Chereads / Unexpected Past / Chapter 7 - Belajar Bersama

Chapter 7 - Belajar Bersama

Sesampainya di rumah Liana, duo oranye bersaudara di persilahkan masuk. Lyosha numpang mandi dengan santainya, dia juga sudah membawa baju ganti, jadi tidak perlu repot-repot meminjam. sedangkan Liana menyiapkan minuman untuk mereka bertiga, Lysander tengah sibuk mempersiapkan buku dan materi yang harus ia ajarkan pada Liana hari ini.

Derit langkah kaki pada lantai kayu terdengar. Entah kenapa cuacanya tiba-tiba mendung. Langit menggelap, udara terasa dingin. Lysander masih menunggu di ruang tamu. Liana dan Lysander tak terlihat batang hidungnya.

Samar-samar Lysander mendengarkan. Ia rasa itu bukan langkah kaki Liana ataupun Lyosha. Liana juga sempat bilang kalau Nenek Louvinna tidak ada di rumah karena pergi ke rumah kenalannya yang di dekat dengan tambak ikan sungai Blandire Blue.

Lysander berjengit, namun berusaha tenang. Lysander tidak suka dengan hal-hal berbau horor. Dan yang membuatnya kesal, kemana semua orang di rumah ini? kenapa mereka lama sekali.

Bunyi vas bunga jatuh, Lysander terkejut dan menemukan sebuah vas bunga berbahan dasar melamin tergeletak di lantai. Tidak bermaksud lancang, Lysander mendekati lemari kecil ruang tamu itu dan mengembalikan vas bunga tersebut pada tempatnya.

Dan sebuah tangan pucat menepuk pundak Lysander. Lysander diam, hening, hanya ada gemuruh angin luar yang beradu dalam indra pendengaran. Tangan itu lalu berpindah ke pipi Lysander. Dingin, pucat, dan tua, begitulah yang Lysander lihat sekarang. Lysander menahan nafas, berbalik dengan cepat. Lysander langsung pucat pasi menemukan sosok berbaju putih panjang penuh noda merah, pisau di tangan dan memegang sebuah tas kain yang meneteskan banyak noda merah bak darah. Entah darah atau bukan namun Lysander nampaknya sudah kehabisan darah saking takutnya. Lysander terjungkang ke belakang, terhantam lemari di belakangnya lalu tak sadarkan diri.

"Lysander maaf membuatmu menunggu---AAAAAA" Liana menjerit kaget serta takut.

"Teganya dirimu menatap Nenek, seperti menatap sesosok hantu."

"Ehh?" Liana membuka matanya dan menatap dengan seksama.

Di depannya kini berdiri seorang nenek-nenek yang tak lain dan tak bukan ialah Nenek Louvinna. Kebetulan lampu rumah sedang tidak dinyalakan karena masih siang dan cerah. Dan karena mendung suasana di rumah berubah menjadi gelap. Lalu apa-apaan penampilan Nenek Louvinna tersebut? apa beliau baru saja habis memenggal kepala manusia? Liana meletakkan nampan berisi minuman di meja ruang tamu lalu mendekati Nenek Louvinna.

"Apa ini Nek? astaga ini ikan?" Liana menilik ke tas yang ia sambut dari tangan Nenek Louvinna.

"Iya Gerald, Nenek membawa ikan dari sana. Awalnya Nenek hanya membeli enam ekor, tapi diberi bonus enam ekor lagi sama teman Nenek," jelas Nenek Louvinna.

"Liana Nek, bukan Gerald." Liana menghela nafas lelah.

"Kenapa tadi ribut-ribut?...BUAHAHAHAHA," Lyosha tertawa amatlah kencang. Mengagetkan Nenek Louvinna yang untungnya tidak memiliki riwayat penyakit jantung.

Liana tersadar akan kehadiran Lysander yang tergeletak di dekatnya. Liana heran pada Lyosha, bukannya menolong adiknya malah menertawakannya begitu.

"Nek, bersihkan dulu dirimu. Kenapa banyak darah begitu? nanti akan ku buatkan teh Nek," ujar Liana pada Nenek Louvinna. "Dan Lyosha, bantu aku mengangkat Lysander."

Setelah membereskan semuanya, Liana dan Lyosha menunggu Lysander sadarkan diri. Lyosha bercerita kalau Lysander memang memiliki paranoid terhadap hal horor. Lyosha terkekeh dan berdecih. Menurutnya itu hal yang memalukan, mengingat Lysander adalah seorang laki-laki. Namun Liana menepis pemikiran Lyosha, Liana berfikir kalau takut terhadap hal-hal horor itu wajar, baik itu laki-laki maupun perempuan.

Bicara tentang Lyosha dan Lysander, mereka berdua terlihat sangat mirip. Memang mereka bersaudara, namun mereka bukan saudara kembar. Rambut mereka sama sama berwarna oranye, mata mereka agak besar namun lancip pada ujungnya. Sekilas seperti mata rubah. Mata Lyosha berwarna biru cerah dan mata Lysander berwarna ungu lavender.

Wajah mereka merupakan perpaduan dari wajah oriental dan timur tengah. Lysander kini berusia 16 tahun dan Lyosha 19 tahun. Liana sendiri berusia 17 tahun. Berarti Liana lebih tua satu tahun daripada Lysander namun lebih muda dua tahun daripada Lyosha.

Beralih dari hal tersebut rupanya Lysander sudah sadar. Liana nampak lega. Namun Lysander seperti orang linglung. Seketika Liana dan Nenek Louvinna khawatir kalau Lysander lupa ingatan. Liana pernah membaca buku cerita yang tokohnya lupa ingatan setelah terbentur benda keras di kepalanya.

"Ada apa? kenapa kalian terlihat tegang begitu?" Lyosha menaikkan alisnya.

