"Teman-teman, tolong ke arah barat daya dari tempat kita berkumpul tadi. Setelah itu terus ikuti relief ular yang bersambung. Kalian akan menemui pintu besar, maka di situlah aku sekarang. Tenang saja, aku tidak apa-apa. Aku akan menolong mereka sekuat tenaga ku sekarang." Liana mengakhiri ucapannya pada holo faks.
Liana menerawang ke dalam weaponnya, melihat orang yang ia ubah menjadi weapon tersebut telah siuman.
"Bagus, ayo sedikit berolahraga paman." Liana tersenyum. Senyum manis yang menakutkan.
Liana menendang pintu yang ada di hadapannya. Mengejutkan seisi ruangan tersebut. Berbagai macam reaksi ia temukan, dari reaksi penuh harapan, marah, mengejek, dan kebingungan.
"Hey gadis manis, kau sudah bosan hidup ya? lancang sekali kau masuk ke sini tanpa izin?"
"Jangan kasar begitu teman-teman. Kita bisa menggunakannya untuk 'itu'. Hahahaha."
Gelak tawa terdenger di ruang tersebut, Liana geram. Liana lalu mengangkat tombak tersebut mengumpulkan energi magisnya lalu mengayunkannya membuat serangan magis yang cukup berbahaya mengarah ke kelompok orang berjubah hitam tersebut.
Cahaya berwarna hitam menyelimuti tangan mulus Liana, Liana dalam mode siaga bertarung.
Liana melirik ke arah jam empat, melihat ada sekelompok oramg yang ia kenal. Ya, mereka adalah orang yang Liana, Lysander dan Alwhin selamatkan tadi. Mereka merintih dan meminta tolong. Hati Liana seakan teriris melihatnya. Ia naik pitam, amarahnya memuncak melihat perilaku biadab anggota kelompok berjubah hitam teraebut.
"Kenapa? kau tidak terima? baiklah, silahkan lakukan perlawanan," ujar salah satu orang berjubah hitam di sana.
Banyak yang mengambil ancang-ancang, dengan secepat kilat ada sebuah cambuk yang hampir saja menghantam Liana kalau ia tidak cepat berkelit.
Cambuk itu ternyata beracun, kalau saja Liana telat satu detik saja habislah sudah. Bagian tubuhnya pasti akan meleleh.
"Aku terkesan dengan kecepatanmu, tapi itu baru permulaan anak muda."
Setelah itu cambukan demi cambukan ia layangkan, racun dari cambuk tersebut seakan sangat ingin menyerang Liana.
Liana juga di serang dengan kekuatan magis dari berbagai sisi.
"Fluidaro Dura!"
Caira semacam semen menahan kaki Liana. Liana tak menyerah, ia menumbukkan tombaknya ke semen yang menahan dirinya.
Semen tersebut pecah dan hancur. Nampaknya orang yang ia ubah menjadi weapon dengan orang yang menahan dirinya mempunyai kekuatan yang seimbang, atau bisa dibilang orang yang Liana ubah lebih kuat. Karena daya serangnya bisa membuat perlawanan dalam sekali serangan.
Liana membiarkan dirinya diserang oleh lima orang secara bersamaan. Itu sudah menjadi taktik lama bagi Liana.
"Mergesangini!"
Dan dengan sekejap cahaya hitam tersebut menyelubungi mereka berlima dan mengubah mereka menjadi weapon.
"Aha, weapon baru. Aku harap lebih berguna."
Liana melihat lima weapon itu. Ada panah, javelin, tombak, perisai, dan trisula.
'Tch! tidak ada pedang. Setidaknya ada perisai,' batin Liana sambil berdecih.
Sebelum sempat diserang kembali, Liana mengambil perisai itu.
"Aku heran, bagaimana bisa Orph seperti mu ini punya kekuatan yang cukup kuat. Atau jangan-jangan kau adalah keluarga bangsawan yang menyamar?"
Liana untuk saat ini ia memilih diam. Banyak kemungkinan serangan atau jebakan yang bisa saja mereka lakukan ke Liana, termasuk menjawab perkataan mereka.
"Sombong sekali dirimu, persetan dengan keturunan bangsawan. Kau akan mati di tangan kami malam ini. Tapi sebelum itu kau akan kami nikmati dulu hahahahahaha."
Liana memutar tombaknya, sangat elehan bak teknik spinning. Lalu ia mengayunkan tombaknya dan mengenai seseorang berjubah hitam di sebelah kanannya.
Liana benar-benar menunjukkan amarahnya. Meski diserang banyak orang ia tetap melawan tanpa menyerah.
Berkali-kali tubuhnya ditahan berkali-kali ia terkena serangan benda tajam. Namun Liana membalas dengan kekuatan yang tak kalah besar.
