Banyak dari kasus yang terlapor lambat mendapat penanganan, penyelidikan yang berlarut-larut, dan beberapa dari kasus-kasus itu hanya menumpuk berkasnya di atas meja, tidak terselesaikan. Penyebabnya beragam, dari banyaknya jumlah kasus yang harus segera diselesaikan, kurangnya petugas yang membantu proses penyelidikan, atau memang terabaikan karena alasan tertentu.
Kasus-kasus kejahatan yang terabaikan atau tidak segera terselesaikan tersebut membentuk endapannya sendiri. Setelah mengendap beberapa lama, para pelaku yang tidak segera ditangani kembali melakukan kasus serupa, semakin lama jenis kejahatannya semakin meningkat, semakin beragam.
Kasus kejahatan yang semakin meningkat bukan hanya karena hukuman yang diberikan kurang memberi efek jera, tapi juga karena penanganan yang tidak tanggap. Ada terlalu banyak jeda kosong untuk para pelaku merasa aman. Untuk menciptakan lebih banyak cara perlindungan diri. Untuk memulai kejahatan lain.
Memberi keamanan adalah tugas Negara. Untuk itu Presiden mengeluarkan perintah untuk membentuk Tim Khusus sebagai solusi yang diturunkan kepada mentrinya, disampaikan kepada Mabes dan kemudian diteruskan ke Kepolisian Resort dan Sektor. Tim Khusus yang anggotanya terdiri dari 4-5 orang petugas.
Tim khusus ditugaskan untuk menyelidiki kasus-kasus yang memang memerlukan penanganan khusus. Tujuannya agar kepolisian tidak hanya terfokus pada kasus-kasus besar. Agar setiap kasus bisa tertangani dengan adil, agar penindakan bisa secepatnya dilakukan.
"Permisi!" Ken masuk ke sebuah ruangan yang menjadi markas Tim Khusus. "Lapor, Pak! Saya Atmaja Ken yang ditugaskan untuk membantu di Tim Khusus." Ken memberi hormat.
"Oh, jadi ini anak yang sering disebut-sebut itu." Seorang petugas berdiri di depan Ken dengan kedua tangan terlipat di depan dadanya.
Haikal. Ia adalah orang tipe bersahabat sebenarnya, tapi setiap orang yang pertama kali mengenalnya selalu menganggapnya menyebalkan. Teman-teman petugas lain mengenalnya sebagai seorang dengan karakter narsistik. Tingginya 185 senti, rambutnya yang ikal, panjang hingga hampir menutupi seluruh lehernya, diikat ke belakang. Bagian sisi-sisinya yang tidak ikut terikat dibiarkan jatuh. Ikatannya sedikit berantakan, tapi justru memberi kesan keren.
Hidung Ken mengembang. "Siap menerima tugas, Pak!" katanya dengan suara tegas nan lantang.
Haikal memerhatikan penampilan Ken dari ujung rambut sampai jenis sepatu kets yang dikenakannya kemudian mengomentari dengan menggelengkan kepalanya. Kening Ken berkerut.
"Kamu pasti belum mandi!" tebak Haikal.
"Ah, itu... itu..." Merasa tertangkap basah, Ken jadi tergagap.
"Benar, kan? Kamu juga mengenakan pakaian yang sama seperti sebelumnya. Karena kamu bahkan hanya sempat menyisir rambutmu dengan jari, kamu pasti sangat terburu-buru," tambah Haikal.
Lengan panjang kemeja Ken yang kusut menandakan pernah dilipat sebelumnya. Klem celana jeans yang bernoda, bagian lutut yang berbentuk, sampai rambut Ken yang setengah basah, yang menggumpal seruas jari tangan, Haikal memperhatikan semuanya dengan teliti, tidak ingin ada yang terlewat dari pengamatannya.
Haikal, 27 tahun. Ia berasal berasal dari satuan Reskrim unit Kejahatan dengan Kekerasan.
"Tiba-tiba mendapat panggilan tugas bagaimana dia tidak terburu-buru," seorang petugas lain menimpali. "Garis mata hitam, dia pasti baru tidur 1-2 jam. Memar baru di kening kemungkinan jatuh dari ranjang saat berusaha mengangkat telpon."
