Chapter 3 - Dua.

Seorang pemuda berlari meninggalkan sebuah bangunan terbengkalai yang digunakan sebagai sarang burung walet. Langkahnya cepat dan sesekali melihat ke belakang, memastikan keadaan aman. Tidak ada yang mengejar atau siapa pun yang membuntut di belakangnya.

Saat ia merasa lengah, sebuah mobil melaju ke arahnya dan –brak – tabrakan maut pun tak lagi terhindarkan.

Tubuhnya terempar ke atas mobil, berguling, kemudian jatuh ke aspal. Tanpa berhenti untuk melihat keadaan korban yang sudah ditabrak, pengendara mobil justru melarikan diri dengan menaikkan kecepatan kendaraannya.

Darah segar keluar dari kepalanya, luka-luka lecet karena bergesekan dengan aspal juga membuat rasa sakit yang teramat. Tapi nyawanya masih tersisa meski putus-putus. Jantungnya masih berdetak.

Menurut artikel Republika.co.id November 2014 yang pernah beredar, mengutip data yang pernah dikeluarkan Badan Kesehatan Dunia WHO, Indonesia menempati urutan kelima dalam jumlah kematian terbanyak akibat kecelakaan lalu lintas. Sementara dalam peningkatan kecelakaan menempati urutan pertama.

Lain lagi yang tertera di halaman BIN.go.id pada Maret 2013. Disebutkan di sana bahwa kecelakaan lalu lintas dinilai sebagai pembunuh terbesar ketiga di bawah penyakit jantung koroner dan TBC, dengan korbannya berada di usia produktif yakni 22-50 tahun.

Di negara berkembang sendiri, menurut data yang dikeluarkan oleh Global Burden dari The Washington Post, kecelakaan lalu lintas termasuk lima besar penyebab utama kematian di dunia melampaui HIV/Aids, Malaria, TBC, dan penyakit pembunuh lainnya.

Pagi menyapa dengan cepat. Malu-malu sang mentari menyapu embun yang membasahi dedaunan. Jalan-jalan masih melegang sepi. Baru satu jam berlalu semenjak azan subuh berkumandang. Setiap orang baru memulai kembali aktifitasnya.

Di sebuah jalan, 500 meter setelah meninggalkan tugu selamat datang, beberapa orang terlihat mulai berkerumun, mendekat satu per satu. Kendaraan yang datang dan pergi ikut menepi dan berhenti sejenak untuk mengetahui apa yang sedang terjadi.

15 menit kemudian sirine dari mobil petugas kepolisian datang, menghambur kerumunan yang berada terlalu dekat dengan TKP.

Seorang pemuda terbujur penuh luka di jalan. Kekakuan yang terdapat di beberapa bagian menandakan pemuda itu telah meninggal saat ditemukan.

Beberapa petugas dari unit Laka Lantas diturunkan untuk mengambil alih tugas, bersama dengan tim Identifikasi dari unit Inafis. Segera mereka mengamankan korban dan TKP. Olah TKP dilakukan dengan cepat namun tetap tidak melewatkan semua detail dan ketelitian yang ada.

Luka-luka khas kecelakaan pada tungkai kaki bagian bawah, bokong, punggung, kepala, dan luka lecet karena kulit bergesekan dengan aspal di bagian tubuh lainnya menandakan korban memang tertabrak kendaraan roda empat.

Selain tidak ditemukan tanda pengenal apa pun yang tertinggal di tubuh korban, hal lain yang mencurigakan adalah ditemukannya memar bekas ikatan di kedua pergelangan tangan dan kaki korban layaknya korban pernah disandera sebelum ini. Luka bekas menggenggam benda tajam juga terdapat di telapaknya.

Para petugas yang menyisir daerah sekitar untuk mencari dompet atau apa pun yang mampu menunjukkan identitas korban, yang mungkin saja terlepar saat korban tertabrak.

