Chereads / Unexpected Past / Chapter 6 - Bertemu Dengan Dua Bersaudara

Chapter 6 - Bertemu Dengan Dua Bersaudara

'Halo Tuan Lysander, saya Liana. Saya cucu dari seorang Nenek yang anda tolong beberapa hari yang lalu. Saya sedang mencari seseorang yang dapat membimbing saya dalam belajar. Kebetulan Nenek saya bilang anda menawarkan jasa mengajar. Kalau anda berkenan, saya ingin bertemu dengan anda di Rosemarry Hill dekat dengan rumah Nenek saya. Besok atau lusa kira-kira. Kalau anda setuju dan ingin membicarakannya dengan saya, anda balas saja pesan holo ini. Terima kasih.'

Begitulah pesan holo yang diterima oleh Lysander. Ia lalu menekan suatu tombol lalu berbicara pada benda tersebut.

"Saya setuju, besok saya akan pergi ke sana untuk menemui anda. Sekitar jam 10 pagi mungkin saya sudah di sana."

"Bicara dengan siapa?" sahut seorang wanita berambut oranye panjang.

Lysander menoleh, "Ini cucu dari orang yang aku tolong kemarin. Dia ingin aku jadi guru pembimbingnya. Lumayan, mencari uang sekalian belajar juga."

Wanita itu hanya ber oh ria. Dia merebahkan diri di kasur. Kasur yang keras memang, mereka berdua kini berada di sebuah losmen penginapan. Membawa 200 arge untuk menginap di bagian perkotaan kerajaan memang sebuah hal yang sulit. Kemewahan yang terlihat di sana setara dengan biaya hidup masyarakatnya. Sebenarnya Lysander dan saudarinya itu tidak berniat menginap di kota. Namun di desa tidak menyediakan penginapan untuk tamu luar kerajaan. Terpaksa mereka harus merogoh kantong lebih.

Untuk mengetahui sebesar apa nilai uang goldia, platin, dan arge. Dibandingkan dengan Dollar Amerika, satu arge sama dengan sepuluh dollar. Jadi dua ratus arge sama dengan dua ribu dollar. Kalau satu goldia sebesar seribu dollar. Sedangkan satu platin senilai dengan seratus dolar. Sungguh berarti sekali nilai mata uang tersebut.

"Lyosha, besok kau mau kemana?" ujar Lysander yang sedang duduk di samping jendela.

"Tentu saja ke tempat itu. Hahaha, aku sudah tidak sabar untuk menghajar mahluk-mahluk menyedihkan di sana," jawab wanita bernama Lyosha itu.

"Aku harap kau memenangkannya. Aku tidak mau mengurangi uang hasil kerjaku nanti karena harus mengobatimu di rumah sakit," ujar Lysander sambil menatap sinis.

"Aku memang tidak sepintar dirimu kalau dalam ilmu-ilmu membosankan seperti itu. Tapi jangan remehkan aku dalam urusan bertarung. Aku akan bawa uang yang banyak besok. Hahahaha, selamat tidur bocah kaku," balas Lyosha sambil memiringkan posisi tidurnya lalu terlelap.

"Selamat tidur juga wanita tua bodoh."

****

Keesokan harinya Liana menemui Lysander di taman Rosemarry Hill. Terjadi perbincangan biasa, karena Lysander sendiri tidak memasang tarif tinggi untuk mengajari Liana. Lalu Liana dan Lysander pergi ke toko perlengkapan alat tulis untuk membeli beberapa alat tulis tambahan seperti kamus hukum magis. Untuk benda seperti itu lumayan menjamur dimana-mana. Karena sudah menjadi kewajiban bagi masyarakat untuk mengetahui hukum-hukum dasar magis.

Setelah dirasa cukup, mereka membayar ke kasir dan keluar dari toko. Mereka sepakat untuk belajar di rumah Liana.

"Kamu tinggal di daerah mana?" ujar Liana membuka pembicaraan di sela-sela perjalanan menuju rumahnya.

"Sebenarnya aku tidak menetap. Karena aku ini pengelana. Masih dibilang pengelana baru, karena kami melakukan perjalanan selama beberapa bulan ini saja," jawab Lysander.

"Kami? kau tidak sendiri?"

