Farik terhenti sebentar, membuatku ikut berhenti. kutiru arah pandangan Farik, segera aku paham bahwa sosok yang di depan cafe Family adalah perempuan yang merebut hatinya.
" Kak Zahra ya?'' panggilku dengan nada ramah
Awalnya, ia melihat ke arahku dengan wajah curiga karena tidak mengenal namun ketika melihat orang yang ada di sampingku, ia memberikan ekspresi yang sama dengan Farik membuatku ikut malu .
Aku memberi kode pada Farik untuk bergerak dan berhenti mematung.
'' loh, kak Rilian mana kak? Nggak bareng? '' tanya ku membuka obrolan
Zahra yang terlihat malu-malu menjawab
'' ia sedang di perjalanan. Kita tunggu sebentar disini ya?'' tawar Zahra
Farik mengangguk-angguk setuju dan aku merasa tingkah Farik tersebut terlihat sangat konyol
'' ah . Oke . Oh ya, hampir lupa, Kenalin kak namaku sandi, sahabatnya FA.RIK. kak.'' ujarku dengan nada yang di pertegas berharap Farik semakin merona.
Aku mengerti sekarang kenapa sahabatku bisa menyukai gadis ini, Zahra sangatlah imut. Rambutnya panjang sepunggung berwarna coklat gelap, matanya sedikit sipit dengan bulu mata yang lentik ia terlihat seperti bayi. Dengan menggunakan dress berwarna merah muda yang lembut, dengan sepatu dengan hak rendah. Menambahkan sisi feminim gadis ini. Semua sangat cocok dengan kriteria tipe ideal Farik.
" Salam kenal kak," aku menjulurkan tanganku
Plak, sesuatu melesat memukul tanganku membuatku menarik kembali lengan yang sudah terjulur itu.
Kali ini aku terperangah akan sesuatu yang lebih mengagetkan dari memenangkan lotre.
'' oh. Kalian rupanya!'' bersama wajah lega, ia mengurangi kewaspadaannya.
Wajah gadis itu sedikit merah, napasnya kurang teratur, layaknya seseorang yang sudah berlari kencang. Penampilannya terlihat sangat keren. Terutama kalung dan cincin yang ia pakai, ia melepas topinya sebentar mengipas dirinya dengan lidah topi ,mengatur napasnya, setelah itu kembali memasang topi.
Kami diam beberapa saat karena terpesona dengan kecantikan dan aura yang berasal dari Rilian
'' Ri..Rilian! Dasar lelet. Kemana aja sih kok baru muncul'' Sahut Zahra menghancurkan keheningan barusan
'' oh, maaf aku tadi ada urusan sedikit'' jawab Rilian
'' oh, hai Farik!'' Rilian menyapa Farik dengan senyum tipis
'' hai kak!'' Farik menjawab bak anak Paskibraka membuat Zahra menyembunyikan senyum
Mengetahui respon Zahra, aku dan Rilian menoleh ke arahnya.
'' ehem, yuk masuk'' ajak sandi
Mereka bertiga menurut. Farik dan Zahra'' telihat gugup sedangkan Rilian terlihat biasa meski ia tak melepaskan pandangan ke arah keduanya sedangkan aku yang menyadari itu sedikit khawatir terjadi sesuatu.
Kami memilih tempat duduk pada posisi paling tengah sebelah kanan, cafe ini menyusun tempat duduk menjadi dua bagian yaitu pada kanan dan kiri cafe.
Masing-masing tempat duduk bersebelakangan dengan yang lain, terdapat celah berupa dinding berbahan tripleks tebal yang mana dimaksudkan untuk memberikan privasi saat makan atau minum dan mengobrol di cafe Family. Tempat memesan atau kasir berada tidak jauh dari pintu masuk. Pemesanan terlebih dahulu dilakukan sebelum dapat masuk ke dalam cafe.
Aku duduk disebelah kiri farik, berhadapan dengan Rilian yang duduk di dekat Zahra.
Zahra dan Farik, kedua orang yang saling membendung perasaan kagum itu nampak menunjukan keinginan untuk mengenal lebih dalam. Siapapun yang melihat rona dan gugup pada wajah mereka akan mengulum senyum.
