Sambil mengobrol, perlahan kami berjalan menuju ke kantin, terarah mata kami berdua ke sebuah pintu kantin yang hampir dekat, aku membuka pintu kantin untuk Olivia, dan ku lihat sudah banyak sekali yang sudah menduduki tempatnya masing-masing, hampir tidak ada sisa ku lihat.
"Kita ambil makan dulu" Ajak Olivia sambil menuju ke arah koki yang menyiapkan makanan
Aku berjalan di depan Olivia sambil melihat kesekitar mencari bangku kosong untuk kami tempati.
"Kalian murid baru juga ya" Sambut sang koki dengan senyuman lebar sambil mengambilkan kami makanan, "Ya" Mataku melihat ke arah senyumannya, dan tanganku memegang piring yang dia berikan, "Kalau kalian mau dapat tempat duduk, harusnya kalian datang lebih awal" Saran dari koki yang sudah terlihat tua, namun begitu sopan dan ramah terhadap semua siswa, "Baik, terima kasih" Olivia menjawab senyuman koki tersebut sambil tersenyum, "Wah, beruntung sekali laki-laki seperti kamu punya pacar yang ramah dan baik seperti dia" Sebuah ledekan dari sang koki yang tidak terlalu ku perdulikan, aku hanya membalasnya dengan senyuman dan segera kami mencari tempat duduk.
Akhirnya kami mendapatkan tempat duduk setelah beberapa lama kami berputar, sebuah kursi yang lumayan panjang dan juga meja yang panjang dan lebar kurasa cukup untuk Enam sampai Delapan orang siswa yang bisa duduk di kursi tersebut.
Baru sejenak kami duduk di kursi tersebut dan akan melakukan suapan pertama, tiba-tiba datang beberapa gerombolan orang yang datang dengan cepatnya, Langkah mereka begitu cepat satu orang memimpin di depan mereka dan diiukti lima orang lainnya, sampai di dekat meja kami makan, tiba-tiba dengan kuat tangan mereka menghentakkan ke meja makan kami, seketika itu juga makananku dan Olivia tumpah ke atas lantai. Perkelahian antara dua gerombolan yang berbeda yang aku tidak tahu sebelumnya membuat kami malah terlibat di dalamnya.
Perkelahian semakin memanas, kami berdua hanya bisa duduk diam diantara dua gerombolan yang berbeda ini, sampai akhirnya hampir terjadi pertarungan fisik, karena melihat Olivia yang tidak jadi makan, aku mencoba menghentikan perkelahian tersebut.
Seketika aku berdiri dari tempat dudukku, lalu ku tepuk pundak pemimpin orang-orang yang baru datang dan menjatuhkan makanan kami "Apa kalian bisa menyelesaikan masalah kalilan di luar?" Sambil ku pegang pundak pemimpin mereka dan mata kami saling bertatapan, ku lihat mata yang begitu besar dan penuh kemarahan saat menatapku.
"Ada urusan apa kamu, apa kamu juga bagian dari mereka?" Perkataan yang terlontar dengan penuh emosi, lalu melepaskan gengamannya dari tangan orang yang di pegangnya.
"Aku tidak ada urusan dengan siapapun, makanan kami terjatuh jadi sebelum kalian menyelesaikan urusan kalian di luar, kalian harus menggantikan makanan kami lebih dulu" Jawabku dengan tegas sambil menatap mata orang tersebut
Tidak terima dengan yang ku katakan, dia langsung mengepal tangan kanannya, baru dia mengangkat tangannya, seseorang memanggilnya dari kejauhan "Redo" Teriak seorang wanita sambil berlari kelelahan menuju ke arah kami.
"Sudah Redo, tidak ada gunanya kamu berkelahi dengan orang-orang ini, lagipula masalah nya sudah kita selesaikan dari kemarin" Ucap wanita yang baru datang dan menggenggam tangan Redo sambil mengajaknya pergi.
Belum terima dengan makanan yang dia tumpahkan aku meminta untuk di gantikan dengan makanan yang baru, "Apa kamu akan pergi begitu saja tanpa bertanggung jawab atas makanan kami" Perkataanku sesaat setelah dia akan pergi.