Para petugas kemudian menemukan jejak-jejak korban. Jejak-jejak yang membawa penyelidik ke tempat di mana korban sebelumnya pernah berada, pernah disekap.

Penyelidikan terus berlanjut, pencarian terus dilakukan.

Dari beberapa petugas yang berkeliaran, salah satunya diberi tanggung jawab sebagai pemimpin penyelidikan. Ia adalah seorang Kanit yang berpangkat AKP. Rambutnya dipotong pendek, tipis, merata. Penampilannya bersih, rapi dari ujung rambut sampai ujung sepatu pantofelnya yang menandakan ia adalah seorang perfeksionis. Ada kumis tipis di bawah hidung elangnya. Tatapannya awas, meneliti setiap hal yang ada di sekitarnya.

Sebuah bangunan bertingkat yang bagian atasnya digunakan sebagai sarang walet, merupakan satu-satunya bagunan terdekat dari TKP.

Tanda-tanda pernah terjadi penyekapan terlihat dari kursi kayu yang roboh, dan tali-tali bekas ikatan yang masih tertinggal di tempat itu, juga pecahan botol kaca. Tanda-tanda yang terlihat juga menunjukkan bahwa penyekapan yang terjadi baru. Jejak-jejak yang masih segar.

Dugaan awal, korban yang berhasil melarikan diri setelah disekap tidak berhati-hati saat melintasi jalan dan kecelakaan nahas pun terjadi.

Setelah identitas korban berhasil diketahui, penyelidikan dibagi menjadi dua. Masing-masing memfokuskan pada pencarian pelaku yang melakukan tabrak lari dan pelaku yang melakukan penyekapan. Perburuan saksi mata pun dimulai.

Penyelidikan untuk menemukan pelaku penyekapan lebih diarahkan pada kehidupan pribadi korban. Apa sebelumnya pernah terlibat konflik dengan seseorang, apa ada yang kira-kira menaruh dendam, atau apa sebelumnya tingkah laku korban ada yang berubah aneh. Keterangan yang dikumpulkan lebih ke orang-orang yang mengenal korban.

Sementara pencarian terhadap pelaku tabrak lari, sembari menunggu hasil yang dikeluarkan tim forensik, petugas menelusuri sepanjang jalan menuju TKP. Mencari bukti, serta jejak-jejak lain yang mungkin tertinggal. CCTV swalayan terdekat yang mengarah ke badan jalan arah menuju tempat kecelakaan terjadi pun dikumpulkan.

Menurut hasil pemeriksaan dokter forensik, berdasarkan luka-luka korban ada beberapa hal yang bisa dideskripsikan seperti jenis dan kecepatan mobil saat menabrak, juga bagaimana korban terpelanting kemudian membentur aspal. Dengan berbekal itu pelaku tabrak lari bisa dipersempit. Jenis kendaraan yang tertangkap CCTV pun bisa dipilah.

Para pembuat berita ikut menyebarkan insiden kecelakaan sebagai pelengkap kejadian hari ini yang harus disiarkan. Melalui media elektronik, surat kabar, dan berbagai media sosial, berita mengenai kecelakaan dapat dengan cepat menyebar. Lima jam kemudian seorang pengendara mobil sport menyerahkan diri ke kantor polisi. Ia mengaku sebagai orang yang menabrak korban.

"Orang itu yang tiba-tiba muncul di depan mobil saya," katanya memberi pengakuan dengan suara bergetar. Takut.

Setelah menyebabkan seseorang meninggal, dijadikan tersangka, dan membayangkan akan menghabiskan beberapa waktu yang panjang dalam penjara adalah hal yang benar-benar membuatnya ketakutan hingga seluruh tubuhnya gemetar.

Meski ketakutan hingga gemetar, hal yang terpikirkan di benaknya adalah menyerahkan diri, bukannya kabur. Ia tidak ingin menciptakan kesalahan lain setelah tahu bersalah.