Iwata, 27 tahun. Seperti halnya Haikal, Iwata juga berasal dari satuan Reskrim. Sebelumnya Iwata di tempatkan di unit Kejahatan dengan Kekerasan Polres, berbeda dengan Haikal yang berada di Polsek.Tapi baru-baru ini Iwata mendapat perintah untuk bergabung dengan unit Reserse Umum.
Ken hanya mendegarkan saja. Ia bahkan tidak sadar kalau keningnya memar.
Kata orang, pemilik rahang dengan bentuk turun, lurus, dan panjang membulat, berpadu dengan mata elang adalah tipe dengan karakter kuat dan optimisme tinggi. Iwata bukan orang yang percaya dengan keberuntungan yang bisa dibaca melalui karakter bentuk wajah, tapi karakter kuat dan optimisme tinggi memang dua sikap yang ia butuhkan untuk bisa menyelesaikan sebuah kasus.
Iwata memiliki rambut tebal. Ia menghabiskan banyak gel untuk membuat rambutnya kaku, kemudian dibelah samping hingga sisi kiri lebih tebal.
"Wah!" Petugas ketiga yang berada dalam ruangan terlihat terkagum-kagum mendengar keterangan tambahan dari Iwata. "Dari mana senior tahu itu memar karena jatuh dari ranjang waktu mengangkat telepon?" tanyanya polos.
Huda, 25 tahun. Berasal dari satuan Reserse juga, unit Resmob.
Huda memiliki wajah imut turunan dari ibunya, dengan bentuk hidung lurus, panjang, dan ujung hidung bulat. Rambutnya undercut dengan gaya spike. Bagian belakangnya diatur agak panjang dan berlapis. Pemilihan gaya rambut dan wajah imut yang dimilikinya membuat Huda terlihat lebih muda dari usianya. Ia adalah satu-satunya petugas pria berwajah imut di unitnya, bahkan di seluruh Polrestabes.
Dibanding menjadi artis atau entertainer, Huda lebih memilih menjadi seorang polisi yang berkali-kali lebih keren, menurutnya. Cita-citanya sejak kecil karena melihat ayah dan tumbuh di lingkungan para petugas-petugas berseragam.
"Saya juga tahu dia begadang semalaman, bermain PS dengan temannya," tambah Iwata. Huda terlihat semakin kagum, sementara Haikal memasang wajah masam tanda ia kalah satu poin dari Iwata.
"Itu karena Bapak mendengar saya merintih kesakitan saat mengangkat telepon, juga ada suara PS yang tidak dimatikan semalaman, dan suara teman saya yang mengomel. Bapak pasti mendengar semuanya dari telepon." Ken ikut angkat bicara tanpa sadar karena melihat dua petugas di depannya sedang pamer kemampuan.
Melihat ketiga petugas yang ada di depannya menatap ke arahnya bersamaan, membuat Ken kembali tertunduk. Merasa lancang, berbicara tidak sopan pada petugas yang lebih senior. "Maaf, Pak."
Haikal tersenyum. "Seperti yang disebut-sebut, dia lumayan juga."
"Saya tahu, saya pernah bekerja dengan dia sekali." Iwata mengingat pertemuan pertamanya dengan Ken.
Hari itu ada seseorang yang meninggal setelah terlibat perkelahian di sebuah rumah makan. Terduga pelaku adalah pemilik rumah makan, orang yang terlibat perkelahian dengan korban. Korban adalah orang yang lebih dulu memancing keributan.
Saksi mata yang berada di TKP menganggap korban sedang mabuk karena langkahnya yang sempoyongan. Tapi saat diperiksa, tidak ada aroma alkohol yang tercium.
Ken datang bersama tim dari unit Inafis untuk melakukan olah TKP, dan berkat kerja sama dari semua pihak, pelaku sebenarnya akhirnya tertangkap. Pelaku yang seorang pencopet, tertangkap basah saat melakukan aksinya. Pelaku kemudian memukul kepala korban hingga terjadi pendarahan di bawah selaput keras otak.
"Selamat bergabung di Tim Khusus," sambut Huda kemudian menepuk bahu Ken.
Dibandingkan dengan Haikal, Iwata, dan Huda, pengalaman Ken kalah jauh. Tapi seperti juga para petugas yang lain, Ken memiliki kelebihan-kelebihannya sendiri. Itu sebabnya ia dipercaya untuk membantu di Tim Khusus. Dengan mengesampingkan alasan lain seperti para petugas senior di unit Inafis masih sibuk dengan tugas mengidentifkasi para korban pesawat jatuh.
