Lo kaya bulan, indah. Tapi sayang bukan cuma gue yang menikmati keindahan lo
# Gevan Radian Juniarta
Deruman mobil yang berlalu lalang di Kota Jakarta itu diyakinkan dapat memekakkan telinga siapa pun yang mendengarnya. Bagaimana tidak ? sepanjang perjalanan Gevan beberapa kali menghembuskan nafas tanda dirinya sangat gusar. Ia sangat menyesali dirinya saat ini karena tadi pagi ia memilih membawa mobil namun ada untungnya juga ia membawa mobil hari ini, dan disinilah ia sekarang berdiam diri di dalam mobil berjam-jam tidak bisa bergerak atau melakukan apapun, karena seperti biasa jalanan di Ibukota tersebut sangatlah padat yang membuat mobil tidak bisa bergerak barang satu centimeter pun. Ia menghela nafas pasrah, perkiraannya pasti ia akan sampai ketika hari sudah mulai gelap. Bagaimana tidak? Sekarang saja jam sudah menunjukkan pukul 18.00 WITA. Sekolah Tribuana memang sudah menerapkan Full Day School yang artinya semua siswa-siswi disana baru akan pulang jam 16.00 WITA.
Karena kegabutannya yang tidak jelas ini ia merogoh saku depannya mencari-cari benda kotak tersebut dan membuka akun sosial medianya mencari-cari apapun yang bisa membuat dirinya menghilangkan rasa bosan yang menghampiri dirinya. Namun nyatanya tidak, itu tidak membantu sama sekali ia tetap saja tidak terhibur dengan apapun yang ada di Handphonenya, dan dengan tampang tidak berdosanya ia melemparkan Handphone yang malang tersebut ke jok sebelah kursi kemudi yang ia duduki. Huffffggg apa yang harus ia lakukan sekarang? Akankah ia akan tidur didalam mobil malam ini? Sungguh menyebalkan. Ia sudah tak sabar ingin tidur nyenyak di kasur empuk King sizenya sesampainya ia di dirumah, namun itu hanya angan-angan belaka. Nyatanya ia masih disini di jalan raya yang penuh hiruk pikuk manusia-manusia yang sedang bepergian.
Drrtt…Drtt..Drrttt..Drtt
Ia menoleh kesamping, Handphonenya sudah menyala-nyala berkedip-kedip tanda ada panggilan masuk. Dengan segera ia mengambil Handphone tersebut dengan cekatan, melihat layarnya sekilas lalu langsung menggeser simbol hijau tanda ia menjawab panggilan tersebut.
"Assalamualaikum Bunda, ada apa?"
"…."
"Iya Bunda, ini Gevan masih dijalan bunda, jalanan macet banget dan Gevan gabisa lewat"
"…."
"Iya Bunda gak usah khawatir Gevan langsung pulang kok"
"…."
