya membuang seragam dan tasnya di lantai yang segera di ambil oleh An, Rilian memakai kaos di dalam bajunya dan celana pendek sebagai tambahan di dalam roknya.
'' nona, anda tidak bisa bersikap bar-bar begini'' ujar An sambil mengerenyitkan kedua alisnya dengan tangan yang sibuk memungut yang dilemparkan Rilian
Rilian yang tak merasa terusik , berjalan menuju dapur lalu duduk di meja makan.
'' aku lapar, di sekolah aku tak bisa makan'' dusta Rilian dengan ekspresi sedih dibuat-buat, meski An tau, ia tetap melayani nona nya itu dengan sepenuh hati
'' tunggu sebentar nona , saya siapkan''
Setelah makanan siap, Rilian berdoa lalu memakan hidangan yang disajikan. Rilian melepaskan pertanyaan ke arah An.
'' Anroy Jean De, menurut mu apa yang biasa dilakukan ketika orang pdkt''
'' em. Sering bertemu?'' jawaban singkat dari An, kemudian membereskan makan malam yang sudah di santap Rilian.
'' bertemu ya''
'' Eh??? Anda sedang dekat dengan laki-laki ya nona?'' sahut Anroy kaget
Tanpa membalas pertanyaan itu dengan langkah gontai, Rilian menuju kamar.
'' eh...nona anda harus mandi dulu''
'' pass..'' tolak Rilian
"sana pulang, jangan lupa kunci pintu depan. Dan siapkan sarapanku besok'' tambahnya
''.... Saya mengerti '' sambung An
... ..... .....
Sudah satu jam Sandi terjebak dalam keresahan, kertas yang tertuliskan alamat LINE sahabat gebetan Farik terus saja dipandang tanpa kemajuan.
'' Arg.. kok gua gini banget sih. Kayak nggak pernah chat cewek aja'' maki Sandi pada dirinya
Sebab keresahan yang berkepanjangan, akhirnya sandi memutuskan untuk mandi terlebih dahulu berharap bisa mendapat ide perkataan untuk memuliakan chat dengan gadis yang benci laki-laki itu.
'' panas.. gatal..'' keluhnya sembari mengambil handuk yang tergantung di sebelah pintu kamar mandi. Sesuai aturan Sandi tidak pernah berbicara dalam kamar mandi, pikirannya penuh dengan ulasan tindakannya sewaktu bicara dengan Rilian.
''.... Hah... Beneran gila gua'' Pikir Sandi
Tok tok tok..
Sandi yang dalam pikiran dalam menyahut dari dalam kamar mandi.
'' hah? Apa? Lagi mandi nih''
Seseorang mengetuk kamar mandi Sandi
'' kak, ada telpon dari kak Farik nih''
" Oh Dian ya, bilangin kakak lagi mandi dek'' pinta Sandi
'' udah, tapi dia bilang harus ngomong sekarang" jelas Dian
Dengan urat kepala yang sedikit mengencang, Sandi siap dengan semua amukan.
'' mana telponnya'' Sandi mengeluarkan tangannya dari pintu kamar mandi
Dian mengoper sambungan telpon sesuai perintah kakaknya
" WOI FARIK, GUA LAGI MANDI JUGA, BISA SABAR NGGAK, BENTAR AJA! ''
'' ASTAGA! Gila ya? Kuping gua mau Lo ancurin? udah belum ngehubungi Kak Rilian kalau belum biar gua aja'' balas Farik dengan nada bicara yang kencang juga
'' belum!" Telpon di tutup
Sandi kembali mengembalikan telpon ke Dian sebagaimana ketika memintanya.
Menyadari Farik begitu tidak sabaran membuat proses mandi Sandi dipercepat.
Pintu kamar mandi itu di buka, dengan handuk yang masih melilit tubuh, Sandi mengambil hp miliknya yang berada di atas kasur lalu mencatat nomor WA yang diberikan Rilian.
Entah dari mana keberanian itu datang, yang pasti Farik benar-benar pandai memanasi Sandi. Jemari Sandi tanpa ragu menekan lambang yang berbentuk telpon dalam fitur WA.
Tut.. Tut...
Tulisan berdering tampak dari layar hp Sandi.
Tit. Panggilan di tolak.
'' what?''
Sandi mengulang panggilannya yang di tolak.
Akhirnya dengan gerakan cepat, Sandi mengirim pesan pada Rilian.
Isinya begini:
'' ini sandi, tolong angkat telpon nya , gua mau bahas tentang Farik dan Zahra''
Telpon ketiga , kali ini di angkat,
'' halo''
''....''
'' bisa di jawab nggak?'' Sandi yang sudah di buat kesal, mengetahui respon lambat dari Rilian membuatnya makin tidak senang.
'' ... Lo tau, namanya interaksi harus ada timbal balik kalo Lo nggak jawab berati gua nggak perlu diskusi tentang Farik dan kak Zahra ke Lo'' sindir Sandi
'' ... Ya, gua keliru. Terus gimana caranya biar mereka dekat, Zahra juga ada rasa sama si Farik..'' Rilian mulai menggerakkan mulutnya
Mendengarkan Rilian yang mengakui tingkahnya yang bermasalah membuat Sandi membaik perasaannya. Di lain sisi ia masih menyimak suara yang dikeluarkan oleh Rilian, lewat sambungan telpon suara dari Rilian terasa sangat dekat dan jelas.
Suara Husky yang dikeluarkan oleh Rilian membuat Sandi berpikir alangkah halus dan dalam suara yang didengarnya ini.
''... Halo?''
'' ah .. ya, gimana kalau mereka ketemuan?'' saran Sandi
'' ... Bagus ,tapi Zahra itu pemalu , gua nggak yakin dia bisa pergi berdua aja''
'' jadi maksud Lo?'' Sandi pura-pura bodoh
'' ... Gua temenin si Zahra''
Sandi yang yakin Rilian berkata yuk kita temani mereka merasa sedikit kecewa. Tunggu kenapa kecewa? Lalu demi menutupi rasa kecewa yang kecil itu ia pun bertutur begini dengan nada tak setuju
'' Farik bakal mati kutu kalau Lo ikut''
''... Terserah '' jawab Rilian
Sandi diam, terpaksa pikirnya, lalu ia memberi saran lagi,
'' kalau Lo temenin kak Zahra , gua berati harus ikut juga'' jelasnya
'' oh, gua nggak masalah, asal Lo nggak ganggu Zahra aja, gua nggak suka banget tingkah lo, buat sakit kepala''
Tanpa memperdulikan ucapan Rilian sandi kembali mengusulkan pendapat.
'' hari Minggu ketemuan di family Cafe dekat lampu merah dekat sekolah, gimana?''
''.... Gua tanya Zahra jam berapa dia bisa''
Telpon di pungkas, sedangkan sandi yang masih ingin berbicara tersangkut suaranya.
''.. jam... '' sambil menjauhkan hp dari kuping, sandi melihat layar hpnya dengan wajah kebingungan.
''...kenapa nggak buat group line aja ya.. ''
Kemudian sandi duduk dengan tangan menyeka keningnya.