Aku bisa mengerti keinginan itu, kupandang keduanya yang berusaha mengobrol meski terlihat tidak seru namun bagi mereka itu sangat mendebarkan.
Seseorang melihat kedua insan jatuh cinta tersebut dengan penuh tatapan tajam yang membara, mengetahui perilaku Rilian yang begitu, Sandi berusaha mengabaikannya.
'' Farik''
'' kak Zahra''
Mereka saling memanggil nama di waktu yang Masih. Mereka bertatapan lalu tertunduk malu.
'' sudah, kubilang panggil saja aku Zahra. Rik..''
Tatapan Rilian semakin meruncing.
setelah mengatur rasa malu karena kejadian barusan mereka kembali memulai obrolan.
Rilian sudah membuka mulut sudah ada hal yang ingin dikatakan olehnya, namun tampaknya ia menunda dengan menyumpal mulutnya dengan minum. Matanya menjadi sayu menunjukan bahasannya ia terluka dikarenakan keakraban mereka berdua, jujur Sandi juga merasa berada disana tidak berpengaruh besar dengan perkembangan hubungan keduanya.
Rilian meneguk minuman yang dipesan tadi menjadi tiga bagian, sesudah membasahi tenggorokan, ia menaikan alis sehingga menjadikan penglihatannya naik dan luas.
'' Farik, kamu kok bisa kenal Zahra'' tanya Rilian
Melihat tindakan bak mode cermin yang dilakukan Rilian membuat Sandi terkekeh karena merasa kasian sekaligus terpukau. Sandi memotong start bagi Farik untuk menjawab
" Mereka kenal saat Eskul kak, Ri.. Lian'' jelas Sandi singkat dan padat
"Oh.. '' jawab Rilian lebih singkat dari cerita Sandi
Sebab sudah direspon begitu singkat oleh Rilian, Farik berpikir untuk tidak menjelaskan cerita versi dirinya. Zahra melihat ke arah Rilian tanpa kepikiran apapun, ia tidak mengerti petunjuk yang terselubung dalam sikap Rilian. Zahra kembali mengajak Farik untuk berbincang dengannya, sesekali ia juga berbicara dengan Rilian dan Sandi.
Sandi melihat ke arah Rilian, segera Rilian menyadarinya.
''.. apa?'' tanya Rilian
Sandi menjawab dengan sepotong senyum yang cepat menghilang. Keduanya sedang malas berpura-pira berwajah manis. Berkat tingkah Sandi, Rilian semakin merasa runyam untuk bersikap biasa.
Rilian kembali mengambil gelas tempat minuman miliknya, meminumnya seteguk lalu meletakkannya kembali. ia kemudian berdiri tanpa aba-aba.
'' Zahra, Farik , aku pulang ya, kepalaku sakit'' jelas Rilian
'' eh .. kamu sakit?'' tanya Zahra,ia turut berdiri mengikuti Rilian
'' Kak Rilian mau pulang ?'' Farik merasa bingung tanpa berpikir juga turut berdiri.
Aku menatap kearah wajah yang di sembunyikan oleh topi itu , Zahra dan Farik tidak dapat melihat ekspresi yang dimilki Rilian sekarang karena ikut berdiri ditambah tubuh mereka berdua lebih tinggi sehingga yang mereka perhatikan hanya kepala Rilian yang menunduk, aku yang tetap duduk dapat melihat hal ini dengan jelas. itu wajah cemburu.
Tanpa menjawab sederet pertanyaan, ia kemudian bergegas pergi dengan langkah cepat. Zahra yang tak sempat menggaet lengan yang menjauh itu, memanggil Nama Rilian demi mencegah sahabatnya untuk pergi.Farik makin gelisah dan Sandi menutuskan untuk menyusul gadis perusak suasana tersebut.
'' gua susul Rilian, Lo sama Zahra lanjutin aja rencana awal, dah''
Sandi memutar tubuhnya karena kelupaan sesuatu.
'' Rik, semoga sukses ya!'' kemudian Sandi meninggalkan cafe.
Farik mengangguk, Zahra merasa tak enak bersiap mengikuti Rilian namun ditahan oleh Farik.
'' kak, ada yang mau kukatakan'' ucap Farik dengan wajah merah Zahra pun menyadari maksud Farik membalas Permintaan Farik dengan sebuah anggukan pelan.