Sudah tiga perempat anggota musuh yang tumbang. Liana mengeluarkan senyuman kemenangan, ia menyeka sedikit darah di sudut bibirnya. Luka itu bukanlah luka yang berarti baginya.
"Merasa bangga gadis manis?"
Liana tersentak, seorang wanita bersurai ungu muncul dan menyapa dirinya. Liana seperti pernah melihatnya.
Ya! wanita itu adalah wanita yang ia lihat di festival kala itu. Wanita itu tampaknya merupakan pemimpin dari kelompok berjubah hitam tersebut. Liana kembali bersiaga, karena ia belum tahu seberapa besar kekuatan wanita itu.
"Aku sudah lama tidak bermain, si gondrong membosankan itu selalu menolak ajakan ku untuk bermain. Dan kebetulan kau ada di sini, hiburlah aku gadis manis," ujar nya dengan santai.
"Arboren Gravis!"
Liana tak dapat bergerak, tubuhnya terasa berat. Jangan-jangan tubuhnya sekarang sedang ditarik gaya gravitasi yang sangat berat? bisa jadi begitu.
Sesaat setelah ia ditarik gravitasi, ia lalu dihempaskan ke tembok dengan kencang sampai tembok itu hancur sebagian. Liana terluka dan berdarah lebih banyak. Liana berusaha menggerakkan tangannya, namun gaya tarik yang diberi oleh kekuatan magis wanita tersebut lebih besar. Membuat Liana sangat kesulitan melakukan pergerakan.
Liana sekarang sedang dikekang dengan kekuatan gravitasi, seluruh tubuhnya sedang ditarik dan ditahan. Tak hanya ditarik ke bawah saja. Namun sesuai keinginan wanita itu, bisa saja Liana ditarik ke samping kiri kanan ke depan atau kebelakang. Karena sifat seranga wanita tersebut tak hanya terpaku pada hukum gravitasi umum.
Namun bisa memanipulasi gravitasi dengan cara mengurangi gravitasi di sisi tertentu dan menambah serta mempertebal gravitasi pada sisi lainnya yang membuat tarikan penuh pada sisi yang wanita tersebut pertebal gravitasinya.
Bisa kita perhitungkan dari jenis serangan wanita itu, ia butuh sebuah media tempat merekatnya gravitasi. Seperti Liana yang ditarik ke arah tembok ruangan, atau ditarik ke lantai sampai Liana tersungkur.
Dan berarti tidak menutup kemungkinan kalau Liana juga akan di tabrakan ke langit-langit ruangan tersebut. Berarti secara sederhananya, kekuatan magis wanita tersebut sangat didukung apabila berada dalam ruangan atau kawasan yang sarat akan bangunan. Tidak hanya bangunan, pepohonan ataupun benda biasa pun dapat dijadikan wanita tersebut sebagai medianya.
Baru saja Liana bisa menghajar musuh, sekarang ia malah dihadapkan dengan musuh yang lebih kuat lagi.
Liana tidak mau menyerah. Meski terluka seperti sekarang ia berusaha memberikan serangan. Liana diam bukan berarti dia tidak merencanakan sesuatu.
Untung saja ia sempat mengambil perisai, setidaknya apabila terbentur di sisi tertentu, ia bisa melindungi diri dengan perisai tersebut.
Kini ia dihempaskan lagi, dan inilah waktu yang Liana tunggu. Ia ditarik lagi ke arah sebuah pilar besar, dengan sekuat tenaga Liana mengubah arah mata tombaknya.
Tindakan brutal wanita itu menjadi bumerang bagi dirinya sendiri, ia tak sadar kalau pilar yang ada di dekatnya itu malah akam roboh menimpa dirinya. Ditambah dengan berat gravitasi yang melekat pada Liana membuat pilar tersebut semakin berat.
'Semoga saja berhasil...ehh?!'
"Aku tidak selemah itu. khukhukhu," tawa sinis wanita itu.
Wanita itu tak tertindih, melainkan ia menahan dengan kekuatan gravitasinya. Iya, kalau ia bisa menambah besar gaya gravitasi, maka tentu saja ia bisa menguranginya. Dan kini Liana tengah melayang tepat di hadapan wanita tersebut.
"Aku kecewa padamu. Seharusnya kau bisa menghiburku, ah mungkin anak buahku saja yang terlalu lemah sampai mereka bisa ditumbangkan semudah ini. Dan sebagai ucapan perpisahan, apa kau ada kata terakhir?"
Liana diam, ia menatap tajam pada wanita itu. Namun sesaat setelah itu ia melirik ke belakang wanita tersebut dan melotot.
"Tidak ada? baiklah, terima ajalmu gadis sombong!"