"Ya, aku bersama kakakku. Tapi sekarang dia tengah sibuk bekerja. Pekerjaan yang konyol." Lysander menghela nafas frustasi. Kelakuan brutal kakaknya membuat ia sakit kepala.

"Kalau boleh tahu, kakakmu kerja apa?" tanya Liana antusias. Liana berfikir kalau Lysander sekarang butuh seseorang untuk diajak curhat.

"Dia kerja...."

Belum selesai Lysander menjawab, tiba-tiba terdengar bunyi keributan. Dan benar saja, pintu dari sebuah bangunan jebol dan hancur. Dindingnya saja sampai ikut rusak. Banyak orang bersorak sorai mengadu. Nampaknya sebuah pertarungan yang menarik tengah berlangsung.

Melihat keributan itu Liana dan Lysander segera mendekat ke tempat terjadinya keributan tersebut. Lysander sudah menerka-nerka apa yang terjadi.

"AYO BANGUN! SIAPA YANG KAU BILANG PEREMPUAN MODAL PAYUDARA HAH?! AKU MEMANG HANDAL BERTARUNG. JANGAN PERNAH MEREMEHKAN PEREMPUAN!" teriak seorang wanita bersurai oranye.

"KAU CURANG! AKU TAHU KAU MELAKUKAN TRIK-TRIK LICIK SAAT BERTARUNG!" jawab pria berjenggot dan bertubuh kekar. Gigi depan nya patah tiga, mungkin patah karena pertarungan tadi.

"CURANG?! KAU SAJA YANG TERLALU LEMAH DAN LAMBAN! LEBIH BAIK KAU MENGAKU KALAH, PULANG, MENCUCI KAKI DAN TANGANMU, LALU SETELAH ITU MINUM SUSU DAN TIDUR DIPANGKUAN IBUMU!" teriak wanita itu tak kalah sengit.

Semua orang tertawa, Lysander juga tertawa mendengarnya. Meskipun sebenarnya ia sedang kesal, namun ia tidak bisa menahan tawa mendengar celetukan wanita bersurai oranye tersebut. Di dalam suasana ramia tersebut, Liana masih memproses apa yang terjadi. Dia melirik ke papan nama yang ada di atas pintu masuk bangunan.

'Grazy Punch'

Liana tahu tempat itu. Itu adalah tempat judi tinju. Liana pernah hendak bekerja di situ. Namun Nenek Louvinna melarang keras. Liana akhirnya menurut, dia tidak mau membohongi Nenek Louvinna.

Judi tinju yang ada di sini berbeda dengan judi tinju pada umumnya. Karena orang yang berjudi di sini bukan hanya atasan para petarung, bisa saja si petarung itu sendiri. Tidak hanya untuk finansial semata, banyak petarung ke sini untuk mencari pamor. Karena petarung yang ada di sini bahkan ada juga yang berasal dari orang yang terkenal dan merupakan petarung profesional.

Kembali ke keadaan sekarang. Pria kekar tersebut bangkit. Lalu merapal mantra magisnya. Seketika ada besi yang muncul dari bawah tanah dan menyergap wanita itu. Ia menyerang wanita tersebut, dan hendak melayangkan pukulan yang kuat. Bukannya panik, wanita tersebut malah tersenyum miring dan memejamkan mata.

"Spirare ignis,"

Suhu di tempat tersebut tiba-tiba naik drastis. Minuman dingin yang ada di situ tiba-tiba mendadak menjadi minuman biasa tanpa ada es. Keringat bercucuran, Liana menyeka keringat pada pelipisnya. Bukannya tadi udara masih sangat sejuk? kenapa tiba-tiba jadi seperti dipanggang begini?

"Perkenalkan Liana, wanita yang berdiri angkuh di situ bernama Lyosha. Kakakku." Lysander menoleh pada Liana dalam keadaan yang sama. Iya, mereka berdua dan seluruh orang yang berada di sana sudah seperti dikukus dalam sauna.

Liana berdecak kagum, meskipun bukan seorang keturunan bangsawan namun energi dan tenaga magis yang dimiliki Lyosha bukan main besarnya.