Sandi telah keluar cafe, sandi menoleh ke kanan dan ke kiri menebak arah perjalanan Rilian, untungnya karena Rilian belum jauh berjalan, Sandi dapat menemukan perempuan yang diselimuti rasa murung tersebut melangkah.
Sedetik sebelum menyusul, terlintas dalam pikiran Sandi
'' kenapa gua harus capek-capek ngurus perasaan nih cewek?''
Saat mengejar sosok kecil itu, Sandi merasa bahwa hal yang dilakukan olehnya ini sama sekali tidak ada berguna baginya.
'' Woi Rilian!, Tunggu! Oi!'' teriak Sandi berharap Langkah gadis itu terhenti, sebenarnya untuk ukuran Rilian gadis itu cukup lincah.
Pergerakan gadis bertopi putih terhenti, ia menoleh dengan wajah kecewa.mungkin karena Sandi yang menyusul. Rilian kembali pada rencanannya untuk menghilang.
'' STOP!'' sandi berhasil menyusul
Wajah Rilian terlihat sangat malas melayani Ucapan Sandi, namun ia tetap mendengarkan.
'' apaan sih Lo, kata mau bantu Zahra kok malah pergi dengan alasan klise gitu, kelihatan banget Lo lagi bete'' Sandi berbicara tanpa penyaring, ia tau bahasan ini menyinggung namun tiap kekeliruan harus tetap dijelaskan.
Tidak menyambung dengan pertanyaan Rilian malah menjawab pertanyaan Sandi dengan pertanyaan sekaligus membuang kekesalannya.
'' Lo kenapa susul gua?,kepala gua sakit , gua mau pulang. Sana pergi!'' ujar Rilian sambil memegang kepalanya.
''.... ''
Sandi sulit berkata-kata, dia merasa seharusnya tidak membalas ucapan absurd Rilian tapi ia jadi ikut kesal.
'' yang sakit kepala Lo atau hati Lo nih?'' sindir Sandi, Rilian terdiam.
Sandi mendekati tubuh kecil itu, menarik topi yang menutupi wajahnya, Rilian berusaha merebut kembali namun karena tinggi mereka yang jauh Rilian berhenti berusaha.
'' hei..'' Sandi berharap Rilian Melihat kearahnya dan itu berhasil berkat perampasan Topi itu.
'' apa?'' tanya Rilian dengan nada kesal
'' Sandi dan Zahra kayaknya bakalan jadian hari ini, berati peran Lo udah selesai untuk bantu dia, sebenarnya emang nggak bakalan sulit soalnya mereka udah saling suka''
Rilian diam saja, Sandi menekuk lututnya sedikit, memeriksa keadaan Rilian.
'' Lo tau, berita Lo belok udah nyebar di beberapa kelas X, dan beberapa nuduh sahabat Lo itu patner lo'' ujar Sandi bohong
Rilian bergerak semakin dekat ke arah Sandi, memegang lengan baju,naik ke dada lebih dekat ke kerah lalu mencekram kerah baju laki-laki tersebut dengan kuat sehingga membuat sandi kaget karena tertarik ke bawah. Wajah mereka sejajar.
'' gua nggak peduli yang orang bilang soal gua apapun itu, tapi kalau udah melibatkan Zahra, jangan harap gua bakal diam..'' kata Rilian dengan tatapan benci dan bernada mengancam kemudian mendorong sedikit tubuh Sandi meninggalkan Sandi yang mematung
'' he.. hei! Gua tau cara biar Zahra nggak digosipin lagi, ini bukan buat nolong Lo atau Zahra loh, gua.. cuman, mikirin Sahabat gua... gimana perasaannnya kalau tau berita ini! Kalau cewek yang dia suka ... '' teriak Sandi tidak terselesaikan
Rilian diam
'' Lo jadi pacar gua aja'' teriak Sandi lagi
Rilian tersenyum tipis lalu berkata begini
'' emang Lo bisa pacaran meski nggak suka?''
Sandi diam. Lalu menggeleng, Rilian mengangguk memutar arah lalu pergi menjauh.
" Gua kenapa sih'' ucap Sandi menyesali perbuatannya