"Wa'alaikumussalam Bunda, Gevan tutup ya teleponnya"
Tanpa babibu ia langsung menekan tombol merah, dan Tutt. Gevan mengakhiri panggilan dengan Bundanya lalu tersenyum. Ia sangat beruntung memiliki Bunda seperti Bunda Sita, Bundanya itu sangatlah perhatian dengan dirinya, begitupun dengan Ayahnya. Ayah Arya kerja di suatu Perusahaan besar yang ada di Ibukota tersebut dan menjabat sebagai Chief Executive Officer (CEO) sudah dipastikan beliau sangatlah sibuk, namun bagi Gevan ayahnya adalah ayah yang terbaik karena beliau selalu meluangkan waktu untuk keluarganya. Gevan mempunyai kakak perempuan yang bernama Gauri Juniari. Kakaknya tersebut sudah menikah beberapa bulan yang lalu dan tinggal bersama suaminya di Yogyakarta. Gevan juga memiliki adik laki-laki yang bernama Gavel Ferdian Putra, ia dan adiknya hanya selisih 2 tahun saja, namun jangan diragukan lagi Gavel tak kalah tampan dari Gevan. Mereka berdua selalu akur satu sama lain. Kelurga tersebut sangatlah tentram, dan Gevan sangat mensyukuri itu. Sedikit cerita Ayah Arya juga merupakan pemilik sekolah SMA Tribuana
Di sekolah Gevan menyandang julukan sebagai Ketua Geng Rusuh di SMA Tribuana. Ia juga tidak mengetahui alasan apa sebenarnya yang membuatnya dikenal seperti itu. Padahal ia sama sekali tidak pernah membuat rusuh di sekolahnya, yang paling sering ia lakukan hanya membolos saja, selebihnya tidak ada. Gevan adalah tipe orang yang tidak suka mencari-cari masalah namun beda urusannya jika ia diusik ia pun akan melawannya juga. Ia dan teman-temannya hanya berteman biasa tapi mungkin orang-orang yang SOK TAU di sekolahnya menganggap kami semacam Geng karena kemana-mana kami selalu bersama, namun tidak dengan hari ini. Hari ini ia hanya ke kantin sebentar memesan makanan dan berdiam diri seharian di kelas menemani gadis itu. Ya, dia gadis yang sudah memenangkan hatinya…
Tanpa sadar Gevan mengingat yang terjadi pada hari ini disekolahnya…
Flashback On
"Cantik, gue udah SUKA sama lo sekarang, apa lo juga demikian?"
Bertepatan dengan Gevan selesai mengungkapkan itu, guru pun masuk ke kelas mengawali pembelajaran kedua hari ini di kelas X Bahasa 1
2 jam kemudian…
TENG TENG TENG TENG TENG.. bel berbunyi nyaring tanda istirahat kedua. Semua siswa-siswi berhamburan keluar kelas. Namun tidak dengan Gevan ia masih setia menunggu Rain berbicara. Namun ia gemas, yang ditunggu tidak membuka suara sepatah katapun, gadis tersebut sangatlah fokus dengan buku yang dibacanya sekarang.
Gevan terdiam. Apakah sebegitu tidak pentingnya dirinya ini sehingga tak dianggap ada oleh Rain? Padahal jelas-jelas ia duduk di samping Rain namun sekalipun Rain tidak menoleh kearahnya. Gevan memutar otaknya ia harus mencari-cari topik agar bisa memulai percakapan dengan Teman sebangkunya ini, ia pun mendapat ide yang Brilian
"Cantik apa lo gak lapar?, temenin gue ke kantin yuk ? gue traktir deh hehe" ajak Gevan dengan cengiran kudanya
Rain menoleh dan mematung ditempatnya. Senyuman itu, kenapa sanggat mirip dengan senyuman Arkan (pikir Rain dalam benaknya). Dengan segera ia menormalkan raut keterkejutannya dan menjawab "Maaf saya tidak lapar" jawab Rain dengan bahasa formalnya. Tidak bisa dipungkiri Rain belum terbiasa menggunakan kata "lo, gue" karena walauapun ia dulu sempat tinggal di Jakarta waktu dirinya masih kecil, namun ia sudah terbiasa dengan logat anak Bandung karena bagaimanapun dari sejak ia SD ia tinggal di Bandung.
"Oh gitu" jawab Gevan seadanya "Yaudah deh gue juga gak ke kantin gue mau temenin lo aja disini" sambung Gevan lagi
Rain terdiam ia menatap Gevan, lalu tersenyum "Terimakasih sudah mau berteman dengan saya"
Untuk pertama kalinya Gevan mematung ditempatnya. Benarkah yang ia lihat barusan ? gadis disampingnya ini tersenyum padanya? Apakah ia sedang bermimpi ? Tanya Gevan bertubi-tubi pada dirinya sendiri namun tak kunjung mendapat jawaban. Gevan menepuk-nepuk pipinya tidak percaya
Rain memperhatikannya lalu berkata "Kamu kenapa ? kamu sakit? kok nepuk-nepuk pipi kaya gitu?"
