Chereads / Gelombang Ombak (waves) / Chapter 3 - SWEET AND BITTER (3)

Chapter 3 - SWEET AND BITTER (3)

Angin pantai mengenai wajahku, dapat kurasakan angin mengaduk-aduk rambutku sesukanya. Diantara banyak angin itu, beberapa angin masuk kedalam telingaku ada perasaan geli, namun tidak menganggu.

Kuperhatikan keindahan pantai ,beberapa saat kurasakan sesuatu mengamit tanganku, sontak aku melihat ke belakang sosok perempuan yang memiliki rambut berwarna kemerahan yang kukenal.

" Oh, hei... ''

Gadis yang mungil ini dimataku ini, hanya menjawab dengan sepotong senyum. Alangkah baiknya jika dia jawab dengan iya atau anggukan bukan dengan senyuman. Sudah kujelaskan sebelumnya bukan? Senyum gadis ini cantik dan manis. Siapapun yang melihat kuyakin akan senang melihatnya.

Genggaman tangan Rilian semakin kuat, membuat sandi yang tadi melamun kembali kaget.

'' tunggu, apa yang kau lakukan?!'' Sandi merasa malu

pemuda yang awalnya tenang menyadari sentuhan dari perempuan yang membuat jantungnya kacau tentu saja membuatnya panik, karena panik ia pun menghempaskan tangan gadis itu.

PLAK

'' wah.. maaf! aku menepis tanganmu terlalu kuat''

Mendapat perlakuan demikian wajah Rilian terlihat sedih. Alisnya mulai mengkerut, senyumnya menghilang karena ujung mulut tertarik kebawah. Ia siap menangis.

'' hm.. Shift... Kenapa semua anak laki-laki kasar padaku.. mereka mendekatiku karena menganggap aku perlombaan yang harus di menangkan '' Rilian meletakan punggung tangan, menahan air matanya yang mulai menetes.

Sandi merasa bersalah lalu menjadi menyesal. Ia berharap bisa menjelaskan tapi sandi tak tau mulai dari mana.

''.... karena inilah aku benci laki-laki'' Rilian melangkah pergi

Sandi yang mencoba mengejar, tiba-tiba tak bisa menggerakkan tubuhnya, sosok Rilian pun semakin jauh.

'' tunggu, tunggu .. tunggu ! Jangan berpikiran begitu''

Sandi menoleh ke arah kakinya, penasaran kenapa kakinya sulit digerakkan, Ia melihat ada rantai menjeratnya. Sandi menarik kakinya kuat-kuat namun rantai itu semakin kuat pula menjerat.

'' Ngh... Ngh... Ah.. Tunggu!''

Dian mematung di depan pintu kamar sandi, ia mendengar suara aneh dari kamar kakaknya.

Dian yang awalnya diperintahkan ibunya untuk membangunkan kakaknya, mendengar suara yang demikian itu mengempalkan tinju lalu memukul pintu kamar kakaknya sekuatnya.

BRAK BRAK...

'' BANGUN DONG! NGAPAIN SIH.. " teriak Dian

'' .... iya...'' jawaban dari dalam kamar

'' buka pintu ini dulu'' Dian ingin memastikan kondisi kakaknya

Pintu di buka, wajah sandi menyambut

'' terima kasih telah membangunkanku Adikku tercinta'' sambil terengah-engah wajah sandi terlihat kelelahan

'' disgusting'' pikiran Dian kemana-mana

Kemudian Dian pergi menuruni tangga dengan wajah sangat terganggu.

'' lakuin pas lagi sendiri di rumah dong, dasar mesum'' tuduh Dian

Tanpa membalas tuduhan adiknya,

Sandi tertunduk lesu

'' ah.. gila gua. Mimpi apaan coba'' ucap sandi lirih sambil menutup wajahnya dengan telapak tangan.

..........

07: 03 WIB

Dari sebuah rumah berukuran 4x4 meter, terdengar bunyi dering hp memanggil, rupanya dari hp milik Rilian. Rilian yang sudah siap sedari tadi, menunggu jam menunjukan pukul 07:15.

Rilian berangkat pukul segitu karena tak ingin menunggu lama waktu masuk kelas, kecuali hari ia piket dia akan datang lebih segera. Tangannya mencapai benda itu, kemudian menerima panggilan tersebut.

Ternyata Zahra yang menelpon

" Halo?"

'' halo, Lian hari ini bisa nggak kamu datang ke rumah aku bentar, aku nggak bisa masuk.. ''

'' kamu sakit?'' tanya Rilian dengan nada khawatir

'' hari ini aku ada pemeriksaan sama rehabilitasi, nanti tolong ambil surat keterangan dokternya di posku ya, kuletakan di sana, dah ya aku mau pergi ni''

Tut...