Setahun lalu, uji coba Tim Khusus pertama diberlakukan. Pemerintah ingin mengetahui seberapa efektif pembentukan tim sebelum benar-benar menerapkannya secara menyeluruh. Anggotanya adalah AKBP Iryand sebagai ketua tim, Haikal, Iwata, dan Huda. Kasus yang ditangani pun tidak main-main. Sebuah pembunuhan berantai.
Ada 12 korban meninggal selama jeda waktu satu setengah tahun. Kasus yang menguras emosi banyak orang. Beberapa kali kecolongan, harus menghadapi sentimen publik, juga tekanan waktu yang diberikan para atasan. Semua membuat para petugas penyelidik frustrasi.
Kasus pembunuhan berantai dengan menggunakan racun dari tanaman Wolfsbane akhirnya terpecahkan. Ada begitu banyak yang terlibat dalam pembunuhan membuat banyak orang menyayangkan hal tersebut. Mereka tidak bisa mengubah hati siapa pun meski sudah berhasil mengenggamnya.
"Padahal bulan depan saya akan menikah. Saya pikir saya bisa mengambil cuti lebih awal, nyatanya takdir selalu memberikan kejutan tak terduga," keluh Iwata.
"Dipilih lagi untuk masuk di Tim Khusus itu sebuah kebanggaan, seharusnya kamu senang bukannya mengeluh," sahut Haikal.
"Saya tahu. Cuma waktunya saja yang kurang tepat."
"Sejak kapan kasus datang pilih-pilih waktu tepat dan tidak tepat dalam kalendermu," sindir Haikal.
Iwata hanya mendesis, tidak lagi menanggapi komentar-komentar Haikal. Ia sedang tidak berniat untuk meladeni Haikal berdebat.
Ken senyum-senyum kecil. Bukan tanpa sebab. Hanya melihat dua petugas di depannya, ia merasa seperti sedang melihat dirinya sendiri dan Dani. Mereka patner, tapi masih sering mendebatkan hal-hal yang tidak penting. Masih merasa harus saling mengalahkan dan masih tidak terima jika orang lain yang lebih baik.
Ketua tim datang lebih lambat dari waktu yang dijanjikan untuk berkumpul. Ken berpikir seharusnya ia bisa tidur sepuluh menit lagi atau setidaknya mandi dan memilih pakaian yang lebih baik agar tidak dipermalukan oleh kalimat Haikal yang menangkap basah dirinya yang jorok. Ken berjanji mulai detik ini ia akan rutin mandi setiap pagi. Ia tidak akan pernah lagi melewatkan rutinitas wajib setiap harinya, apa pun alasannya.
AKP Hamzah Amir 29 tahun. Ia adalah ketua yang ditunjuk untuk Tim Khusus kali ini. Berasal dari unit Laka Lantas dan petugas yang juga memimpin salah satu kasus kecelakaan dengan penyekapan yang ditangani unitnya tempo hari, yang akhirnya harus dilimpahkan pada tim khusus untuk diselesaikan.
Ketua tim membagikan laporan kasus yang akan mulai mereka selidiki hari ini. Setelah memperkenalkan diri secara singkat, ia memulai rapat pertama Tim Khusus kasus pembunuhan dalam kecelakaan. Ia menjelaskan detail kasus dengan cepat, kemudian mempersilakan anggotanya untuk mengajukan pertanyaan.
Ada dua kasus kecelakaan atau bisa jadi pembunuhan yang disamaran sebagai kecelakaan. Semua kemungkinan bisa terjadi selama kasus masih dalam zona abu-abu.
Kasus pertama terjadi sekitar seminggu yang lalu. Tempatnya berada di wilayah yuridiksi yang berbeda dengan kasus kedua. Tapi karena belum juga terpecahkan dan ada kelanjutan kasus dengan yang AKP Hamzah tangani, kedua kasus kemudian dilemparkan ke Tim Khusus.
Kesamaan kasus pertama dan kedua yaitu; korban memiliki bekas ikatan di tangan dan kakinya yang menandakan korban disekap sebelumnya, dibiarkan melarikan diri, dan kecelakaan terjadi. Kendaraan yang digunakan untuk menabrak juga sama-sama kendaraan curian.
