"Kau wanita pengganggu." Sebuah suara menyapa Lyosha yang tengah bersemangat merongrong anggota kelompok berjubah hitam.
Lyosha melirik lewat sudut matanya. Seseorang berjubah hitam kira-kira setinggi 186 sentimeter berdiri di belakangnya. Tepat diatas tumpukan orang-orang yang telah tumbang setelah melawan Lyosha.
"Cepat katakan siapa pemimpin sekaligus dalang utama dari kejadian ini!" seru Lyosha dengan posisi siap menyerang.
"Aku tidak akan mengatakannya pada orang yang akan mati sebentar lagi." Orang itu duduk dengan santai di atas punggung salah satu anggota kelompok berjubah hitam yang tak sadarkan diri.
"Tapi sebentar lagi pemimpinmu lah yang akan mati, dengan dirimu yang mendahului pastinya." Lyosha benar-benar geram. "Spirare Ignis!"
sebuah pusaran api yang berbentuk angin taufan. Dengan cepat melesat ke arah orang tersebut.
"Grandis Numeraria!"
Serangan Lyosha berubah, bukan menyerang orang tersebut. Apinya membesar dan membuat serabu-serabut api yang melesat ke penjuru arah hingga mengenai Lyosha. Untunglah Lyosha pandai menghindari serangan tersebut.
Tanda tanya mengisi fikiran Lyosha. Apa sebenarnya bentuk kekuatan orang yang sedang ia hadapi sekarang.
Sebenarnya orang yang Lyosha hadapi tersebut adalah Orland. Orland tidak mau menunjukkan identitasnya sekarang. Ia cukup berhati-hati. Mati atau tidak lawannya sekarang, ia memilih untuk memakai penyamaran.
Lyosha kembali menyerang dengan cepat ia berlari mendekat pada Orland. Mengumpulkan kekuatan magis api di kepalan tangannya, dengan sekuat tenaga ia melancarkan tinjuannya namun ditangkis ke bawah oleh Orland, Orland lalu hendak memukul tangan Lyosha yang digagalkan Lyosha dengan tendangan melayang yang mengarah ke perut Orland.
Untuk urusan bela diri nampaknya Orland dan Lyosha cukup imbang. Mereka cepat, kuat, dan tidak mudah dikekang dalam jurus penguncian milik lawan.
Lima menit, sepuluh menit, mereka beradu tinju. Karena kemampuan yang cukup seimbang mereka sama-sama tidak mengalami luka yang serius.
"Ardere Acer!"
Lyosha mengeluarkan jurus kekuatan magisnya yang lain. Sebuah kepulan asap hitam berkumpul di atas mereka. Lalu hujan panah api mengguyur Orland. Lyosha tersenyum kemenangan, namun tak lama senyumnya pudar dan diganti raut wajah tak percaya.
Setelah asap menghilang terlihatlah keadaan Orland yang baik-baik saja tanpa ada tanda-tanda terkena serangan. Lyosha dengan cepat menyerangnya lagi.
"Grandis Numeraria!"
Lalu dengan cepat serangan Lyosha menjadi bumerang bagi dirinya sendiri. Orland yang pandai berkelit terhindar dari panah-panah api. Panah tersebut malah menjadi rancu bertabrakan dan sebagian mengenai Lyosha. Inilah yang dinamakan senjata makan tuan. Lyosha mengalami luka yang cukup menyakitkan untuk dirinya.
Pertarungan dengan kekuatan magis nampaknya lebih unggul pada pihak Orland. Lyosha yang cepat kalap tidak bisa menemukan celah dari kekuatan magis milik Orland. Kekuatan magis milik Orland cukup membingungkan, tidak ada bentuk serangan yang terlihat. Namun dampaknya sangat terasa.
Setelah lama bertarung, Lyosha kini sudah mulai melemah. Namun Lyosha tetap mencoba bertahan. Lyosha fikir ia dapat mengulur waktu, membuat Orland kelelahan lalu menyerangnya dengan telak di akhir pertarungan. Namun perkiraannya salah, keadaannya kini berbanding terbalik dengan perhitungan Lyosha. Semuanya nampak keliru, bentuk serangan Lyosha, keadaan bertahannya, letak ia berdiri, dan lain sebagainya yang terjadi pada Lyosha nampak aneh.
"Mencoba membuatku habis tenaga? tapi perhitungan anda salah besar wanita pengganggu."
Lyosha bingung, dia tidak mengerahkan serangan sekarang. Lalu apa yang akan terjadi? Lyosha berhipotesa kalau kekuatan magis Orland adalah membelokkan serangan lawan. Tapi kalau Lyosha tidak memberikan serangan apapun lalu bagaimana kekuatan Orland akan bekerja sekarang?
Kini Lyosha tertimpa bangunan, kecepatannya melemah dan reruntuhan itu mengenai salah satu titik vital di daerah torsonya.
Ditambah dengan aliran energi magis Lyosha yang tiba-tiba tidak sinkron. Menyebabkan kekuatan magis yang ia hasilkan mengalami kelainan. Lyosha merasa aneh.
Lyosha melemparkan reruntuhan bangunan, semuanya meleset. Hanya kehancuran bangunan saja yang bertambah.
Orland kembali maju setelah mengucap mantra magisnya, lalu mengambil sebuah pisau dari saku jubahnya. Namun terhenti ketika mendapat suatu panggilan telepati. Ia terdiam, beringsut mundur dan mengucapkan salam perpisahan pada Lyosha.