pertanyaan yang dilontarkan Rain membuatnya tersadar. Ini nyata, Gevan tidak sedang bermimpi. Gevan menatap Rain intens dan kembali membuka suara "Jangankan berteman, gue bisa jadi sahabat yang baik buat lo Cantik, atau kalau lo mau gue juga bisa jadi kekasih lo" canda Gevan yang membuat Rain tersenyum kembali, dan itu sangat berbahaya bagi kesehatan jantung Gevan . Jantungnya berdegup kencang, dan gevan menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal untuk meminimalisir kegugupannya "Eh bukan gitu maksud gue, iya iya gue bisa jadi sahabat baik lo itupun kalau lo mau, hehe" cengir Gevan lagi.
Dan tanpa Gevan sadari Rain menyukainya, Rain menyukai saat Gevan tersenyum padanya karena ia merasa bahwa ketika Gevan tersenyum ia bisa melihat senyum Arkan lagi. "Terimakasih, sudah baik sama saya, saya juga mau jadi sahabat Gevan" ungkap Rain dengan senyum manisnya lagi
Gevan tercengang. Apakah benar ia sedang tidak bermimpi? Kenapa begitu cepat perubahan Rain kepada dirinya, tadi waktu jam istirahat pertama ia masih melihat Rain yang pendiam. Namun sekarang? Apa rain kesambet penunggu sekolah ini? Bingung Gevan dengan wajah bertanya-tanya, lalu berkata "Makasih Cantik, gue jadi makin SUKA sama lo"
"Jangan suka sama saya, saya sedang tidak ingin berpacaran"
"Cieee mau banget ya diajak pacaran sama gue?, gue kan gak ada nembak lo. Gue cuma bilang SUKA aja" ungkap Gevan menggoda Rain
Wajah Rain memerah padam seperti kepiting rebus, sungguh ia ingin menghilang di hadapan Gevan sekarang juga "Eh Bu..bu..bukan gitu maksud saya, ma..ma..maksud saya…" ucap Rain tergagap tidak bisa menemukan jawaban untuk mengelak
Seketika tawa Gevan pecah, ia benar-benar tertawa lepas melihat wajah blushing Rain yang dilihatnya sangat menggemaskan baginya "Santai aja Cantik, gue cuma bercanda dan berniat menggoda lo aja kok, Peace" senyum Gevan sambil mengangkat tangannya membentuk tanda Peace. "Kalau boleh tau kenapa lo gak mau pacaran" Tanya Gevan lagi
Rain terdiam dan tidak menjawab, ia hanya memandang Gevan ditempatnya
Ketika itu Gevan menyadari kalau Rain belum mempercayainya, ia juga merasa ini terlalu cepat, seketika Gevan membuka suara lagi "Kalau gak mau dijawab juga gapapa kok, mungkin lain kali kalo lo udah siap cerita tentang hiduplo, cerita aja ya sama gue. Gue bisa dengerin cerita lo kok dengan senang hati, walaupun gue gak pandai dalam memberikan saran dan solusi tapi setidaknya dengan lo cerita kaliaja gue bisa bantu, kalaupun gue gak bisa bantu, beban lo pasti berkurang karena lo punya tempat berbagi, yaitu gue Rain, jadi jangan pernah ngerasa sendirian lagi ya, apa lo paham?" ucap Gevan panjang lebar
"Terimakasih Tampan, iya gue paham" jawab Rain menggoda
Seketika itu Rain berhasil membuat Gevan tercengang kembali. Apa katanya ? Apa gue budeg? Apa gue sedang berhalusinasi? Barusan Rain menyebutnya Ta..ta..tampan? Dia masih tidak mempercayai pendengarannya. Oh tidak Gevan bisa benar-benar gila kali ini karena ulah Rain.