Belum sempat Rilian membalas ucapan. Zahra, pembicaraan itu terlesaikan.

'' ... Oke..hati-hati '' Rilian menjadi murung

Menyadari sosoknya yang berekspresi demikian terpantul oleh cermin Rilian segera memperbaiki mimik wajahnya.

Setelah mengambil tas dan memasang sepatu ia segera menuju rumah Zahra bersama sepedanya, untuk mencapai sampai ke rumah Zahra butuh waktu sekitar 5 menit, lalu karena sekolah dan rumah zahra berbeda arah maka menjadi 15 menit.

...........

Istirahat kedua di hari Kamis, setelah mengetahui sosok yang disukai Zahra adalah adik kelas, maka ia pun menuju ke lantai 5.

Menaiki tangga langkah demi langkah. Rilian tidak memakai lift sekolah karena tidak suka di dalam Lift.

Saat sampai di lantai 4, ia harus melewati beberapa kelas. lantai ini adalah lantai kelas tahun kedua. Diantara yang berpapasan dengan Rilian, rupanya tau tentang rumor yang menempel padanya.

'' Cantik, tapi sayang belok''

Ujar salah satu murid laki-laki di lantai 4 tersebut

Mereka berbisik-bisik, kadang diselingi cacian, ada pula yang melihat dengan wajah tak percaya dan adapula yang marah dan jijik.

Rilian hanya melirik ke arah mereka lalu tersenyum tipis tanpa kehilangan kepercayaan diri.

'' wah lihat gayanya , huek..'' ujar salah satu anak perempuan dilantai 4 dengan gestur merendahkan

Rilian sampai di lantai 5, pandangan menjadi berbeda kali ini, pasalnya anak-anak kelas satu atau X ini baru masuk selama 3 bulan, sehingga banyak yang belum tau rumor buruk tentang Rilian.

Kali ini perhatian orang menuju kearah Rilian karena kecantikannya, bukan karena berita buruk yang melekat padanya.

'' halo,, hai, anak baru ya, namamu siapa?'' tanya anak laki-laki yang ditemani temannya nampak mencoba mendekati Rilian

Tanpa berucap apa-apa Rilian memberikan instruksi untuk melihat lambang kelas di bahunya.

'' wah . Kakak kelas.. '' mereka yang tadi berniat menggoda sekarang tidak percaya diri.

Rilian yang mengetahui bahwa anak laki-laki ini mencoba mengganggu gadis yang menarik perhatiannya menjadi canggung karena tidak terbiasa, tanpa sadar tersenyum sehingga nampak begitu bercahaya, membuat kedua anak kelas X itu terpaku.

'' kakak cantik ya''

Rilian hanya mengangguk kemudian mendekat ke arah mereka.

'' kenal yang namanya farik?"

Keduanya saling menoleh lalu diantaranya mencoba menjawab.

'' yang kelas F bukan ?'' tanyanya kepada teman disebelah untuk memastikan

'' iya... Yang bareng sandi itu loh'' Klarifikasi selesai

Rilian yang menyimak, kemudian sekali lagi tersenyum ke arah mereka

'' terima kasih dek'' keduanya kembali terpesona dengan senyum itu. Rilian kemudian melewati keduanya.

...........

Sandi benar-benar kepikiran pasal mimpinya tadi pagi, karena cemas ia jadi sering ke toilet.

Sandi berjalan pelan-pelan bersama dengan tangan yang dingin, sandi kembali menuju kelasnya untuk beristirahat di bangkunya. Sandi tak memilih UKS karena ini bukan sakit perut karena diare atau masuk angin.

Matanya membelalak. Hatinya yang menyesal kini semakin parah.

Matanya kini berfokus dengan gadis yang berada di depan kelasnya.

'' Rilian, ya kan? Kenapa dia disini??!''

Kini sandi semakin khawatir, sebab sahabatnya sekarang bertemu dengan gadis yang membuatnya kepikiran seharian.

Belum sempat keduanya berinteraksi, layaknya peluru yang ditembakkan dengan sigap Sandi berlari menuju keduanya dalam hitungan detik.

'' Lo .. Lo kenapa disini?'' tanya sandi waspada dengan napas putus-putus.

Farik yang tidak tau menahu, kebingungan memilih diam.

Rilian yang kaget dengan kemunculan Sandi yang terlalu tiba-tiba menatap tajam kearah Sandi.

