Chereads / Serial Killer (A - Accident) / Chapter 27 - Dua Puluh Enam.

Chapter 27 - Dua Puluh Enam.

Seperti yang Iwata perkirakan, bom yang ditujukan ke Laka Lantas Polresta Selatan adalah jebakan, pengalih perhatian. Meski bom yang dikirim itu aktif, tapi daya ledaknya kecil. Bahkan tidak cukup untuk membuat lalat mati mengenaskan.

"Apa, apa yang anak itu rencanakan? Cepat bilang!" Haikal masuk ke ruangan Anugrah dan mencengkram kerah bajunya. Ia sudah cukup bersabar selama ini, tapi tidak juga ada keterangan yang Anugrah berikan, yang berisi petunjuk penting.

"Haikal!" Ketua tim menekan suaranya.

Tidak ingin membantah, Haikal melepaskan cengkramannya dengan kasar.

"Saya tidak tahu. Saya tidak pernah melihat isi naskahnya," aku Anugrah "Tapi... ada kendaraan yang belum digunakan sama sekali sampai sekarang."

Ketua tim dan Haikal mulai tertarik. Mereka menggali pernyataan Anugrah lebih lanjut. Tapi selain di mana kendaraan itu di tempatkan, tidak ada keterangan lebih lanjut yang bisa mereka dapatkan.

Anugrah bilang hanya pernah mendengarnya satu kali. Itu pun pembicaraan yang tanpa sengaja, karena setelah itu adiknya tidak pernah lagi mengungkit masalah kendaraan itu.

Pernyataan Anugrah masih tidak banyak membantu. Hanya satu hal yang pasti, kendaraan yang Anugrah maksud adalah kendaraan yang akan digunakan untuk rencana balas dendam selanjutnya, atau mungkin telah digunakan saat ini.

Ketua tim mengintruksikan Haikal untuk pergi memeriksa ke tempat di mana kendaraan itu disimpan. Barangkali ada petunjuk yang bisa ditemukan.

Rekaman percakapan Ken dan Dani di telepon telah selesai Huda analisa. Suara sayup-sayup yang terdengar antara backsound dan percakapan Ken adalah suara air mengalir. Seperti sungai dengan arus yang deras. Sayup-sayup suara angin yang cukup sering berembus juga terdengar, menandakan cuaca di sekitar daerah tempat itu sedang berangin.

Tindakan inisiatif Ken sangat membantu. Kepolisian bisa dengan cepat melacak keberadaan Dani karenanya. Seperti berita yang beredar, kemampuan dan ketelitian Ken ternyata memang dapat diandalkan. Meskipun ia seorang pemula, dan meski ia seorang bocah yang mudah marah, dan mudah tersinggung.

Setelah berkordinasi dengan BMKG untuk mendapatkan perkiraan tempat-tempat dengan intensitas embusan angin yang serupa, beberapa tempat di banyak titik dikatakan cocok. Dari titik-titik itu, dicari lagi tempat mana yang memiliki sungai dengan arus deras. Hasilnya ditemukan 3 tempat.

Segera tim dibagi dan bergerak secara terpisah.

Di tempat lain, Haikal telah sampai di alamat yang Anugrah sebutkan. Tempat itu kosong sekarang, tapi benar pernah ada kendaraan berat dan besar yang terparkir. Terlihat dari jejak ban yang ditinggalkan.

Dengan tidak ditemukan kendaraan berat yang Anugrah maksud, membuktikan dengan jelas bahwa balas dendam jilid empat dan lima sedang berlangsung. Dengan kendaraan semacam itu, Dani bisa membunuh semuanya sekaligus.

Semoga mereka tidak terlambat, semoga mereka bisa menyelamatkan Darwis dan Ramli tepat waktu, Haikal sangat berharap.

Setelah memberi laporan singkat pada Ketua tim, Haikal menyusul tim yang melakukan pencarian.

"Jangan terlambat, tidak boleh terlambat!" Haikal mengucapkannya berulang kali. Ia sangat berharap agar tidak ada lagi yang menjadi korban. Tidak untuk anak-anak muda itu, tidak juga Dani.

Tim dua yang berangkat bersama Iwata adalah para petugas yang menemukan tempat keberadaan Dani dan dua korban yang diculik. Saat menemukan palang tanda jalan sedang ditutup karena ada perbaikan, Iwata semakin yakin mereka berada di tempat yang tepat.