"Kok diem?" Tanya Rain lagi
Gevan tersadar "Eh enggak, gue lagi lapar aja" bohong Gevan pada Rain
"Yaudah ayo kita ke kantin dan makan sama-sama" jawab Rain lagi
Gevan terbengong-bengong. Apa ? barusan Rain mengajaknya ke kantin? Apa Gevan benar-benar sudah kehilangan kewarasannnya? Tanyanya pada diri sendiri, hingga
Rain menepuk pundak Gevan pelan "Gevan kamu punya hobi bengong ya?, kok daritadi ngelamun melulu sih, kamu kenapa? Apa kamu sakit? Ayo kita ke UKS aku antarkan, tapi maaf aku tidak tahu jalan menuju UKS" khawatir Rain kepada teman barunya ini
"Haahhhh?????? Eh enggak enggak, gue gak sakit kok, gue mau ke toilet dulu ya gue kebelet, lapar gue juga udah ilang kok, heheehhehehee" cengir Gevan lalu melesat pergi dengan berlari meninggalkan Rain begitu saja di dalam kelas.
Flashback Off
Lamunannya buyar ketika suara klakson berbunyi berkali-kali
TINN.. TINNN..TINNNN..TINN
Gevan tersadar, ia segera melesat membelah jalanan yang sudah tidak macet itu dengan mobil BMW nya, ia segera melajukan mobilnya menuju perumahannya. Ketika sampai dirumah jam sudah menunjukkan pukul 19.40. sesampainya diruang tamu ia disambut oleh Gavel.
"Kemana aja lo bang? Keluyuran mulu kerjaannya, kalau udah pulang sekolah itu pulang jangan mampir kemana-mana dulu kasian tuh si Bunda khawatir tau sama lo" sapa Gavel dengan ceramahnya
"Eh dekk Bunda tadi tuh udah telepon abang, dan abang udah bilang abang pulangnya telat, karena jalanan tuh macet banget"
"Yaelah makanya kalo kesekolah itu jangan pakai mobil, kaya gue dong naik motor, kan lebih keren"
"Keren gundulmu dekk, lo tu harusnya belum boleh bawa motor tau, SIM aja gak punya ditilang tau rasa lo" balas Gevan menanggapi adiknya
"Halaaahhh kayak lo punya aja SIM, lo juga sama tuh gak punya SIM jadi bodo amatlah" jawab Gavel lagi
"Ah bacott lo dek, Bunda mana ?" Tanya Gevan kepada Gavel
"Ada tuh lagi masak di dapur buat makan malam katanya"
"Oh oke kalau gitu, gue ganti baju dulu ya, entar kalo udah mau makan panggil aja" ucap Gevan lalu mengacak rambut Gavel hingga berantakan
"Ah sialan lo bang, berantakan kan rambut gue, kan gue jadi gak ganteng lagi jadinya" sungut Gavel dengan kesal
"Halahhhh mau gimanapun penampilan lo tetap gantengan gue dek" teriak Gevan dari lantai atas"
"AH SIALAN LO BANG, DASAR ABANG LAKNAT LO" teriak Gavel dengan kencang
Sedangkan di lantai atas Gevan sudah tertawa terpingkal-pingkal karena bisa membuat adiknya itu kesal. Gevan mengganti bajunya dengan baju santai yang biasa digunakannya dirumah. Ia menuju ke balkon kamarnya melihat langit yang dipenuhi bintang-bintang yang bertaburan di atas sana dan ada satu bulan yang indah di sudut sisinya. Gevan menoleh ke bulan tersebut lalu berkata, "Lo kaya bulan, indah. Tapi sayang bukan Cuma gue yang menikmati keindahan lo"
Ia terdiam mencerna ucapannya sendiri, dan kembali berpikir,
"Apakah gue udah benar-benar Jatuh Cinta pada gadis teman sebangku gue itu?" tanyanya pada diri sendiri, namun hanya hembusan angin dan suara jangkrik yang menjawabnya.