Setelah rasa kaget, Rilian menyadari bahwa orang yang datang tanpa berita ini adalah orang sama pada tempo yang lewat.

'' .... Berisik. Gua nggak ad urusan juga sama lo'' ujarnya sambil menatap sinis ke arah Sandi

'' ternyata Lo anak kelas 1'' tambahnya.

Sandi merasa aneh.

Merasa tak perlu mengubris kehadiran Sandi, Rilian kembali fokus dengan urusannya.

'' Namamu Farik kan, namaku Rilian. Kau kenal dengan Zahra?aku sahabatnya '' Rilian memastikan ketertarikan Farik terhadap Zahra.

Farik yang diam mendengar nama Zahra dengan senyum yang mekar penuh makna menjawab keras

'' ya kak nama saya Farik, saya kenal dengan kak Zahra.. ''

Rilian langsung paham detik itu bahwa sahabatnya dengan pemuda ini memiliki kecenderungan satu sama lain.

Ada perasaan yang menyengat hati Rilian sehingga nampak sedikit kekhawatiran bersamaan dengan rasa lega pada wajahnya.

'' helo, apa gua transparan?'' Sandi merasa kesal

Farik menoleh kearah sandi, memberi isyarat kepadanya untuk bersikap sopan.

Tapi, tentunya Sandi tidak dapat mengerti sinyal itu.

Rilian tetap mengabaikan kehadiran Sandi.

'' jadi Farik, boleh minta nomor WA atau LINE ?''

'' NGGAK!'' sanggah Sandi

Rilian yang sedari tadi berusaha sabar dengan sikap menyebabkan Sandi mulia terpancing.

'' Lo bisa pergi nggak? Gua nggak ada urusan sama Lo,, dan Gua malas ngelihat muka Lo, sana pergi'' usir Rilian

" Pardon? Dengar ya, segala urusan Farik jadi urusan gua juga tau''

'' hah? Sejak kapan.. '' Farik menimpal

Sandi mengeluarkan hari telunjuknya menyuruh Farik untuk tidak berkomentar.

'' ..... ''

'' Dari pada Farik yang Kasih WA atau LINE nya sama Lo. Bukankah lebih baik Lo yang kasih WA atau LINE nya Kak Zahra sama Farik, biar dia yang ngehubungi Kak Zahra. Cowok la yang harus ngehubungi cewek duluan'' Sandi Ribut

Suasana yang mulai riuh membuat orang bertanya-tanya, membuat Rilian merasa harus pergi. Dilain sisi ia tak menyetujui ide Sandi karena ia tak mau sembarangan informasi temannya.

"..... ''

'' San lo kenapa sih?'' Farik merasa tidak setuju dengan sikap yang ditunjukan Sandi.

Sandi yang sedari awal menunjukan sikap kasar kepada Rilian juga merasa aneh. merasa kesal tanpa tau penyebabnya.

Rilian yang dipersulit akhirnya merasa dongkol, ia mengambil buku saku dan sebuah pena dalam kantong roknya, menuliskan sesuatu di sana, lalu merobeknya secara kasar.

'' gua juga belum percaya sama kalian, Mana mungkin gua asal kasih nomor sahabat gua. NIH! Kalau mau tanya soal Zahra , lewat gua dulu'' sahut Rilian dengan mata sinis ke arah Sandi.

'' tangan '' perintah Gadis itu kepada Farik

'' oh .nih'' Farik membuka telapak tangannya bagai orang minta-minta, kertas itu diberikan baik-baik kepada Farik.

Farik menerimanya, tanpa basa basi Rilian memutar tubuhnya lalu pergi menjauh tanpa menoleh.

Farik masih memproses , sedangkan Sandi langsung menerkam kertas tersebut dari tangan Farik yang terbuka lebar.

'' Hei! Sini..'' Farik mencoba mengambil kertas itu kembali

'' ingat! gua udah janji ke elo kalau gua bakal bantu Lo deketin kak Zahra, jadi biar gua yang urus''

Farik yang tidak ingin melukai harga diri Sahabatnya itu membiarkan kertas itu di ambil.

'' haah.. Lo napa sih? Suka banget ngesusahin diri, kan udah dapat nomor yang bisa ngehubungin gua sama Zahra, berarti tinggal gua aja yang harus usaha buat deketin Zahra'' jelas Farik berharap Sandi mengerti

Tanpa menjawab, Sandi melewati Farik lalu pergi kedalam kelas.

'' ugh.. bocah gila! nyesal gua minta tolong'' keluh Farik sambil mengacak rambutnya.