Lyosha memandang ke arah Lysander dan menyernyit. Nampaknya ia paham apa yabg terjadi.

"Hey bocah kaku," ujar Lyosha

Lysander menoleh, lalu Lyosha bertanya, "Apa hobi ku?"

Lysander terdiam sebentar lalu menjawab, "Kau tidak punya hobi. Kau akan melakukan sesuatu yang memang benar-benar menyenangkan bagimu."

"Anak pintar." Lyosha menepuk pelan pucuk kepala Lysander. "Tenanglah, dia tidak lupa ingatan," ujar Lyosha ke Liana dan neneknya.

****

"Oke mari kita mulai pembelajarannya," ujar Lysander. Liana pun nampak antusias sekali.

Lyosha hanya memandangi saja, Liana mengajak Lyosha ikut belajar namun wanita itu menolak. Lyosha lalu pergi ke dapur dan melihat Nenek Louvinna hendak mengolah ikan yang beliau beli tadi sore.

Lyosha melangkah dan terhenti karena ada pisau melayang melintas di dekatnya. Lyosha menghela nafas lalu mendatangi Nenek Louvinna dengan niatan membantu beliau membuat makan malam, berhubung hari sudah sore menjelang malam.

"Jadi dia saudaramu ya?"

"Iya Nek, saya kakaknya. Kami berdua terpaut usia 3 tahun."

"Ku dengar kalian ini pengelana, benar bukan?"

"Iya, tapi baru beberapa bulan ini saja. Saat kami mendengar bahwa Tummulotary mengadakan tes seleksi menjadi siswa untuk para Orph, kami memutuskan untuk pergi ke Kerajaan Ellenia Nek."

Meskipun Lyosha merupakan tipe wanita yang garang, suka berkelahi, dan brutal. Namun, ia tetap berkata halus pada orang tua. Namun pengecualian kalau orang tua itu orang yang jahat. Seperti pria yang ia hadapi pada judi tinju kemarin. Usia pria itu sekitar empat puluh empat tahun. Salah pria itu sendiri yang mengatainya begitu. Begitulah pemikiran Lyosha.

"Kalian berasal dari kerajaan mana? kalau Nenek boleh tahu."

"Kami berasal dari Kerajaan Vetus Nek."

"Itu Kerajaan yang cukup jauh dari sini. Bahkan dengan kereta bubuk cepat diperlukan waktu empat hari baru sampai ke perbatasan Kerajaan Ellenia."

Tidak terasa masakan untuk makan malam telah siap. Nenek Louvinna mengajak Lyosha dan Lysander untuk ikut makan malam di rumahnya. Lyosha lalu pergi ke ruang tamu untuk memberi tahu Liana dan Lysander bahwa makan malam telah siap.

"APA YANG KAU LAKUKAN PADA LIANA?!" teriak Lyosha dengan ekspresi horor.

Bagaimana tidak khawatir, karena yang terpampang di depan mata Lyosha adalah Liana yang sedang berkepul-kepul asap di kepalanya, pandangan matanya kosong, dan kepalanya oleng tak karuan. Nampaknya otak Liana sedang berjuang keras mencerna materi yang di jelaskan oleh Lysander.

Lysander memegang dagu dalam pose berfikir lalu berkata, "Nampaknya Liana mempunyai kelemahan dalam menganalisa bentuk dari permasalahan yang ada dalam mapel Perhitungan Hukum Kejadian."

Lyosha menyernyit lalu berkata, "Berapa pertanyaan yang kau beri untuk nya?"

"Untuk Perhitungan Hukum Kejadian hanya ku beri empat, dan Catatan Hukum Serangan Berpengaruh ku beri lima buah karena itu mapel sejarah," jawab Lysander santai.

Ingin Lyosha menendang pantat lelaki di depannya ini. Ini baru hari pertama Liana belajar, namun sudah diberi latihan soal yang berat. Nenek Louvinna yang baru saja datang hanya bisa tertawa melihat keadaan Liana sekarang. Lyosha dengan sigap merebut Liana dari sisi Lysander lalu menggendongnya ala karung beras menuju dapur.

"Terima kasih atas makan malamnya. Maaf kami malah merepotkan di sini," ujar Lysander seusai makan malam.

"Sama-sama Lysander, kami malah senang kalian ikut makan malam di sini. Karena dengan adanya kalian suasana di sini jadi lebih ramai." Liana tersenyum sumringah, nampaknya kesadarannya sudah kembali sepenuhnya.

"Benar kata Liana, apalagi masakannya Lyosha sangat enak. Aku kagum sekali," timpal Nenek Louvinna.

"Saya hanya membantu-bantu sedikit saja. Lagipula masakan gurame paprika hitam itu cukup simpel," ujar Lyosha.

"Emm...Liana," panggil Lysander.

"ya?"

"Besok mau jam berapa belajarnya?" tanya Lysander.

"Samakan dengan hari ini saja. Lagipula pagi aku harus bekerja, jadi sore atau siang hari adalah waktu yang pas," jawab Liana.

Nampaknya hari ini berlalu cukup menyenangkan bagi Liana, mekipun kepalanya cukup pusing. Saat jam menunjukkan pukul delapan malam, duo oranye pamit pulang. Lysander jadi teringat suasana horor siang tadi. Dia penasaran apa yang menyenggol vas bunga di lemari kecil itu sore tadi. Nenek Louvinna menyanggah kalau dia yang menyenggol vas bunga itu. Saat Lysander melewati lemari tersebut dia melihat seekor kucing berbulu ungu yang sedang duduk manis sambil menjilati tangannya sendiri. Lysander tidak tahu kalau Liana mempunyai kucing peliharaan. Ah sudahlah, toh hanya kucing.