Gevan POV
Flashback On
Hari ini hari keberuntungan gue. Setelah gue dateng dari toilet bel berbunyi nyaring, tanda jam istirahat sudah berakhir, gue bergegas ke kelas berharap belum ada guru yang masuk ke kelas, karena sekarang adalah jam pelajaran bahasa inggris dan guru cantik yang killer tersebut yang mengajarnya. Sesampainya di depan kelasnya, ia bernafas lega Miss Janet belum datang. Dan ia menuju bangkunya. Belum sempat ia mendudukkan bokongnya ke kursi suara Rain terdengar,
"Kamu kemana aja? Ke toilet kok lama banget?Aku kira kamu mau bolos pelajaran"
"Hah kok lo mikir gue bolos?, enggak kok gue cuma ke toilet sebentar aja. Cieee ada yang khawatirin gue nih, kalo gitu besok-besok aku ilang aja deh biar dicariin sama lo"
"Enggak bukan gitu, aku kira kamu pingsan, soalnya terakhir kamu pergi muka kamu pucet banget gitu kaya orang sakit"
Gevan tersenyum, gadis ini mengkhawatirkannya "Makasih Cantik, udah peduli sama gue, gue jadi makin sayang deh sama lo, makin suka, mungkin aja besok gua beneran jatuh cinta sama lo" ungkap Gevan jujur
Rain terdiam dengan raut wajah sedih "Tolong jangan suka sama aku, jangan sayang sama aku, jangan jatuh cinta sama aku, karena aku gak bakal bisa balas perasaan kamu, aku gak mau kamu terluka, sekali lagi maaf aku gak bisa"jawab Rain dengan raut wajah sedihnya
"Kenapa? Apa lo udah punya pacar? Gue tunggu lo sampai lo putus sama pacar lo, lo tenang aja gue gak akan ngerusak hubungan lo sama pacar lo kok, tapi ijinin gue menyukai, menyayangi, mencintai dan melindungi lo sebisa gue"
"Terimakasih Gevan, aku gak punya pacar kok, tapi aku masih nunggu seseorang, sekali lagi maaf. Kita bisa temenan kan?"
"Bisa banget, mulai detik ini lo bagian penting dari hidup gue. Lo gue anggap sahabat gue, satu-satunya sahabat perempuan yang gue punya"
Ketika Rain ingin menjawabnya suara Miss Janet terdengar cukup keras "You two, don't chat during my class. If you don't want to study please leave this class".
Mereka berdua tersadar kata-kata itu ditujukan kepada mereka berdua. Dan seketika Gevan dan Rain terdiam. Asik sekali mereka berbicara sampai tak mendengar Miss Janet masuk ke kelas (pikir mereka berdua di dalam benaknya). Untung saja mereka berbicaranya tidak menggunakan volume yang kencang, jika saja semua murid di kelas itu mendengarnya bisa jadi bulan-bulanan deh merka berdua
Suasana kelas hening dan mencekam, entah apa yang membuatnya seperti itu karena setiap pelajaran Miss Janet inilah yang terjadi, tidak ada yang berani berbicara di jam pelajarannya. Miss Janet masih muda dan belum menikah namun beliau termasuk salah satu guru killer di sekolahnya. Sepertinya semua siswa dan siswi di kelas ini berharap hal yang sama yaitu semoga jam pelajaran cepat berkahir
2 Jam kemudian
TENG… TENG… TENGGG…TENGGG
Bel tanpa pelajaran telah usai sekaligus mengakhiri jam sekolah hari ini. Miss Janet keluar kelas disusul oleh siswa siswi kelas X Bahasa 1 yang berhamburan keluar kelas ingin segera pulang
"Cantik lo pulangnya naik apa? mau gue anter gak? gue bawa mobil" ajak Gevan pada Rain
"Aku naik taksi aja, atau nunggu bus di halte, sopir dirumah aku sedang tidak bekerja soalnya" ungkap Rain dengan jujur
"Gue anter lo aja ya? Rumah lo dimana?"