"Ndan, menurut catatan forensik mobil yang menabrak korban, mobil kecil sejenis sedan," seorang petugas berpagkat Bripda memberikan laporannya.

"Tapi disebutkan juga kemungkinan korban tertabrak dua kali."

Anton 32 tahun, seorang pemilik mebel kecil yang baru memulai usahanya. Ia baru saja pulang mengantar pesanan dari kota sebelah ketika itu. Karena mengantuk ia tidak bisa segera mengambil tindakan saat melihat tiba-tiba ada orang berdiri di tengah jalan.

Anton yang terlambat menginjak rem akhirnya menabrak korban yang kemudian terpental ke depan.

Menurut dokter forensik yang bertugas memeriksa tubuh korban, patahnya tulang betis dan tulang kering pada tungkai kiri menandakan korban tertabrak dari arah samping. Tubuh korban kemudian terlempar ke atas sebelum akhirnya jatuh ke aspal.

Memar pada dada dan patahnya tulang rusuk yang tidak masuk dalam hitungan cidera yang biasanya terjadi pada kasus tertabrak mobil dari samping, memunculkan kemungkinan korban tertabrak untuk kedua kalinya. Tertabrak saat korban dalam keadaan setengah berdiri. Sesuai, seperti keterangan yang Anton berikan saat menabrak korban. Tertabrak yang kedua.

"Lapor, Ndan!" seorang petugas memberi hormat "Sedan jenis Toyota yang dicurigai sebagai mobil yang menabrak korban karena tertangkap CCTV ditemukan."

"Bagus! Segera panggil pengemudinya untuk diajukan pertanyaan."

"Mobil tersebut masuk dalam daftar barang hilang, Ndan. Pemiliknya sudah membuat laporan kehilangan sejak kemarin sore."

Kelegaan ketua unit yang memimpin penyelidikan tampaknya terlalu dini. Tapi sejam kemudian laporan dari tim pencarian berhasil menemukan sedan jenis Toyota yang dimaksud, yang berusaha disembunyikan di semak-semak jalan poros, perjalanan yang menghabiskan waktu sekitar satu jam untuk ke luar kota.

Tim identifikasi kembali diturunkan.

Tidak ditemukan adanya bercak darah yang mampu tertangkap mata. Jejak yang tertinggal hanyalah kap mobil yang terlihat lebih bersih dibanding bagian lain. Sebelumnya ada sesuatu di tempat itu, kemudian di lap agar tersamarkan.

Kap mobil disemprot dengan Reagensia untuk memastikan. Sinar yang terlihat di tengah tempat gelap menandakan sebelumnya memang ada bercak darah yang tertinggal.

Penyelidikan terus berlanjut. Tapi seteliti apa pun petugas mencari barang bukti dalam mobil, tetap tidak ditemukan apa-apa yang bisa mengarah pada pelaku. Sidik jari sekali pun. Pelaku melakukan pekerjaannya dengan sangat teliti dan bersih untuk sekelas pencuri.

Hari selanjutnya, tim yang bertugas melakukan pencarian terhadap pelaku penyekapan menemukan fakta baru yang mencurigakan.

Bahwa pecahan kaca botol minuman yang berada dalam TKP penyekapan terlihat seolah sengaja diletakkan di sana. Bahwa saat pelaku penyekapan meninggalkan korban, pintu keluar tidak dikunci. Hanya ada ranting kering yang diselipkan di tempat seharusya gembok berada.

Kedua fakta mencurigakan itu memberi kesan bahwa pelaku penyekapan sengaja memberi kesempatan korban untuk melarikan diri.

Kasus yang awalnya hanya diduga sebagai kasus tabrak lari pun semakin pelik.

Benarkah hanya sebatas kasus tabrak lari atau pembunuhan terencana. Benarkah pencuri mobil tidak sengaja menabrak korban karena terburu-buru, takut tertangkap basah saat mencuri atau pelaku pencurian dan pelaku penyekapan adalah orang yang sama.

***