Mendengar ucapanku, Redo langsung membalikkan badan, mengepalkan tangan dan melayangkan pukulan dengan sangat cepat ke arahku, aku bisa dengan mudah menghindari pukulannya, namun di samping ada Olivia yang tepat berdiri juga, aku berpikir dengan cepat dari pada aku menghindarinya, aku terpaksa menepisnya dengan menangkap pukulannya tepat dengan tangan kananku.
Seketika satu ruangan melihat ke arah kami yang sedang terlibat perkelahian, ku pegang erat pukulannya, terbawa suasana aku sedikit meremas tangan Redo yang ku genggam, "Sekarang aku minta kamu bertanggung jawab atas makanan yang kamu tumpah kan tadi" Lanjutku dengan tenang.
"Sudah Refta, aku juga sudah tidak terlalu lapar" Sahut Olivia mencoba memisahkan kami yang sedang berkelahi.
Mendengar kata-kata Olivia membuatku melepaskan genggamanku dari tangan Redo, ku buang tangan Redo yang semula ku pegang, sambil melihat ke arahku dengan kesal Redo memalingkan wajahnya, tampak dari wajahnya dia tidak terima dengan kejadian barusan, mungkin baginya hal tersebut tampak seperti kebetulan karena aku berhasil menangkap pukulannya dengan sangat mudah.
Sebenarnya aku tidak terlalu bermasalah dengan makan siangku, tapi aku melihat Olivia yang tidak jadi makan membuatku sedikit kehilangan kontrol, terlebih lagi dia sangat senang Ketika aku menerima ajakannya untuk makan bersama, namun yang terjadi malah berbeda dari yang kami perkirakan, sebuah makan siang yang membuatku terlibat dalam perkelahian.
Aku dan Olivia berdiri dan meninggalkan tempat duduk kami, perlahan kami menuju kea rah pintu keluar kantin, setengah perjalanan seseorang memanggil kami dari kejauhan. "Refta, Olivia…" Teriakan yang tidak asing dari arah jam sepuluh.
Ternyata anak laki-laki yang berteriak memang tidak asing bagiku dan Olivia, mungkin takdir membuat kami bertemu dengannya lagi di kantin, dan takdir juga yang menjawab pertanyaan kami di kelas sesaat sebelum kami menuju kantin, sebelumnya kami berdua sempat saling bertanya tentang laki-laki yang berbadan besar dan berteriak sangat kuat di dalam kelas sehingga membuat seisi kelas kembali bersemangat.
Kami menghampiri laki-laki tersebut dan satu orang teman perempuannya, "Kemari Refta, Olivia" Sahutnya menyambutku dengan sangat hangat.
"Namaku Sisko" Sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan ku. Ku ulurkan tanganku dan berjabat tangan, begitu juga dengan Olivia.
"Lena" Sambut anak perempuan yang duduk di sebelahnya sambil mengulurkan tangannya ke arah kami, Olivia membalas sambutan mereka dengan senyuman yang manis, sedangkan aku hanya menatap mereka dan duduk di depannya.
"Kalian hanya berdua disini?" Sambung Olivia yang melihat ada dua makanan yang di bungkus di meja mereka.
"Kami sebenarnya berempat tapi dua teman yang biasa bersama kami tidak masuk karena ada hal yang harus di urus" Terang Lena kepada kami
"Ambillah dua makanan yang sudah kami bungkus ini, kami sengaja membungkus makanan ini untuk dua teman kami, tapi karena kami lihat makanan kalian terjatuh makanya kami berikan ini kepada kalian" Sambil mengarahkan makanannya kepada kami berdua.
"Tidak usah, aku sudah tidak terlalu lapar" Sesaat setelah mengatakannya terdengar suara dari perut Olivia, yang membuat Olivia, Lena dan Sisko tertawa, aku hanya sedikit tersenyum mendengarnya.
Akhirnya aku dan Olivia memakan makanan yang diberikan oleh Lena dan juga Sisko, sebuah awalan yang membuat kami akan maju bersama atau akan kehilangan satu persatu teman kami, sebuah awalan yang membuat kami akan merasakan sebuah kesenangan, atau kesedihan yang akan menunggu kami kedepan.