"Lyosha...Lyosha...Lyosha!...LYOSHA APA KAU MENDENGARKU HAH?! KAKAK TUA ANEH MENYEBALKAN APA KAU MENDENGARKU?!"
Lyosha terperanjat dan hampir terjungkang saking kagetnya. Ditatapnya tak suka Lysander yang terkikik menertawakan kakaknya itu.
"Kalau aku punya akses untuk berkomunikasi dengan malaikat maut, maka aku akan mengirimmu duluan dasar adik kaku sial*n," maki Lyosha.
"Aku sudah memanggilmu berkali-kali Lyosha. Kau akhir-akhir ini sering melamun, tidak biasanya kau begini." Lysander menepuk bahu Lyosha pelan lalu duduk di sampingnya.
Kini mereka sudah berada di Coil Cottage kembali. Sudah dua minggu tepatnya setelah insiden pertarungan itu. Mereka semua sudah pulih dan kembali ke rumah, mereka menjalani kehidupan seperti biasa. Meskipun kemarin sempat ada cekcok karena dari ksatria kerajaan sempat mengaku-ngaku sebagai pihak yang mengalahkan pelaku insiden kemarin. Namun semuanya telah diluruskan.
Meskipun begitu sebenarnya baik Liana dan yang lainnya tidak terlalu mempermasalahkan hal itu. Mereka memang ingin menolong tanpa ada maksud khusus.
Namun beberapa hari sebelumnya mereka dikejutkan dengan suatu kiriman yang ada di depan Coil Cottage dan rumah Tuan Hurrold.
Sebuah surat dan kantung kain berisi emas yang nilainya setara dengan 120000 goldia.
'Mungkin ini tidak seberapa bila dibandingkan dengan usaha kalian menyelamatkan masyarakat Kerajaan Ellenia. Saya sebagai raja dari kerajaan kita yang tercinta ini mengucapkan terima kasih atas perjuangan kalian yang berjasa ini. Dan saya mengucapkan maaf atas ketidak sopanan dari beberapa orang ksatria kerajaan, saya akan menimbang untuk menindaklanjuti sikap mereka. Dan terima kasih sekali lagi, karena berkat kalian ada sedikit petunjuk tentang sindikat kejahatan yang sedang memburu kekuatan magis masyarakat. Terima kasih sebanyak-banyaknya untuk kalian semua.
salam
Abrus Ellenia XXIX'
120000 goldia bukan nilai yang sedikit, Liana bahkan hampir pingsan menerima uang sebanyak itu.
Untuk masalah cekcok dengan ksatria kerajaan sudah diselesaikan dengan damai. Malah sesuai dengan rencana Liana dan teman-temannya, mereka tidak ingin identitas mereka disebarluaskan sebagai orang yang telah menggagalkan upaya kejahatan kala itu. Tujuannya agar mereka tidak diincar oleh para penjahat lain.
Mengalah demi menang, itulah maksud Liana dan teman-temannya. Lagipula dengan itu, mereka bisa lebih leluasa mencari siapa penjahat utama itu sebenarnya, karena mereka yakin sampai detik ini nyawa masyarakat Kerajaan Ellenia tidaklah aman sepenuhnya.
Kembali pada Lyosha dan Lysander sekarang. Mereka berdua tengah duduk dalam diam. Lysander nampak merasa aneh dengan kesunyian ini, karena kakak perempuannya ini bukanlah tipe orang yang pendiam. Dia merasa bukan sedang duduk dengan kakaknya sendiri.
"Hei, kau kalah bukan berarti kau lemah. Dasar kakak bodoh," cibir Lysander. Ia tidak suka melihat saudaranya terlihat tidak bersemangat.
"Lalu apa artinya? aku bodoh begitu?!" balas Lyosha kesal.
Lysander hanya bisa tertawa dalam hati, dia tidak tega menertawakan kakaknya sekarang.
"Kalau kau sadar begitu kenapa kau masih bertanya?" tanya Lysander balik.
Fikiran Lyosha mencerna apa yang dimaksud Lysander. Dia bodoh? dia cukup pintar menguasai aliran kekuatan magis, dia cukup pintar menguasai teknik bela diri, dia juga cukup pintar mengenali situasi...tunggu! Lyosha tersadar akan sesuatu, ia tidak cukup pintar mengendalikan emosi.
"Lysander aku tau!" seru Lyosha.
Namun sedetik kemudian teriakan Lyosha menggelegar, Lysander ternyata sudah menjauh dari situ.
Liana yang menatap dari jauh hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Liana membolak-balikkan leembar buku di tangannya. Begitu banyak yang terjadi akhir-akhir ini. Liana bersyukur mereka semua selamat.
Dan sekarang Liana fokus ke persiapan memasuki tes Tummulotary Academy. Dia harus menepis pemikiran-pemikiran yang ada di benaknya tentang peristiwa hari itu. Meskipun dalam fikiran Liana terlalu banyaj pertanyaan dan teka-teki saat ini.
"Nyaw, nyaw..."
"Ah Isaura! ayo sini manis, aku gemas sekali denganmu."
"Isaura kemarin ikut ke festival juga Liana." Lyosha datang menghampiri Liana.
"Benarkah?! astaga Isaura kenapa kau ikut?! maksudku kau bisa saja membahayakan dirimu sendiri, hiks hiks." Liana memeluk erat Isaura.
Tentu saja Lyosha iri, ketika Isaura menunjukkan gestur mengejek, Lyosha langsung memelototinya.