Iwata tertegun. Sebuah mobil sport merah telah terbalik saat tim dua sampai. Beberapa meter di dekatnya ada kendaraan alat berat besar, dan sebuah motor. Seseorang yang terikat di motor meronta-ronta, berusaha melepaskan diri.

"Jangan bergerak!" Seorang petugas memberi peringatan.

Itu Dani. Sepertinya ia sedang memeriksa hasil dari karya seninya. Sedang memastikan keadaan orang yang berada dalam mobil merah.

Menemukan target yang dicari, para petugas segera berpencar ke arah-arah yang berbeda, mengepung Dani. Iwata bergerak mendekat perlahan, selangkah demi selangkah. Senjatanya teracung. Tatapan matanya yang tajam awas.

"Jangan bergerak!" Sadar Dani melakukan gerakan mencurigakan Iwata kembali mengulang peringatan. "Jika tidak ingin tertembak jangan bergerak!" tegasnya.

Dani mengangkat tangannya ke atas. Terlihat menurut bak anak manis, tapi tatapannya terus tertuju ke arah sungai yang mengalir deras. Dibanding tertangkap, mungkin ia lebih memilih hanyut, meski setelah hanyut tidak mungkin lagi bisa selamat.

Dor!!!

Iwata benar-benar melepaskan tembakannya. Dani berlari ke arah sungai, ia benar-benar berniat melompat.

"Kali ini saya akan benar-benar menembakmu kalau kamu tidak juga berhenti." Kalimat Iwata semakin tegas, melambangkan keseriusan dalam kata-katanya.

Dani menyeringai. Beruntung tembakan yang Iwata lepaskan hanya diarahkan ke aspal. Dani yang spontan menunduk setelah mendengar suara tembakan, membuat rencana bunuh diri dengan melompat ke dalam sungai gagal.

Haikal, Huda, dan Ken datang saat Dani sudah ditangkap. Medis pun segera datang untuk memberi pertolongan kepada Darwis Edi yang berada dalam mobil merah. Tubuhnya dipenuhi luka lecet, keningnya juga terus mengeluarkan darah. Meski nafas dan denyut nadinya lemah, Darwis masih bisa bertahan.

Ken mendekat ke arah Dani yang di kawal untuk masuk ke dalam mobil patroli. Tatapan Ken tajam, giginya bergemeletuk geram, tinju terkepal kuat. Tidak butuh waktu lama setelah berdiri di depan Dani, ia menghantamkan tinjunya.

"Apa yang kamu pikirkan sampai melakukan hal paling bodoh seperti ini!" Ken menyalak dengan keras. Tidak peduli ada banyak mata yang melihatnya. "Bagaimana perasaan ayahmu saat tahu? Pada akhirnya dialah yang benar-benar ditinggalkan seluruh keluarga. Bukannya kerja kerasnya selama ini untukmu?!"

Kesedihan dan rasa kecewa Ken menumpuk di kelopak matanya. Meski seperti itu, meski menunggu, tetap tidak ada air yang tumpah.

"Polisi mana boleh main pukul sembarangan," Dani menimpali dengan tatapan teralihkan.

"Aku bukan polisi, aku temanmu bego!" Ken semakin geram. Ia menarik kerah baju Dani dan siap melemparkan pukulan sekali lagi. "Sial! Kamu bahkan memanfaatku untuk membuat alibi di pembunuhan kedua."

"Justru karena kita teman, aku jadi membebankanmu tugas penting." Dani masih berbicara dengan nada tanpa beban.

Ken yang semakin kesal sudah siap menonjok wajah Dani untuk kedua kalinya.

"Sudah, sudah," Haikal menahan. "Tolong, bawa dia!" tambahnya berbicara pada pada petugas yang ada di samping Dani.

"Biarkan aku pukul dia sekali lagi. Kenapa ada manusia sebodoh itu, aku kesal sekali!" Ken berjingkrak-jingkrak kesal.

Menghadapi emosi Ken yang meluap-luap, Haikal hanya bisa menepuk-nepuk bahunya sembari mengangguk mengerti.

Langkah Dani berhenti setelah meninggalkan Ken beberapa langkah. Mendadak berhenti membuat petugas yang mengawalnya juga ikut berhenti.

"Kalau sempat ambil sesuatu di rumahku. Ada kado ulang tahun dari Tuan Putri." Dani berbicara tanpa menoleh ke belakang.

Ken mendadak tenang.

Setelah menyapaikan apa yang perlu disampaikan, Dani masuk ke dalam mobil patroli. Bersiap menerima kalkulasi perbuatannya dan membayar semua.

***