Di kasus pertama, mobil korban ditabrak dengan menggunakan truk curian dari arah samping. Saat mobil yang dikendarai ditabrak, kepala korban membentur kaca jendela. Memar dan luka robek akibat pecahan kaca juga melukai wajah dan bagian tubuh lainnya.
Menurut hasil otopsi, korban mengalami fraktur kosta sehingga menganggu pernafasan. Korban juga kehabisahan banyak darah dan terlambat mendapat pertolongan.
Awalnya tabrakan diduga sebagai kecelakaan biasa. Tapi ketika petugas menemukan tempat korban sebelumnya pernah disekap, tanda-tanda bahwa korban sengaja dibiarkan kabur terendus begitu jelas. Pintu tempat korban disekap hanya ditahan meja kecil dan mobil korban sengaja ditinggalkan di depan TKP penyekapan dengan pintu mobil setengah terbuka dan kunci yang masih tertinggal.
Truk yang digunakan untuk menabrak ditemukan di jalan poros arah ke kota seberang. Perusahaan pemilik lambat memasukkan laporan kehilangan karena menganggap hal itu adalah perbuatan salah satu karyawannya. Perusahaan bahkan sudah memberi sangsi dengan melakukan pemecatan terhadap karyawan yang ia curigai melakukan keteledoran.
Petugas melakukan penyelidikan terhadap karyawan yang telah dipecat, tapi tidak ditemukan hal yang mencurigakan. Orang itu memiliki alibi karena berada di tempat umum, sedang mengantar temannya ke stasiun.
"Apa ada kemungkinan pembunuhan dilakukan oleh lebih dari satu orang?" Haikal mengajukan pertanyaan. "Satu orang yang menyekap dan orang lain lagi yang menyiapkan diri untuk menabrak."
"Tidak ditemukan tanda-tanda kejahatan dilakukan oleh lebih dari satu orang, tapi kemungkinan itu bisa saja terjadi," jawab Hamzah.
"Bagaimana dengan jejak sepatu?" Kali ini Ken yang mengajukan pertanyaan. "Tanah di TKP penyekapan kasus pertama terlihat lembap. Jika pelaku penyekapan dan pelaku tabrak lari adalah orang yang sama seharusnya ada jejak sepatu dalam mobil."
Ketua tim mebolak-balik laporan kasus kedua yang sudah dibagikannya. Tidak ada keterangan apa pun mengenai jejak yang tertinggal dalam mobil. Ketua tim berpikir lagi, mengingat ulang.
Pikirannya bergerak cepat. Setiap detail TKP yang dilihatnya tergambar jelas di kepalanya. Cuaca bahkan aroma yang ia cium juga terasa sama seperti hari itu. Begitu nyata, dekat. Hamzah mulai memerhatikan sekeliling tempat saat mobil yang menabrak korban di kasus kedua ditemukan.
"Tidak, tidak ada jejak." Ketua tim memberikan jawaban setelah cukup lama mengingat "Tapi ada butiran tanah kemerahan seperti tanah di TKP penyekapan."
"Itu tidak cukup untuk membuat kesimpulan," Iwata menimpali.
"Seperti yang tertulis dalam laporan, tempat duduk samping kemudi juga bersih," Ketua tim menambahkan. "Apa masih ada pertanyaan lain, kalau tidak kita akan mulai membagi kelompok dan melakukan penyelidikan ulang."
"Jika pelakunya sama, kenapa pelaku menyekap korban, membiarkannya bebas, baru kemudian membunuh? Kenapa tidak langsung dibunuh saat korban disekap?" Huda mengangkat tangannya ke udara sembari mengajukan pertanyaan.
"Itu akan dijawab setelah kita berhasil menangkap pelakunya atau setelah penyelidikan memberikan hasil yang lebih baik." Ketua tim memilih kalimat diplomatis untuk menjawab pertanyaan Huda. "Ada lagi?"
Tidak satu pun dari empat orang yang ditanya mengeluarkan suara, menandakan penjelasan yang diberikan sudah cukup. Gambaran mengenai seperti apa kasus yang tengah mereka tangani pun sudah cukup jelas arahnya. Saatnya beralih ke sesi selanjutnya untuk membagi kelompok dan melanjutkan penyelidikan.
***