"Eh gak usah, aku gak mau ngerepotin kamu, aku bisa pulang sendiri kok" jawab Rain
"Gapapa udah ayo gue anter" jawab Gevan dengan senyumnya , dan langsung menarik tangan Rain. Rain menurut saja ia mengikuti Gevan dan berjalan bersisian di samping Gevan.
Setelah berjalan cukup jauh, sampailah mereka di parkiran. Gevan membuka suara "Ayo naik ke dalam mobil gue"
"Makasih banyak ya udah mau anterin aku pulang"
"Iya sama-sama Cantik, soalnya gue tahu jam segini itu susah nunggu bus di halte, taksi juga jarang lewat kalau jam segini"
Rain mengangguk mengiyakan. Di perjalanan pulang ke rumah Rain mereka berdua hening tak ada satupun yang memulai pembicaraan di dalam mobil hanya alunan musik dari Taylor Swift yang berputar menggema di dalam mobil tersebut. Mereka terdiam menikmati lagu yang mengalun indah tersebut. Ya Gevan sangat suka dengan lagu Taylor swift, lagu-lagu Taylor Swift adalah lagu favoritnya, dan tanpa Gevan sadari, Rain juga. Ia juga sangat menyukai lagu-lagu Taylor Swift terlebih lagu-lagu One Direction juga. Mereka tidak menyadarinya bahwa diantara mereka banyak terdapat kesamaan.
Mereka terlalu menikmati, hingga tak sadar mobil sudah tepat berada di depan rumah Rain, Rain turun, dan mengucapkan Terimakasih "Terimakasih banyak Gevan, kamu mau mampir kerumah aku?" Tanya Rain pada Gevan
"Eh enggak lain kali aja, aku langsung pulang ya? Bye sampai jumpa besok"
Belum sempat Rain menjawabnya, mobil tersebut sudah melesat pergi dari pandangannya, Rain bingung dengan sifat aneh Gevan hari ini, tanpa Rain ketahui Gevan mati-matian menahan detak jantungnya agar tidak berdebar-debar dari tempatnya ia bisa sangat malu jika Rain mendengarnya, ia juga sangat takut jika jantungnya melompat keluar dari tempatnya. Terdengar konyol memang atau sedikit Hiperbola namun itulah kenyataannya
Dia, Gevan Radian Juniarta benar-benar sudah gila sekarang bahkan ia hampir kehilangan kewarasannya, hanya karena satu perempuan yang baru hari ini dikenalnya dan menjadi teman sebangkunya, yang baru saja diantarnya pulang "Rainata". Ia benar-benar sudah membuat seorang Gevan Radian Juniarta…. jatuh, jatuh cinta sendirian.
Ketika ia melanjutkan perjalanan pulang dan itulah yang terjadi, ia terjebak macet yang begitu lama yang membuatnya harus telat sampai dirumah
Flashback Off
Ketika itu lamunannya buyar, suara cempreng Bunda Sita memekakkan telinganya. Gevan bergegas membukakan pintu yang tak sengaja ia kunci tadi waktu ia menuju balkon kamarnya
"Nak kamu ngapain aja sih? tadi Gavel udah manggil-manggil kamu tapi gak ada sahutan sama sekali sampai akhirnya Bunda kesini dan kamu juga tidak membukakan pintu. Ada apa nak ?" tanya Bunda Sita khawatir
"Tidak ada Bun, Gevan tadi di balkon kamar liatin bintang-bintang diatas sana. Indah ya bun bintangnya" ungkap Gevan tak sepenuhnya berbohong
"Iya nak, sekarang ayo kita makan malam" ajak Bunda lalu mendahului Gevan, dan Gevan hanya mengekori bundanya dari belakang.
Ketika sampai di ruang makan, sudah ada Ayah Arya dan Gavel. Bunda Sita dan Gevan pun duduk disana. Lalu mereka berempat makan dalam kesunyian tanpa sepatah katapun