Besi yang menahan lengan Lyosha meleleh. Lalu Lyosha dengan leluasanya melepaskan lengannya dari jeratan besi setebal 70 senti tersebut. Entah bagaimana namun lelehan besi itu tak memberi arti panas pada tangan Lyosha.

beberapa detik sebelum terkena hantaman pria tadi, Lyosha berkelit dengan cepat. Menarik bahu kekar pria itu dan memutar tubuhnya dan dengan mudahnya menghempaskannya ke lantai bak menghempas adonan pizza. Suara gemeretak tulang dan gemeretak lantai beradu. Nampaknya tulang punggung pria tersebut retak, atau mungkin patah. Lalu untuk olesan pemanis di akhir pertarungan Lyosha mengumpulkan energi magis pada genggaman tangannya, api muncul dari tangannya tersebut. Lalu memukul pria yang terbaring itu dengan sekuat tenaga. Pria yang banyak omong itu telah tak sadarkan diri. Liana yakin pria itu tidak akan bangun sampai beberapa hari.

Hening, seluruh orang menahan nafas. Bahkan mereka semua nampaknya tidak ingat berapa lama sudah menahan nafas. Lalu seorang pembawa acara turun ke tempat pertarungan dan memeriksa kondisi lawan Lyosha. Setelah selesai, wasit mengangkat lengan Lyosha.

"PEMENANGNYA ADALAH...LYOSHAAA,"

Gemuruh tepuk tangan dan sorak sorai antsuias menggema di seluruh penjuru ruangan. Lyosha tertawa keras. Lysander hanya menggeleng-gelengkan kepala seraya tersenyum. Liana masih terdiam dalam kagum. Sungguh hebat wanita yang satu ini menurut Liana.

****

Uang sebesar 3000 platin berada di tangan Lyosha. Dia dengan santainya menenteng uang tersebut. Siapa juga yang berani merampok atau menjambret wanita seganas Lyosha? mau bunuh diri kalau berani melakukannya.

Lyosha kaget saat Lysander menepuk pundaknya. Diliriknya Liana yang sedang terbengong-bengong menatap Lyosha.

"Kau bilang hendak menjadi guru privat. Tapi kau malah asik mencari kekasih. mana dia menggemaskan pula," ujar Lyosha, lalu dia menoel pipi chubby Liana dengan gemas.

"Jangan sentuh dia." Lysander menepis tangan Lyosha, "Dia memang ingin belajar privat dengan ku. Dan singkirkan tangan penuh keringat, debu, dan luka milikmu itu dari Liana," sambung Lysander.

Lyosha terdiam sebentar, "Jadi namamu Liana ya? perkenalkan nama ku Lyosha," ujar Lyosha.

"Senang berkenalan denganmu Kak Lyosha. Kebetulan tadi Lysander juga memberitahu namamu padaku." Liana tersenyum pada Lyosha.

Lalu acara perkenalan disudahi. Liana mengajak Lyosha ke rumahnya juga. Lalu mereka bertiga pergi ke rumah Liana. Lyosha juga mau numpang mandi di sana. Sungguh memanfaatkan keadaan dengan baik. Tapi Liana tidak mempermasalahkan itu, toh cuma numpang mandi. Tidak minta dimandikan juga.

Ditengah perjalanan Liana dikejutkan saat Lyosha membelikan dua kotak penuh coklat untuk Liana. Lysander speechless, apalagi Liana.

"Terimalah Liana, coklat ini berbentuk kelinci. Sangat cocok denganmu, karena kau juga imut seperti kelinci." Lyosha mengatakannya dengan semangat membara.

Lysander langsung memukul kepala Lyosha, "Jangan aneh-aneh! Liana tidak mungkin mau denganmu!"

"Jangan memukul kepalaku dasar adik bodoh kaku! memangnya kenapa?! kau cemburu?!" seru Lyosha.

Lysander bersemu, wajahnya merah padam. Oh rupanya dua bersaudara ini terlibat cinta segitiga. Cinta segitiga? bukannya Lyosha itu perempuan? kenapa dia mencintai Liana?

"Dasar kelainan! aku memang menyukai Liana. Namun kami berdua baru saja berkenalan. Dan yang tidak wajarnya itu adalah kau! tidak seharusnya perempuan menyukai sesama jenisnya!" seru Lysander.

Dan objek utama pembicaraan sekarang tengah puyeng, dia masih mencerna apa yang dibicarakan dua bersaudara oranye ini. Astaga, cinta datangnya tiba-tiba sekali ya.